Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

IBADAH ADALAH SANTAPAN ROHANI

”WAMAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA lLLAA LlYA'BU DUUN MAA URIIDU MINHUM MIN RIZQIN WAMAA URIIDUAN YUTH ’lMUUN." Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menqhendaki rizqi sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (Q.S. Adz-Dzaariyat Ayat 56-57). Dengan panggilan Allah tersebut dapatlah di simpulkan, bahwa tujuan positif hidup di alam ini hanyalah untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah, dalam arti menurut segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya (Tunduk dan patuh).

Dalam ayat tersebut juga di nyatakan bahwa Allah itu sama sekali tidak membutuhkan ibadah kita, tapi makhluk itu sendiriIah yang membutuhkan kepada Allah, misalkan saja kita mengerjakan ibadah sholat dalam sehari semalam itu pada hakikatnya, hanyalah untuk kepentingan kita sendiri dan yang demikian ini adalah rnerupakan belas kasihnya Allah terhadap hamba-Nya. 


Beribadah kepada Allah adalah merupakan santapan rohani jalan menuju kebebasan, juga ibadah itu adalah hak Allah atas hamba-Nya, serta untuk mencari pahala dan takut akan adzab-Nya. lbadah adalah santapan rohani, manusia bukanlah kulitnya yang bisa kita raba dan kita lihat, yang perlu makan dan minum, tetapi hakikat manusia adalah dalam permata yang berharga yang menjadikan dia sebagai makhluk yang terhormat dan berkuasa di atas bumi ini. 

Permata itu ialah "Roh" yang membawa kehidupan manusia dan kebersihannya dalam bermunajat kepada Allah dan beribadah kepada Allah adalah makanan roh yang tidak bisa habis, kemudian jika permata yang indah ini berhadapan dengan ghoflah (kelalaian) , lalu timbul perasaan ingkar dan ragu, angin percobaan menembus sehingga membawa hanyut debu-debu atau api yang sangat keras itu melahap hingga mengeluarkan karat, sehingga ruh itu cepat-cepat mengembalikan manusia kepada Tuhannya, lalu ia berdo’a dan merendah diri kepada-Nya. 

Inilah hakikat yang di tuturkan Al-Qur'an dan di ungkapkan oleh kenyataan hidup : ”Dialah (Dzat) yang menjalankan kamu di darat dan di laut, hingga apabila kamu sudah berada di perahu, dan perahu-perahu itu membawa mereka dengan angin yang baik dan merekapun senang dengan angin itu, kemudian tiba-tiba datanglah angin kencang dan datang pula gelombang dari tiap-tiap penjuru dan mereka menyangka bahwa mereka sedang di kelilingi oleh bahaya, lalu mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan do’anya itu kepada Allah : "Sungguh jika Engkau selamatkan kami dari bahaya ini, niscaya kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Yunus Ayat 22). 

Sesungguhnya hati manusia itu selalu merasa butuh kepada Allah dan perasaan inl asli dan benar yang sesuatu di dunia ini tidak bisa mengisi kekosongannya itu melainkan hubungan yang baik dengan Tuhan yang mengatur dunia ini pula. lnilah yang di lakukan oleh ibadah itu jika ibadah tersebut dapat di tunaikan dengan benar. lbnu Taimiyah berkata : "Hati itu sendiri sebenarnya butuh kepada Allah, di lihat dari dua jurusan, dari segi ibadah dan dari segi permintaan tolong dan tawakkal, maka hati tidak akan menjadi beres, merasa senang, gembira, enak, baik dan tentram, melainkan dengan beribadah kepada Tuhannya yang Esa dan mencintai-Nya serta bertaubat kepada-Nya. 

Kalaupun seandainya kesenangan itu bisa di capai dari makhluk, namun tidak akan bisa merasa tenang dan tenteram, sebab di dalam hatinya itu, ada perasaan mendasar perlu kepada Tuhannya dan inilah fithri, karena Allah adalah dzat yang di sembah, yang di cintainya dan yang di mintainya. Dengan demikian maka akan di peroleh kegembiraan, kesenangan, keenakan, kenikmatan, ketenangan dan ini memang tidak mungkin di dapat melainkan dengan pertolongan Allah dan tidak akan ada yang mampu memberikan yang demikian itu melainkan Allah dan ini senantiasa di perlukan hakikat "IYYAAKA NA'BUDU WAIYYAAKA NASTA’IlN". 

Kalau dapat di bantu untuk memperoleh apa yang di cintai, yang di cari, di gemari dan yang di inginkan tanpa ibadah kepada Allah, maka apa yang di hasilkan itu tidak lain adalah kepedihan, kerugian dan penyiksaan dan sedangkan kepedihan-kepedihan dunia tidak mungkin dapat di hindarkan, melainkan dengan mengikhlaskan cinta kepada Allah, di mana Allah adalah fokus dari segala tujuannya dan titik akhir dari segala cita-citanya. 

Tujuan pertama kecintaannya adalah kepada Allah, selain itu hanya di cinta dengan ungkapan dan sifat, yakni hanya demi Allah, bukan karena mencintai sesuatu itu sendiri secara murni. 

Demikianlah bila seseorang sudah dapat mengikhlaskan peribadatannya itu semata-mata karena Allah, maka diapun menemukan dirinya dan dia akan bisa memperoleh pimpinan untuk mendapatkan rahasia wujud ini, serta menemukan arti kebahagiaan rohani dalam arti yang sebenarnya, itulah yang di lukiskan Rasulullah nikmatnya iman, kenikmatan ini tidak bisa di rasakan melainkan oleh orang yang arif kepada Allah dan mengutamakan Allah di atas segala-galanya.

Posting Komentar untuk "IBADAH ADALAH SANTAPAN ROHANI"