Rahasia Merasakan Dzikir Tahlil
Tahlil adalah dzikir yang utama dan mulia di sisi Allah Swt seperti yang banyak di temui dalilnya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist yang di sampaikan Rasulullah Saw kepada umatnya yang ingin lebih beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt dan merasakan betapa manisnya iman kepada Allah Swt. Dzikir tahlil ini paling sering di lakukan oleh umat muslimin pada setiap kesempatan, baik itu setelah shalat fardhu, sunat atau pada saat hajatan dan lain sebagainya, tetapi kaum muslimin sering juga melakukan dzikir ini sebagai wirid yang tetap baginya dan terjadwal pula waktunya, tetapi timbul pertanyaan bagaimana melaksanakan dzikir ini secara benar dan sesuai dengan tujuan serta maknanya? Melaksanakan dzikir ini adalah harus di pahami tujuan dan maknanya dan jangan asal ucap saja, sebab dzikir ini sangat besar manfaatnya dan besar pula nilainya di sisi Allah Swt.
Kalimah Laa ilahaa illallah ini adalah kalimah tauhid dan pengakuan seseorang hamba akan ke-ESA-an Allah Swt, jika tiada tepat mengucapkannya maka akan menimbulkan kesyirikan dan malah menduakannya, sebab secara umum kaum muslimin bila berdzikir dengan kalimah ini biasanya suka asal saja dan tanpa tartil yang benar dalam pengucapannya, nah, jika salah mengucapkannya tentu mempunyai makna yang lain dari makna atau arti yang sebenarnya, sedangkan arti kalimah ini adalah tiada tuhan melainkan Allah Swt, jadi jika salah mengucapkannya maka besar kemungkinan artinya jadi lain dan malah bisa menyatakan tiada tuhan atau tuhan yang banyak lebih dari satu, na’udzubillahi mindzalik, kita berlindung kepada Allah Swt dari hal demikian yang dapat menyesatkan dan mendapat hadiah neraka jahannam karena telah menyekutukan Allah Swt, yang seharusnya Allah Swt maha satu dan tunggal tiada yang menyamai dan menyerupainya dengan sesuatu makhluk apapun juga yang hanya dia sendiri yang menciptakannya.
Tahlil ini berfaedah atau berpahala seberat bumi dan langit, ini dapat di ketahui dari hadist Rasulullah Saw mengenai fadhilah dzikir tahlil, tetapi hal yang demikian baru dapat di rasakan bila pelaksanaannya penuh khidmat dan takzim serta pengucapan yang tepat dan tidak tergesa – gesa, sifat tergesa – gesa adalah hanyalah milik iblis dan syaithan yang selalu di tularkannya kepada kaum muslimin atau para manusia, agar dapat membelokkan keimanan mereka dan menjadikan manusia temannya kelak di neraka jahannam yang merupakan ganjaran bagi manusia yang sesat.
Ucapkan dzikir ini secara santai dan tepat pada sasarannya, terutama ikhlas tanpa ada unsur apapun juga di dalamnya, jika sedemikian maka dapatlah di rasakan perasaan rendah diri dan tawadduk kepada Allah Swt, perasaan secara bathin hanya di dapatkan dengan melalui ibadah dzikir secara zahir dan bathin, dalam ajaran ibadah kepada Allah Swt menurut Thariqat Naqsyabandi mengenai dzikir tahlil ini telah di atur sedemikian rupa tata letak maqamat atau lathaifnya pada tubuh zahir atau jasmani manusia.
Dengan jalan dzikir ini maka seseorang hamba akan dapat merasakan kebesaran dan bukti akan Allah Swt yang maha esa, seseorang hamba yang selalu mewiridkan dzikir ini secara ikhlas akan mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat serta merasakan limpahan karunia dan hidayah Allah Swt serta di bukakan baginya rahasia – rahasia alam malakut atau ghaib yang dapat lebih memantapkan tingkat keyakinan dan kedekatan seorang hamba kepada-Nya, biasanya seseorang yang berdzikir tahlil dengan cara naqsyabandi secara umum pelajarannya adalah terdiri 5 (lima) maqamat atau lathaif yang mana tatkala berdzikir dengan ucapan La ilahaa illallah sambil menjalankannya di atas maqamat atau lathaif tersebut secara tertib dan berurutan, dengan ketepatannya berdzikir tersebut maka terbukalah alam kasyaf baginya akan kebesaran Allah Swt, tetapi hal itu adalah sebagian kecil dan umum saja, tetapi ajaran naqsyabandi sungguh luas pemahamannya dalam bidang dzikir kepada Allah Swt ini.
Dalam ajaran naqsyabandi dzikir tahlil ini luas pemecahan maqamatnya, bukan hanya terfokus pada 5 (lima) lathaif atau maqamat yang biasa di tunjukkan oleh guru mursyidnya saja, tetapi rahasia lathaif lainnya sungguh luas dan di sesuaikan dengan tingkatan perkembangan hasil dzikir dari seseorang yang melakukannya, salah satu pengembangan yang akan kami berikan jalan dzikirnya agar dapat lebih cepat timbulnya kehadiran hati terhadap Allah Swt, caranya adalah sebagai berikut :
Silang antara maqam muhammad dengan maqam ibrahim, ini maksudnya adalah ketika seseorang berdzikir tahlil seperti biasa dan mendapatkan sesuatu rasa yang jika masih mempunyai sifat baharu atau muhaddas (manusia) yang buruk, maka dengan segera harus merubah maqam tahlilnya hanya kepada dua maqam di atas, ini di lakukan supaya penekanan akan sifat syukur dan ikhlas bisa timbul pada perasaan bathinnya, sebab jika seseorang hamba tidak dapat merasakan sifat tersebut, maka tidak akan di peroleh kelezatan dan kemanisannya beribadah kepada Allah Swt saat itu dan tidak akan dapat merasakan keikhlasan akan tunduk dan taat pada Allah Swt, nah, jika sifat syukur dan ikhlas muncul maka akan terbukalah pandang yang satu atas yang banyak (syuhud fill wahdah), ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Silang antara maqam musa dan maqam nuh (syuhud wahdah), laksanakan pertukaran maqam ini dari maqam lima yang di jalankan sesuai aturan dzikir tahlil, jika di rasakan pada saat berdzikir itu segala yang timbul adalah khayal atau angan – angan saja, sebab pada saat itu hal ini sering di bukakan pandangannya oleh iblis, jin dan syaithan, jadi jangan sampai di kira apa yang di rasakan saat dzikir tersebut adalah karunia Allah Swt, sebab belum tentu kebenarannya, ingatlah bahwa iblis, jin dan syaithan sangat ahli mengelabui manusia melalui pandangan khayal dan angan – angannya sendiri, jadi dia tanpa di sadari telah terkecoh dan terjerumus kepada kesyirikan, dengan merubahnya kepada dzikir pada maqam musa dan nuh maka akan dapat menimbulkan pandangan (kasyaf) yang di ridhai Allah Swt dan di percaya kebenarannya, ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Silang antara maqam muhammad dan maqam adam, ini di lakukan jika selama berdzikir tahlil belum mendapatkan perasaan apapun juga, dengan berpindah kepada methode ini maka di harapkan kepada Allah Swt agar memberikan limpahan rahman dan rahim-Nya akan terbukanya tirai keghaiban yang dapat meningkatkan keimanan dan keyakinan seseorang hamba, dengan arti kata bahwa terbukalah tirai daripada sifat kasyaf terhadap kebesaran Allah Swt yang meliputi alam semesta ini, ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Silang antara maqam musa dan maqam isa, seseorang hamba senantiasa hatinya selalu berkata – kata yang tiada tentu arah dan manfaatnya selama ia berdzikir, ini tidak lain adalah kerjanya iblis, jin dan syaithan untuk dapat menyesatkan ingatan seseorang hamba dalam berdzikir agar lari ingatnya kepada yang selain Allah Swt, dengan larinya ingatan seorang hamba maka akan dapat menggugurkan faedah dzikirnya tersebut dan tidak menghasilkan apa – apa, walaupun dalam hal ini hamba tersebut tidak boleh berharap yang lain selain dari mengharapkan keridhaan dan limpahan karunia dari-Nya, jika selama berdzikir ini dapat mempertahankan ingatan hanya kepada Allah Swt dan selalu ingat akan makna dzikirnya tersebut maka dengan atas kehendak Allah Swt maka terbukalah alam musyahadah akan penyaksian alam kebesaran ilahiyyah.
Silang antara maqam isa dan maqam nuh, hasil daripada dzikir dengan maqamat ini akan menimbulkan pandang yang banyak atas yang satu, artinya yang secara mudah adalah apapun pandangan bathin yang banyak atas segala sesuatu di alam ini apapun itu halnya, adalah pada hakikatnya satu juga yang menciptakannya, yaitu Allah Swt, dengan ini maka hancurlah sifat keinsanan (kemanusiaan) dan mengakui secara ikhlas dan tunduk sepenuhnya bahwa segala pengaturan alam ini hanya Allah Swt yang sanggup dan mampu mengaturnya karena dia adalah maha pencipta dan maha pengatur segala kejadian, jadi apapun yang terlihat pada pandangan bathin atau zahir yang banyak tersebut pada hakikatnya adalah satu juga yang menciptakannya, yaitu Allah Azza Wajalla yang maha agung dan maha suci, pengakuan yang ikhlas dan sejujurnya dari seseorang hamba dapat mengangkat nilai yang tinggi di sisi Allah Swt dan mendapatkan keridhaan-Nya dan ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Kalimah Laa ilahaa illallah ini adalah kalimah tauhid dan pengakuan seseorang hamba akan ke-ESA-an Allah Swt, jika tiada tepat mengucapkannya maka akan menimbulkan kesyirikan dan malah menduakannya, sebab secara umum kaum muslimin bila berdzikir dengan kalimah ini biasanya suka asal saja dan tanpa tartil yang benar dalam pengucapannya, nah, jika salah mengucapkannya tentu mempunyai makna yang lain dari makna atau arti yang sebenarnya, sedangkan arti kalimah ini adalah tiada tuhan melainkan Allah Swt, jadi jika salah mengucapkannya maka besar kemungkinan artinya jadi lain dan malah bisa menyatakan tiada tuhan atau tuhan yang banyak lebih dari satu, na’udzubillahi mindzalik, kita berlindung kepada Allah Swt dari hal demikian yang dapat menyesatkan dan mendapat hadiah neraka jahannam karena telah menyekutukan Allah Swt, yang seharusnya Allah Swt maha satu dan tunggal tiada yang menyamai dan menyerupainya dengan sesuatu makhluk apapun juga yang hanya dia sendiri yang menciptakannya.
Tahlil ini berfaedah atau berpahala seberat bumi dan langit, ini dapat di ketahui dari hadist Rasulullah Saw mengenai fadhilah dzikir tahlil, tetapi hal yang demikian baru dapat di rasakan bila pelaksanaannya penuh khidmat dan takzim serta pengucapan yang tepat dan tidak tergesa – gesa, sifat tergesa – gesa adalah hanyalah milik iblis dan syaithan yang selalu di tularkannya kepada kaum muslimin atau para manusia, agar dapat membelokkan keimanan mereka dan menjadikan manusia temannya kelak di neraka jahannam yang merupakan ganjaran bagi manusia yang sesat.
Ucapkan dzikir ini secara santai dan tepat pada sasarannya, terutama ikhlas tanpa ada unsur apapun juga di dalamnya, jika sedemikian maka dapatlah di rasakan perasaan rendah diri dan tawadduk kepada Allah Swt, perasaan secara bathin hanya di dapatkan dengan melalui ibadah dzikir secara zahir dan bathin, dalam ajaran ibadah kepada Allah Swt menurut Thariqat Naqsyabandi mengenai dzikir tahlil ini telah di atur sedemikian rupa tata letak maqamat atau lathaifnya pada tubuh zahir atau jasmani manusia.
Dengan jalan dzikir ini maka seseorang hamba akan dapat merasakan kebesaran dan bukti akan Allah Swt yang maha esa, seseorang hamba yang selalu mewiridkan dzikir ini secara ikhlas akan mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat serta merasakan limpahan karunia dan hidayah Allah Swt serta di bukakan baginya rahasia – rahasia alam malakut atau ghaib yang dapat lebih memantapkan tingkat keyakinan dan kedekatan seorang hamba kepada-Nya, biasanya seseorang yang berdzikir tahlil dengan cara naqsyabandi secara umum pelajarannya adalah terdiri 5 (lima) maqamat atau lathaif yang mana tatkala berdzikir dengan ucapan La ilahaa illallah sambil menjalankannya di atas maqamat atau lathaif tersebut secara tertib dan berurutan, dengan ketepatannya berdzikir tersebut maka terbukalah alam kasyaf baginya akan kebesaran Allah Swt, tetapi hal itu adalah sebagian kecil dan umum saja, tetapi ajaran naqsyabandi sungguh luas pemahamannya dalam bidang dzikir kepada Allah Swt ini.
Dalam ajaran naqsyabandi dzikir tahlil ini luas pemecahan maqamatnya, bukan hanya terfokus pada 5 (lima) lathaif atau maqamat yang biasa di tunjukkan oleh guru mursyidnya saja, tetapi rahasia lathaif lainnya sungguh luas dan di sesuaikan dengan tingkatan perkembangan hasil dzikir dari seseorang yang melakukannya, salah satu pengembangan yang akan kami berikan jalan dzikirnya agar dapat lebih cepat timbulnya kehadiran hati terhadap Allah Swt, caranya adalah sebagai berikut :
Silang antara maqam muhammad dengan maqam ibrahim, ini maksudnya adalah ketika seseorang berdzikir tahlil seperti biasa dan mendapatkan sesuatu rasa yang jika masih mempunyai sifat baharu atau muhaddas (manusia) yang buruk, maka dengan segera harus merubah maqam tahlilnya hanya kepada dua maqam di atas, ini di lakukan supaya penekanan akan sifat syukur dan ikhlas bisa timbul pada perasaan bathinnya, sebab jika seseorang hamba tidak dapat merasakan sifat tersebut, maka tidak akan di peroleh kelezatan dan kemanisannya beribadah kepada Allah Swt saat itu dan tidak akan dapat merasakan keikhlasan akan tunduk dan taat pada Allah Swt, nah, jika sifat syukur dan ikhlas muncul maka akan terbukalah pandang yang satu atas yang banyak (syuhud fill wahdah), ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Silang antara maqam musa dan maqam nuh (syuhud wahdah), laksanakan pertukaran maqam ini dari maqam lima yang di jalankan sesuai aturan dzikir tahlil, jika di rasakan pada saat berdzikir itu segala yang timbul adalah khayal atau angan – angan saja, sebab pada saat itu hal ini sering di bukakan pandangannya oleh iblis, jin dan syaithan, jadi jangan sampai di kira apa yang di rasakan saat dzikir tersebut adalah karunia Allah Swt, sebab belum tentu kebenarannya, ingatlah bahwa iblis, jin dan syaithan sangat ahli mengelabui manusia melalui pandangan khayal dan angan – angannya sendiri, jadi dia tanpa di sadari telah terkecoh dan terjerumus kepada kesyirikan, dengan merubahnya kepada dzikir pada maqam musa dan nuh maka akan dapat menimbulkan pandangan (kasyaf) yang di ridhai Allah Swt dan di percaya kebenarannya, ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Silang antara maqam muhammad dan maqam adam, ini di lakukan jika selama berdzikir tahlil belum mendapatkan perasaan apapun juga, dengan berpindah kepada methode ini maka di harapkan kepada Allah Swt agar memberikan limpahan rahman dan rahim-Nya akan terbukanya tirai keghaiban yang dapat meningkatkan keimanan dan keyakinan seseorang hamba, dengan arti kata bahwa terbukalah tirai daripada sifat kasyaf terhadap kebesaran Allah Swt yang meliputi alam semesta ini, ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Silang antara maqam musa dan maqam isa, seseorang hamba senantiasa hatinya selalu berkata – kata yang tiada tentu arah dan manfaatnya selama ia berdzikir, ini tidak lain adalah kerjanya iblis, jin dan syaithan untuk dapat menyesatkan ingatan seseorang hamba dalam berdzikir agar lari ingatnya kepada yang selain Allah Swt, dengan larinya ingatan seorang hamba maka akan dapat menggugurkan faedah dzikirnya tersebut dan tidak menghasilkan apa – apa, walaupun dalam hal ini hamba tersebut tidak boleh berharap yang lain selain dari mengharapkan keridhaan dan limpahan karunia dari-Nya, jika selama berdzikir ini dapat mempertahankan ingatan hanya kepada Allah Swt dan selalu ingat akan makna dzikirnya tersebut maka dengan atas kehendak Allah Swt maka terbukalah alam musyahadah akan penyaksian alam kebesaran ilahiyyah.
Silang antara maqam isa dan maqam nuh, hasil daripada dzikir dengan maqamat ini akan menimbulkan pandang yang banyak atas yang satu, artinya yang secara mudah adalah apapun pandangan bathin yang banyak atas segala sesuatu di alam ini apapun itu halnya, adalah pada hakikatnya satu juga yang menciptakannya, yaitu Allah Swt, dengan ini maka hancurlah sifat keinsanan (kemanusiaan) dan mengakui secara ikhlas dan tunduk sepenuhnya bahwa segala pengaturan alam ini hanya Allah Swt yang sanggup dan mampu mengaturnya karena dia adalah maha pencipta dan maha pengatur segala kejadian, jadi apapun yang terlihat pada pandangan bathin atau zahir yang banyak tersebut pada hakikatnya adalah satu juga yang menciptakannya, yaitu Allah Azza Wajalla yang maha agung dan maha suci, pengakuan yang ikhlas dan sejujurnya dari seseorang hamba dapat mengangkat nilai yang tinggi di sisi Allah Swt dan mendapatkan keridhaan-Nya dan ini menghasilkan perasaan muraqabah terhadap Allah Swt.
Subhanallah,,
BalasHapusterima kasih sy ucapkan kepada Allah Ta'ala,, atas penjelasan ini,,
Sama-sama saudara, maaf, sangat terlambat di balas komentarnya, terimakasih telah berkunjung....
Hapus