Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Syaikh Muhammad Bukhari Bahauddin An-Naqsyabandi

Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah adalah salah seorang wali yang ternama dan masyhur, hidup pada Tahun 717 - 791 H di Desa Qoshrul ‘Arifan, Bukhara, Rusia. Beliau di kenal adalah pendiri Thariqat A-Naqsyabandiyah, yaitu sebuah ajaran jalan (thariqat) yang sangat terkenal banyak pengikutnya dan sampai jutaan jama’ah dan tersebar luas sampai ke Indonesia dan kita hingga saat ini.

Guru pertama Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah adalah Syaikh Muhammmad Baba 'As Samasi, yang telah mengetahui sebelumnya tentang akan lahirnya seseorang yang akan menjadi orang besar, yang mulia dan agung baik di sisi Allah Swt, maupun di hadapan sesama manusia di Desa Qoshrul 'Arifan yang tidak lain adalah Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah.

Dalam didikan Syaikh Muhammad Baba 'As Samasi inilah Syeikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah mencapai keberhasilan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. sampai - sampai Syaikh Muhammad Babassamasi memberinya hadiah sebuah “Kopiah Wasiat Al Azizan” yang memacu cita - citanya untuk lebih dekat dan Wusul (sampai) kepada Allah Swt, hingga di suatu saat, Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, melaksanakan Sholat Lail (malam) di Masjid, dalam salah satu sujudnya hati beliau bergetar dengan getaran yang sangat menyejukkan sampai seakan terasa hadir di hadapan Allah (Tadhoru’), saat itu beliau berdo’a, “Ya Allah berilah aku kekuatan untuk menerima bala dan cobaannya Mahabbbah (cinta kepada Allah)”. Pada waktu subuh, Syaikh Muhammad Babassamasi yang seorang Waliyullah yang Kasyaf (mengetahui yang ghoib dan yang akan terjadi) berkata kepada Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, “Sebaiknya kamu dalam berdo’a begini, “Ya Allah berilah aku apa saja yang Engkau ridloi”.

Karena Allah Swt tidak ridla jika hamba-NYA terkena bala’ dan kalau memberi cobaan, maka juga memberi kekuatan dan memberikan kepahaman terhadap hikmahnya”. Sejak saat itu Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah mengamalkan berdo’a sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh gurunya Syaikh Muhammad Babassamasi.

Untuk lebih berhasil dalam pendekatan diri kepada Sang Khaliq, Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah seringkali berkholwat menyepikan hatinya dari keramaian dan kesibukan dunia, ketika beliau berkhalwat dengan beberapa sahabatnya, waktu itu ada keinginan yang cukup kuat dalam diri Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah untuk bercakap - cakap. Saat itulah secara tiba - tiba ada suara yang ditujukan pada beliau, “Hei, sekarang kamu sudah waktunya untuk berpaling dari yang sesuatu selain Aku (Allah)”. Setelah mendengar suara tersebut, hati Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah langsung bergetar dengan kencangnya, tubuhnya menggigil, perasaannya tidak menentu hingga beliau berjalan kesana kemari seperti orang bingung. Setelah merasa cukup tenang, Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah menyiram tubuhnya lalu wudlu dan mengerjakan sholat sunah dua raka'at. Dalam sholat inilah beliau merasakan kekhusukan yang luar biasa, seolah-olah beliau berkomunikasi langsung dengan Allah Swt.

Saat Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah mengalami Jadzab (ilham) yang pertama kali beliau mendengar suara, “Mengapa kamu menjalankan thoriq yang seperti itu ? “Biar tercapai tujuanku’, jawab Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah. Terdengar lagi suara, “Jika demikian maka semua perintah-KU harus di jalankan. Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah berkata “Ya Allah, aku akan melaksanakan semampuku", dan ternyata sampai 15 hari lamanya beliau masih merasa berat akan hal tersebut, terus terdengar lagi suara, “Ya sudahlah, sekarang apa yang ingin kamu tuju? Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah menjawab, “Aku ingin jalan (Thariqat) yang setiap orang bisa menjalankan dan bisa mudah Wushul Ilallah”. Suatu malam saat berziarah di makam Syaikh Muhammad Wasi’, beliau melihat lampunya kurang terang padahal minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang, tak lama kemudian ada isyarat untuk pindah berziarah ke makam Syaikh Ahmad Al-Ahfar Buli, tetapi di sini lampunya juga tetap seperti tadi, terus Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah di ajak oleh dua orang ke makam Syaikh Muzdakhin, di sini lampunya juga sama seperti tadi, sampai tak terasa hati Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah berkata, “Isyarat apakah ini ?”, kemudian Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, duduk menghadap kiblat sambil bertawajuh, dan tanpa sadar beliau melihat pagar tembok terkuak secara perlahan - lahan, mulailah terlihat sebuah kursi yang cukup tinggi sedang di duduki oleh seseorang yang sangat berwibawa di mana wajahnya terpancar nur yang berkilau. dan di samping kanan dan kirinya terdapat beberapa jama'ah termasuk guru beliau yang telah wafat, yakni Syaikh Muhammad Babassamasi.

Salah satu dari mereka berkata, “Orang mulia ini adalah Syekh Muhammad Abdul Khaliq Al-Pajduwani dan yang lain adalah Cholifahnya, lalu ada yang menunjuk, ini Syeikh Ahmad Shodiq, Syaikh Auliya’ Kabir, ini Syeikh Mahmud Al-Anjir dan ini Syeikh Muhammad Babassamasi yang ketika kamu hidup telah menjadi gurumu, lalu Syaikh Muhammad Abdul Kholiq Pajduani memberikan penjelasan mengenai hal - hal yang di alami Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, “Sesungguhnya lampu yang kamu lihat tadi merupakan perlambang bahwa keadaanmu itu sebetulnya terlihat kuat untuk menerima jalan (Thariqat) ini, akan tetapi masih membutuhkan dan harus menambah kesungguhan sehingga betul - betul siap, untuk itu kamu harus betul - betul menjalankan 3 (tiga) perkara :

1. Istiqamah mengukuhkan syari'at;

2. Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar;

3. Menetapkan Istiqamah (kesungguhan) dan Riyadhah (perjuangan) dalam menjalankan agama dengan mantap tanpa memilih yang mudah - mudah dan meninggalkan bid’ah serta harus berpedoman pada prilaku Rasulullah Saw dan para sahabat Ra.

Kemudian untuk membuktikan kebenaran pertemuan Kasyaf ini, besok pagi berangkatlah kamu kepada Syaikh Maulana Syamsudin, di sana nanti ceritakanlah kejadian ini, terus keesokannya lagi pergilah kepada Sayyid Amir Kulal di Desa Nasaf dan bawalah Wasiat Al-Azizan dan letakkanlah di hadapan beliau dan kamu tidak perlu berkata apa - apa, nanti beliau sudah tahu sendiri”.

Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah setelah bertemu dengan Sayyid Amir Kulal segera meletakkan “Wasiat Al-Azizan” pemberian dari gurunya. Saat melihat Wasiat Al-Azizan tersebut, Sayyid Amir Kulal mengetahui bahwa orang yang ada di depannya adalah Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah adalah yang telah di wasiatkan oleh Syaikh Muhammad Babassamasi sebelum wafat untuk meneruskan mendidiknya. Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah di didik oleh Sayyid Amir Kulal dengan Khalwat/Suluk selama 10 (sepuluh hari), terus mengerjakan Zikir Nafi Itsbat dengan Sir, setelah semua di jalankan dengan sungguh - sungguh dan berhasil, lalu beliau menyuruhnya lagi memperdalam dan menambah ilmu seperti, Ilmu Syari'at, Hadist - Hadist dan Akhlaqnya Rasulullah Saw serta para sahabat, setelah semua perintah dari Syaikh Abdul Kholiq Pajduani yang melalui Alam Kasyaf itu benar - benar di jalankan dengan kesungguhan oleh Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, maka jelaslah itu adalah hal yang nyata dan semua sukses bahkan beliau mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Zikir Sir berasalnya dari Syaikh Muhammad Abdul Kholiq Pajduwani yang mengaji tafsir di depan Syaikh Syadruddin, waktu sampai ayat, “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan cara Tadhorru’ dan menyamarkan diri", lalu beliau berkata bagaimana Haqiqatnya Zikir Khofi dan Kaifiyahnya? Guru menjawab : Itu ilmu laduni dan insya Allah kamu akan di ajari Zikir Khofi, namun pada akhirnya yang memberi pelajaran langsung adalah Nabi Khaidhir As. Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah di suatu hari berjalan keluar bersama salah seorang sahabatnya yang bernama Muhammad Zahid dan pergi ke Padang Pasir dengan membawa cangkul, kemudian ada hal yang membuat mereka untuk meletakkan cangkul tersebut, lalu mereka berbicara tentang Ma’rifat sampai tentang 'Ubudiyah, “Kalau sekarang bicara kita sampai begini, berarti sudah sampai derajat yang kalau mengatakan kepada teman, matilah, maka akan matilah ia seketika”, dan tanpa sengaja Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah berkata kepada Muhammad Zahid, “Matilah kamu!, maka seketika itu Muhammad Zahid mati dari pagi sampai waktu Dhuhur, melihat hal tersebut Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah menjadi bingung, apalagi melihat mayat temannya yang telah berubah terkena panasnya cuaca matahari.

Tiba - tiba ada ilham yang datang “Hei Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, berkatalah engkau Ahyi (hiduplah kamu), maka Syeikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah mengatakan Ahyi sebanyak 3 (tiga) kali, saat itulah mayat Muhammad Zahid terlihat mulai bergerak sedikit demi sedikit hingga kembali seperti semula. Ini adalah pengalaman pertama kali Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, dan hal ini menunjukkan bahwa dia adalah seorang wali.

Ada lagi ceritanya adalah murid Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah yang bernama Syaikh Tajuddin berkata, “Ketika aku di suruh guruku, dari Qoshrul ‘Arifan menuju Bukhara yang jaraknya hanya satu pos aku jalankan dengan sangat cepat, karena aku berjalan sambil terbang di udara, pada suatu ketika waktu saat aku terbang ke Bukhara, dalam perjalanan terbang tersebut aku bertemu dengan guruku, sejak itulah kekuatanku untuk terbang di cabut oleh Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah, dan sejak itu aku tak bisa lagi terbang sampai saat ini”.

Demikianlah sejarah singkat Tuan Syaikh Muhammad Bukhari Baha'uddin An-Naqsyabandiyah.