Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

MEMBEZUK KAFIR YANG SAKIT DAN UCAPAN SELAMAT

Tentang membezuk kafir yang sakit dan ucapan selamat

Imam Bukhari Ra meriwayatkan dalam kitab Al-Jana'iz dari Anas Ra, beliau berkata : "Dahulu ada seorang anak Yahudi biasa membantu Nabi Saw suatu saat ia sakit, lalu Nabi Saw menjenguknya dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata kepadanya : "Masuklah ke dalam Islam! Lalu anak tersebut melihat
kepada bapaknya yang berada di sampingnya. Sang bapak berkata kepadanya : "Taatilah Abul Qasim (Rasulullah Saw), lalu ia masuk Islam, kemudian Nabi Saw keluar sambil berkata : "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka." (H.R. Imam Bukhari).

Imam Bukhari juga meriwayatkan kisah Abu Thalib ketika sakaratul maut, lalu Rasululllah Saw mengunjunginya dan menawarkan Islam kepadanya. (Lihat Shahih Imam Bukhari 3/222 no. 1360).

Ibnu Bathal Ra menyatakan : "Menjenguk orang kafir yang sakit di syari'atkan apabila di harapkan akan menerima untuk masuk Islam, bila tidak di harapkan, maka tidak boleh." (Fathul Bari 10/119). Sedangkan Ibnu Hajar berkata : "Yang rajih adalah hal itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan maksud, terkadang dengan menjenguknya akan muncul maslahat lainnya." (Fathul Bari 10/119).


Adapun mengucapkan selamat kepada mereka dalam syiar-syiar kufur yang khusus untuk mereka, maka itu di sepakati keharamannya, misalnya menyambut hari raya mereka dengan mengucapkan : "Selamat hari raya" atau menyambut hari raya-nya tersebut.


Ini apabila yang mengucapkannya, maka tidak selamat dari kekufuran, sebab ia masuk dalam perkara terlarang, hal ini seperti kedudukan orang yang mengucapkan selamat kepada orang kafir yang sujud kepada salib, bahkan hal ini lebih besar dosa dan kemurkaannya di sisi Allah dari pada orang yang mengucapkan selamat kepada peminum minuman keras, pembunuh, pezina dan lain-lainnya.


Banyak orang yang tidak memiliki komitmen dengan agama, hingga terjerumus dalam hal ini dan tidak mengerti buruknya perbuatannya, siapa yang mengucapkan selamat kepada seorang hamba dengan kemaksiatan, bid'ah atau kekufurannya, maka telah membuka diri untuk di murkai Allah, dahulu para ahli wara' dari kalangan ulama menjauhi ucapan selamat kepada orang-orang zhalim yang mendapatkan kekuasaan dan ucapan selamat kepada orang-orang bodoh yang mendapatkan jabatan Qadhi, pengajaran
dan fatwa, karena menjauhi murka Allah dan jatuhnya mereka dari pandangan Allah. Apabila seseorang di timpa seperti itu, maka ia melakukannya untuk menolak keburukan yang akan terjadi dari mereka, sehingga berjalan menemui mereka dan tidak berkata kecuali yang baik dan mendo'akan mereka mendapatkan taufiq dan kelurusan, maka itu tidak mengapa. (Ahkam Ahli adz-Dimmah 1/205-206).


Masuk juga dalam hal ini pengagungan terhadap mereka dan memanggil mereka dengan istilah Sayyid (tuan) dan maula, hal ini terlarang dengan dasar hadits yang marfu', yaitu : "Jangan mengatakan kepada munafiq dengan panggilan Sayyid, karena kalaupun menjadi sayyid, maka kalian telah membuat murka Rabb kalian Azza wa Jalla." (H.R. Abu Dawud dalam Sunannya kitab al-Adab). Tidak boleh juga menjuluki mereka dengan julukan sebagaimana yang di sampaikan Imam Ibnul Qayyim, yaitu Mu'izuddaulah atau fulan As-Sadid (yang lurus perilakunya) atau Ar-Rasyid (yang mendapat bimbingan) atau Ash-Shalih (yang shalih) dan sebagainya.

Siapa yang menamakan dirinya dengan salah satu dari nama-nama tersebut, maka seorang muslim dilarang memanggil dengan namanya tersebut, seandainya ia seorang Nashrani, maka panggil saja dengan Wahai Nashrani dan untuk Yahudi dengan wahai orang Yahudi, kemudian Ibnul Qayyim berkata lagi : "Adapun sekarang sungguh aku mendapati zaman orang-orang tersebut (kaum non Muslim) muncul di bagian terdepan berbagai majlis, di sambut dengan berdiri dan di ciumi tangantangan mereka, serta menempati jabatan mengatur gaji para tentara dan harta-harta kerajaan. (Ahkam Ahlidz-Dzimmah 2/771).


Apabila ini adalah ucapan Imam Ibnul Qayyim yang wafat tahun 751 H, maka hendaknya seorang Muslim melihat zaman ini pada kumpulan buih yang banyaknya bagaikan buih banjir, mereka menisbatkan diri kepada Islam, padahal mereka mengikuti musuh Allah dalam segala urusannya, baik yang kecil maupun yang besar, hingga seandainya musuh Islam tersebut masuk ke dalam lobang kadal gurun tentulah mereka masuk mengikutinya, bukan sekedar mengekor pada mereka semata, bahkan mengekor dengan segala
ketakjuban dan kebanggaan terhadap mereka, tidaklah terjadi acara dan momen musuh-musuh kita, kecuali di penuhi dengan ucapan selamat dari segala penjuru, semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

Posting Komentar untuk "MEMBEZUK KAFIR YANG SAKIT DAN UCAPAN SELAMAT"