Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Maqam Para Chalifah

Ketahuilah, dalam kehidupan kita sehari-hari, marilah kita sama-sama menerapkan akan hal di bawah ini untuk menjaga daripada cahaya hati kita agar mendapatkan ketetapan (istiqamah) dalam Rahman dan Rahim dari-NYA.

Penjagaan hati ini terdiri dari 8 (delapan) perkara yaitu :
1. Hush dar dam artinya : Menjaga napas secara sadar
Hush artinya "pikir". Dar artinya "dalam". Dam artinya "napas". pengertian dalam pelaksanaannya berikut ini : Dalam setiap tarikan nafas yang naik turun kita senantiasa berpikir akan kebesaran Allah. Hamba yang cerdas/bijak harus selalu mengontrol napasnya terhadap kelalaian, dalam keadaan menarik dan melepaskan nafas tersebut, dengan itulah selalu menjaga hatinya senantiasa hanya tertuju kepada Allah. Kita harus selalu menjaga napas dengan ingat berkekalan kepada Allah, sebab tiap tarikan dan hembusan napas yang demikian itu adalah akan hidup dan menyambung dengan Allah, tiap tarikan dan hembusan napas dengan kelalaian adalah akan mati dan terputus hubungan dengan Allah, ajaran ini di bangun atas teori dasar napas, jadi suatu keharusan bagi semuanya untuk menjaga napasnya pada waktu menarik dan menghembuskan, selalu menjaga napasnya dalam lingkungan ingat kepada-NYA di antara menarik dan menghembuskan napas sepanjang hidupnya. Nama Allah terdiri dari empat huruf : Alif, Lam, Lam dan Ha, dalam pengertian ini di nyatakan bahwa Dzat Allah yang sempurna di katakan pada huruf terakhir yakni "Ha", huruf ini mewakili dialah yang maha ghaib dan sempurna. Lam adalah untuk (tacrif) menyatakan pencarian identitas, sedangkan Lam yang kedua adalah untuk mubalagha (penekanan). Seharusnya hal di ketahui oleh kita semua bahwa menjaga napas dari kelalaian ingat adalah suatu pekerjaan yang susah bagi seseorang, sehingga kita harus melakukan hal itu dengan cara mencari ampunan (istighfar) karena mencari ampunan akan membersihkan dan mensucikan diri kita dan akan menimbulkan keyakinan bahwa sesungguhnya Allah yang memang nyata berada di mana-mana.

2. Nazar bar qadam artinya : Mengintip langkah
Itu artinya bahwa kita sewaktu berjalan hendaknya pandangan mata hanya tertuju kepada obyek (fokus). Kemanapun arah kakinya hendak dia tempatkan atau langkahkan, maka pandangan mata kita hendaknya tertuju kesitu pula. Jangan melemparkan pandangan kesana kemari, seperti melihat kekiri atau kekanan atau kedepan, agar pandangan yang satu tidak menutupi hatinya, karena timbulnay hijab/dinding kebanyakan di sebabkan pada hati yang liar (tidak tetap) selama melangkah dalam perjalanan tersebut, karena berbagai macam keinginan yang tercetak di dalam pikiran kita, berbagai gambaran itu, maka itu akan menjadi tabir yang akan menutup hati. Hati yang telah di bersihkan melalui zikir terus menerus akan menjadi cermin untuk penglihatan mata hati, maka dengan itulah kita di perintahkan untuk merendahkan pandangannya agar supaya tidak diserbu oleh anak panah syaithan. Merendahkan dan menafikan pandangan juga merupakan tanda kerendahan hati, orang yang bangga dan sombong tidak akan pernah melihat akan tujuan mereka, tetapi bila selalu melihat ke arah perjalanannya dengan fokus dan mantap, maka gerak menuju arah tujuannya akan tercapai. Jika ini sudah tercapai, maka kita tidak melihat kemana-mana kecuali hanya kepada Tuhan, laksana seseorang yang ingin sampai ke tujuannya dengan cepat, demikian juga seseorang yang menuju Allah bergerak dengan cepat, tidak melihat ke kanan atau ke kirinya, tidak berbilang-bilang, tidak mudah terkagum akan apa yang di jumpainya, tidak melihat kepada keinginan duniawi, tetapi hanya melihat kepada Allah. Pandangan mendahului langkah dan langkah mengikuti pandangan....Ingatlah!!!!!!!!!! Untuk perjalanan yang meningkat/keatas (mi’raj) atau ke maqam yang lebih tinggi di mulai dengan pandangan yang satu, di ikuti dengan langkah, apabila langkah mencapai level tinggi dari pandangan, maka pandangan akan naik lagi ke tingkat berikutnya, atas itulah langkah juga mengikuti secara bergilir. Pandangan akan di angkat ke tempat yang lebih tinggi lagi dan langkah akan mengikutinya secara bergilir, dan begitu seterusnya sampai pandangan mencapai tingkat kesempurnaan, ke arah itulah langkah akan di tarik. Pahamilah..."Bila langkah mengikuti pandangan, maka kita telah mencapai tingkat kesiapan dalam mendekati langkah yang lurus dan benar, maka langkah yang lurus dan benar itu di sebut juga sebagai awal atau pertama dari semua langkah lainnya".

3. Syafar dar watan, artinya : Perjalanan kembali atau pulang
Maknanya adalah kita berjalan dari dunia menuju kepada dunia ibadah.
Rasulullah Saw mengatakan : "Saya akan mengunjungi Tuhanku dari satu maqam ke maqam yang lebih baik (tinggi) dan dari satu daerah ke daerah yang lebih tinggi". Artinya kita harus berjalan untuk kembali dari keinginan hal terlarang kepada keinginan untuk Allah. 

Di definisikan lagi :
a. Perjalanan Luar, artinya
: Berjalan dari satu tempat ketempat yang lain guna menambah suatu ilmu dan amal, untuk lebih meningkatkan dan mendekatkan kita kepada Allah.
b. Perjalanan Dalam, artinya : Untuk kemantapan perjalanan luar, dalam perjalanan luar terdapat banyak sekali kesukaran yang berkemungkinan takkan sanggup di tanggung oleh kita, di khawatirkan malah akan jatuh kepada tindakan terlarang, ini di sebabkan karena masih dalam ibadahnya. Jika dua hal di atas dapat kita laksanakan dan meninggalkan akhlaq buruk mereka dan meningkatkan akhlaq yang lebih tinggi, menguasai akan semua keinginan dunia dari hatinya, maka kita akan di angkat oleh Allah dari keadaan yang tidak bersih kepada keadaan bersih dan suci. Apabila telah di sucikan hatinya, maka membuatnya jernih seperti air, transparan bak kaca, mengkilap seperti cermin, di perlihatkan kebenaran dari semua hal dalam kehidupannya sehari-hari, dalam hatinya akan muncul semua hal yang di perlukan untuk kehidupannya dan untuk mereka yang berada di sekelilingnya.

4. Khalwat dar anjuman artinya : Sendiri dalam ramai
Khalwat artinya menyendiri secara sendirian atau berjama'ah, artinya tampak dari luar bersama-sama dengan manusia di sekelilingnya, sementara secara batin atau dalam hatinya senantiasa selalu ingat/bersama Allah, terdapat juga dua kategori “khalwat”, pertama adalah penyendirian eksternal dan kedua adalah penyendirian internal.

Khalwat ini ada dua macam :
a. Khalwat dengan sendirinya pada suatu tempat yang tidak ada orang lain selain dari orang-orang yang khalwat, berkonsentrasi dan bermeditasi pada dzikir kepada Allah, dengan tujuan untuk mencapai kebenaran Allah menjadi nyata kebesaran-NYA (Tajalli).
b. Khalwat yang menyendiri di antara keramaian (dalam lingkungan masyarakat), di sini kita hendaknya selalu hadir dengan Allah sambil secara zahirnya berada di tengah-tengah keramaian tersebut, selalu mengkaitkan dzikir sir (tersembunyi) dalam hati sanubari meskipun kita masuk dalam kancah keramaian manusia, usahakan secara selalu mengekalkan ingat kepada Allah, dalam keadaan ini adalah posisi yang tertinggi pada apa yang di namakan khalwat atau suluk, hal ini adalah benar dan lurus, sesuai dengan yang tersebut dalah qur'an "Orang-orang yang tak dapat di alihkan perhatiannya dari mengingat Allah oleh bisnis maupun keuntungan". Khalwat utama seorang Syeikh Thariqat adalah kesendirian dalam keramaian, mereka bersama Allah dan sekaligus bersama manusi,. seperti kata Rasulullah Saw : "Saya memiliki dua sisi, satu muka menghadap Al-Khaliq muka lainnya menghadap ciptaan (makhluq)". Syeikh Thariqat selalu menekankan kebaikan akan berjama’ah, bermajelis (berkumpul), Thariqat kita adalah persahabatan (kebersamaan), dan kebaikan berada dalam kebersamaan. Kesempurnaan bukan pada peragaan kekuatan karomah, tapi kesempurnaan adalah duduk bersama orang ramai (banyak), menjual dan membeli, menikah dan mempunyai anak, namun tak pernah meninggalkan kehadiran Allah dalam sekejap pun.

5. Yad kard, artinya : Dzikir yang utama
Kita hendaknya melakukan dzikir dengan penolakan dan penerimaan, pada lidahnya senantiasa dzikir kepada Allah sampai mencapai keadaan muraqabah. Keadaan itu akan di capai pada tiap hari dengan ucapan : LA ILAHA ILLALLAH pada lidah, antara 5,000 dan 10,000 kali, membuang dari hatinya segala unsur yang akan mengotori dan membuat hatinya berkarat. Dzikir ini akan memoles hati dan membawa kita ke dalam kenyataan, kita harus melakukan dzikir harian itu sepanjang usia, baik dengan hati (syiir) atau dengan lidah jasmani secara luar dalam, membaca ALLAH-ALLAH dalam hati sanubari, yang akan mewakili (meliputi) semua asma dan sifat-NYA, atau dengan aturan napi istbat melalui penyebutan LA ILAHA ILLALLAH, dzikir ini akan membawa kita kepada pengakuan akan ke-esa-an Allah. Kita senantiasa hendaknya mengulang dzikir ini dengan setiap napas, menghirup dan meniup, selalu membuatnya mencapai hati, arti dari zikir ini adalah membawa sasaran kita hanya satu-satunya kepada ALLAH dan tidak ada sasaran lain lagi bagi kita.

6. Baz ghast, artinya : Pulang atau kembali

Keadaan ini di mana yang melakukan dzikir dengan sampai kepada pengertian ungkapan Rasulullah Saw, "Illahi anta maqsudi wa ridhaka matlubi" artinya : “Ya Allah, hanya engkaulah yang kumaksud dan keridhoan engkaulah yang kutuju". Munajat ini akan menambah kesadaran kita tentang Ke-Esa-an Allah, sampai kita mencapai keadaan di mana keberadaan semua ciptaan (makhluq) lenyap dari pandangan mata, semua yang kita lihat, kemanapun kita memandang, adalah Allah. Kita membaca dzikir macam ini agar supaya menerangkan hati akan rahasia yang Maha Satu (Al-Ahad), dan untuk membuka diri kepada kenyataan Allah. Bagi pemula tidak boleh meninggalkan dzikir ini bila dia tidak mendapatkan hasil/kekuatan itu muncul dalam hatinya, harus tetap membaca dzikir ini, karena Rasulullah Saw telah mengatakan : "Barang siapa meniru suatu golongan orang, dan akan menjadi bagian dari golongan itu". Makna Baz Ghast adalah kembali kepada Allah, dengan menunjukkan kepasrahan diri yang sempurna dan tunduk kepada kehendak-NYA, dan kerendahan diri ini akan sempurna dengan menyampaikan semua pujian kepada-NYA, Itulah alasan Rasulullah Saw menyebutkan dalam do’anya : "Ma dzakarnaka aqqa dzikrika ya madzkar" artinya : "Kami tidak mengingat engkau sebagaimana seharusnya engkau di ingat, Ya Allah". Kita tidak akan dapat datang kepada hadhirat Allah dalam dzikir, dan tidak dapat mengungkapkan Rahasia dan Sifat Allah dalam dzikir, bila tidak melaksanakan dzikir itu dengan dukungan Allah dan tanpa Allah mengingat mengingat balik akan diri kita. Singkatnya, kita tidak dapat melakukan zikir oleh atau dengan sendirinya, tanpa mengetahui bahwa Allah adalah justru yang sedang melakukan dzikir melalui diri hamba-NYA.

7. Nighah dast, artinya : Memperhatikan atau perhatian

Senantiasa membuat suatu pandangan, artinya kita hendaknya mengendalikan hati dan melindunginya dengan cara mencegah masuknya pikiran buruk. Kecenderungan akan hal-hal yang buruk akan menghalangi hati dari Allah, bagi seseorang yang dapat melindungi hatinya dari kecenderungan buruk selama lima menit saja adalah merupakan sebuah hasil yang besar. Untuk ini saja dia sudah akan di akui sebagai seorang yang sampai, ajaran sufi/tasawwuf adalah sebuah kekuatan untuk melindungi hati dari pemikiran buruk dan menjaganya dari kecenderungan rendah. Barang siapa berhasil dengan di atas, dia akan mengerti hatinya, dan barang siapa mengerti akanj hatinya, tentu akan mengenali Tuhannya. Rasulullah Saw mengatakan : "Barang siapa mengenal dirinya sendiri, niscaya akan mengenal Tuhannya".

8. Yada dast, artinya : Ingatan

Membaca zikir akan melindungi hatinya dengan dalam tiap hembusan napas tanpa meninggalkan ingat Allah, hendaknya kita mempertahankan hati supaya selalu berada dan dekat dengan Allah. Ini akan membuat kita menyadari dan merasakan Cahaya (nur) dari Allah, kita harus membuang tiga dari empat bentuk pikiran yang terasa, yakni teorinya : Pikiran egois, Pikiran jahat, dan Pikiran malaikat, sambil mempertahankan dan membenarkan, kita hanya membentuk pikiran keempat, yaitu : Pikiran kebenaran, keyakinan, hal ini akan membimbing kita menuju ketingkat tinggi dari kesempurnaan dengan membuang semua khayalan dan hanya mengambil kebenaran yang benar adalah ESA-nya Allah.

2 komentar untuk "Maqam Para Chalifah"

  1. Alhamdulillah
    Terimakasih banyak tuan yuherman puas hati ini membaca

    Artikel tuan karena sudah lama saya mencari cari bagai mana
    Jikir yang menurut sariat menuju hakikat

    BalasHapus
  2. Terimakasih telah hadir dan bertamu ke blog kita ini.

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungan anda...