Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

DUNIA ADALAH PERSINGGAHAN SEMENTARA

Hidup di dunia ini sebetulnya adalah persinggahan saja bagi umat manusia dan seluruh ciptaan-Nya, Allah Swt memang mempunyai sifat berkehendak atas segala sesuatu dan juga mempunyai sifat berkeinginan atas sesuatu, salah satunya adalah ingin di sembah, untuk merealisasikan hal ini maka Allah Swt menciptakan bumi dan langit lengkap dengan segala isinya sebagaimana yang kita lihat.
Khusus manusia tidaklah di ciptakan-Nya untuk selamanya di dunia ini, ia telah memprogram kehidupan ini silih berganti dan serba berpasangan dan saling berlawanan satu sama lain sampai kepada hal-hal rohani atau bathiniah, seperti yang yang terlihat pada sifat, ada benci ada sayang/cinta, ada baik ada buruk, ada cantik ada jelek, ada kuat ada lemah dan lain-lain sebagainya seperti yang ada terurai pada sifat dua puluh.
Manusia dalam kehidupan dunia selalu berpindah-pindah dalam hal sifat dan kelakuan, pada kehidupan akhirat juga senantiasa berpindah-pindah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain seperti layaknya pada kehidupan dunia, sedangkan dzat-dzat makhluk tetap dalam kandungan peliharaan dan pengawasan tuhan.
Apakah sulit bagi Allah Swt untuk menciptakan sekalian ala ini? Atau merasa bosan dan letih? Tentu tidak bagi Dia, taklif manusia senantiasa berkelanjutan hingga ia melintasi ash-shirat, ketika itu ibadah para manusia bersifat dzati atau harus dan ini yang menentukan, bukan hanya semata kaarena dorongan perintah dari Allah Swt atas hal ini, namun tetap mempunyai persyaratan seperti harus ada dasarnya adalah amalan baik atau amalan buruk, jika baik tentu akan selamat, jika buruk maka akan terjun ke lembah kesengsaraan yang belum pernah di rasakan atau di saksikannya selama di dunia saking hebatnya adzab Allah Swt jika mempunyai amal buruk, sebaliknya jika mempunyai amal baik dan di ridhai, maka begitu pula dia tidak akan pernah atau menyaksikan hal keindahan atas nikmat balasan dari-Nya selama di dunia ini, jadi dalam hal ini paling menentukan adalah bentuk amalan.
Dunia adalah jalan dan akhiratpun masih ada jalan untuk mencapai persinggahan akhir yang abadi dan setelah kematian tetap ada proses keberpindahan sesuatu dari yang satu kepada lainnya, artinya setelah meninggal dunia masih menempuh proses alam kubur, di sini sudah di mulai proses berpindah-pindahnya tingkat derajad manusia sampai kepada pengadilan akhir di hari yang tiada naungan selain naungan Allah Swt di hadapan pengadilannya yang sangat-sangat maha adil atas segala bentuk amalan makhluk ciptaan-Nya.


Al-Qur’an berulang kali menceritakan bahwasanya di berbagai tempat di akhir kelak di mana hari di kumpulkannya semua makhluk tanpa terkecuali, dengan melenyapkan segala kesamaran dan memeutuskan segala perkara makhluk-Nya, seperti pada ayat ini : “Kemudian kepada tuhanmulah kamu kembali, dan akan di beritakan-Nya kepadamu apa-apa yang kami perselisihkan.” (Q.S 6 : 164).



Akan halnya dengan gambaran syurga, bahwa di sana manusia saling merebahkan diri bersantai di pinggiran syurga sambil menikmati segala kenikmatan, gambaran-gambaran dan pemahaman itu tidak di sertai dengan upaya menembus apa yanga da di baliknya berupa isyarat-isyarat sarat dengan pengertian atau pemahaman tinggi, tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa saya mengingkari akan adanya nikmat syurgawi dan siksaan akhirat secara mutlak, kenikmatan syurgawi adalah suatu kenyataan yang telah di tetapkan dan seperti akan halnya segala adzab siksaan akhirat yang juga telah di tetapkan.
Jika Allah Swt telah berfirman bahwa di akhirat itu ada neraka, maka benarlah di situ ada api, akan tetapi karena kehidupan ini pada setiap manusia saling berbeda satu sama lain, maka di sana tingkat adzab manusia juga berbeda meskipun sama-sama dalam kepedihan yang tiada terkira, di neraka juga ada pohon dzaquum yang tumbuh di dasar neraka jahim dan juga ada air, timah dan besi yang mendidih lebih daripada panasnya di dunia.
Semua itu mengandung dan menunjukkan isyarat-isyarat kegaiban bagi kita di dunia, di samping kenikmatan syurgawi di akhirat juga ada kenikmatan keridhaan Allah Swt yang tiada tara, hal ini merupakan gaib luar biasa bagi manusia sekalipun dia telah berada di alam bardzakh, sebab hal ini baru ada setelah proses di padang mahsyar, yang mana segala sesuatu telah di perhitungkan dan di pertanggungjawabkan, dasarnya adalah sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu : “Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada sisi kami ada tambahannya.” (Q.S 50 : 35).
Maksudnya tambahan di sini adalah melihat kepada dzat Allah Swt dan dapat berbicara langsung dengan-Nya, ini merupakan kenikmatan tersendiri dan indah tiada tara, umpama di dunia, para manusia sangat ingin langsung berjumpa dengan yang di idolakannya serta berbicara dengannya, begitu juga dengan hal ini, derajat tertinggi di syurga adalah wasilah, yakni derajat yang bertingkat-tingkat dan berbeda-beda serta di situ juga ada perjalanan dan hanya di miliki oleh Rasulullah Saw saja, kita hanya bias meminta wasilah beliau saja untuk dapat berkumpul dengan tempat yang baik serta dekat akses dengan beliau, dan beliau ajarkan hal ini berupa do’a sebagai berikut,”Yaa Allah, semoga engkau datangkan Muhammad sebagai wasilah dan utuslah beliau pada derajat yang terpuji seperti yang telah engkau janjikan.” Hal ini merupakan dasar bahwasanya ini merupakan Maqamat Syafa’at teragung dan hal ini membuat beliau terhenti proses setelah wafatnya dengan belum sampai atau di tempatkan di syurga sebelum hari berbangkit tiba dan dip roses pada hari akhir atau hari pengadilan pertanggungjawaban para makhluk.
Sebagian dari yang di riwayatkan oleh hadist-hadist ialah bahwasanya Allah Swt mengumpulkan manusia kemudian menampakkan diri kepada mereka berupa tanda-tanda, namun para manusia mengingkari-Nya, Dia menampakkan diri kepada setiap umat dengan gambaran-gambaran atau penampilan yang belum pernah di kenal dan di pahaminya, namun tetap juga mengingkari-Nya, selanjutnya kembali Allah Swt menampilkan dirinya kepada masing-masing umat berupa gambaran-gambaran dalam hati mereka, bai yang beriman langsung mengakui dan sujud takdzim pada-Nya, yang ingkar juga tidak sedikit jumlahnya malah lebih besar daripada yang taat, terlepas dari segala ketaatan yang tanggung karena juga melakukan maksiat dalam ketaatannya.
Pemikiran tentang rahmat Allah Swt tidak akan di mengerti oleh mereka yang selalu bergumul dengan dosa, untuk hal ini Al-Qur’an banyak menerangkan perolehan mereka kelak, pahami pengertian neraka bahwasanya itu adalah jiwa angkara murka dan berjiwa syetan dan merupakan jenis api, sifat api pada jiwa adalah jelas panas dan sukar untuk mendinginkannya, manusia jenis ini adalah termasuk bahan bakarnya neraka,”Sebagai pembakarnya (neraka) adalah manusia dan batu-batu.”Al-Baqarah : 42.
Yakni manusia dan batu adalah bahan bakarnya yang menyala hebat, lantaran manusia lebih hebat sifat apinya daripada api itu sendiri, sebagian jiwa umat manusia sifat apinya lebih hebat daripada api itu sendiri, sebab api secara umum hanya bias membakar, sedangkan sifat api manusia menyulut berbagai jenis kebakaran, seperti adu domba, fitnah dan sifat madzmumah lainnya serta karena asalnya kejadian syetan dan iblis juga dari api yang menyulut segala bentuk kebakaran sifat mungkar.
Kekekalan mereka di neraka tentu bisa kita mengerti, karena sepanjang hidupnya di dunia selalu bergelimang dengan api angkara murka yang di kobarkannya baik secara halus maupun secara terang-terangan sehingga tercipta fitnah dan peperangan di kalangan manusia.
Manusia jenis ini dalam kehidupan dunianya samar dari sifat api ini, meskipun dalam jiwanya berkobar-kobar, hal ini di sebabkan terhijab dari pakaiannya yang terbuat dari tanah, yakni daging dan darahnya, contoh di dunia api bisa di matikan atau di tutupi dengan tanah supaya tidak berkobar, akan tetapi jika pakaian ini lepas alias meninggal atau wafat maka terbukalah keadaan yang sebenarnya dan mereka segera mengetahui akan hakikat dirinya masing-masing, itulah sebabnya para kalangan sufiyah selalu mengatakan belajarlah dari kematian dan buatlah kehidupanmu seolah-olah telah mati supaya kamu mengerti apa itu hakikat dirimu sebenarnya.
Nah, jika jiwa yang telah terbuka tadi ternyata penuh dosa, di situlah dia tahu bahwa api dalam dirinya senantiasa berkobar-kobar dan tentu kawannya adalah neraka yang di nyalakan daripadanya, hingga sampai datang keputusan akhir atas dirinya dari yang Allah Swt yang Maha Adil, begitulah singkat pengertiannya hidup sementara di dunia ini sebagai dasar atau bekal untuk kehidupan abadi kelak di akhirat, kita yang menentukan dengan dasar pegangan Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Hadist Shahih Rasulullah Saw.

Posting Komentar untuk "DUNIA ADALAH PERSINGGAHAN SEMENTARA"