Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

IBADAH ADALAH AMANAT

"Kami tawarkan amanat (ibadah) ke pada langit, bumi dan gunung-gunung, semuanya merasa enggan untuk menerimanya dan semuanya itu merasa khawatir, di tentangnya lalu di terimanya amanat itu oleh manusia itu.” (Q.S. Al-Ahzab Ayat 72). 

Jadi menunaikan amanat adalah salah satu sifat dari sifat-sifat kesempurnaan yang sangat di cintai, menunaikan amanat dari pihak pertama adalah jalan untuk menunaikan amanat dari pihak kedua. 

Sebagian sahabat ada yang berkata : Aku pernah melihat seorang Badui yang datang ke masjid lalu turun dari untanya, di biarkannya untanya itu, lalu la masuk masjid dan ia shalat dengan tenang dan khusyu' serta berdo'a apa yang ia kehendaki, kami merasa heran, tetapi ketika ia keluar dari masjid, untanya tidak ada, lalu ia berkata : "Aku telah menunaikan amanatmu,sekarang amanatku? Ar-Razi berkata : "Kami bertambah heran, kemudian, tidak lama lagi, datanglah seorang laki-laki mengendarai untanya itu, lalu menyerahkan kepadanya." Ar-Razi berkata : "Tegasnya, kalau amanat Allah itu di jaga, maka Allahpun akan menjaga amanat orang tersebut." Dan inilah yang di maksud hadits Nabi Saw yang di ajukan kepada lbnu Abbas : "Jagalah Allah, maka Allah akan menjaqamu." (H.R. At-Tirmidzi). 

Sibuk beribadah itu berarti perpindahan dari dunia tipu daya menuju dunia kegembiraan, perpindahan dari kesibukkan dengan maksud menuju kehadirat Allah dan inilah yang membawa kepada kesempurnaan kelezatan dan kehebatan dalam beribadah kepada Allah dan menjaga amanat Allah untuk manusia agar beribadah kepada-Nya. 

Di ceritakan, bahwa pada suatu ketika Abu Hanifah sedang shalat, tiba-tiba ada seekor ular jatuh dari atap yang cukup memporak-porandakan manusia, tetapi Abu Hanifah tidak rnerasa apa-apa. Cerita ini mungkin di anggap aneh, tetapi cobalah baca firman Allah yang mengkisahkan orang-orang perempuan yang melihat Nabi Yusuf As, yaitu : ”Ketika mereka melihat Yusuf, mereka merasa tercengang, lalu, memotong (jari-jarinya) tangan mereka." (Q.S. Yusuf Ayat 31). Perumpamaan itu ketika hatinya terpesona oleh keelokan Nabi Yusuf As, sampai mereka memotong jari-jarinya tanpa di sadari. 

Kalau ini bisa terjadi pada diri manusia, maka mengagumi Dzat Allah lebih dapat mempengaruhi hati manusia, kalau ada seorang raja masuk rumah kita, lalu ketika itu ayah dan anak-anak kita lewat, tetapi kita hampir tidak mengenal ayah dan anak-anak kita itu karena kita sedang berhadapan dengan raja yang perkasa tersebut, maka yang demikian itu adalah karena kehebatan raja tersebut yang dapat menghalang hati kita dari menyadari terhadap ayah dan anak-anak kita itu. Kalau ini bisa terjadi, mengapa terhadap Allah pencipta alam ini tidak bisa lebih dari itu! 

Dengan demikian jelas, bahwa orang yang sudah dapat merasakan kelezatan iman yang sebenarnya, lalu dalam kalbunya bersinar cahaya keyakinan itu justru karena rnelihat ibadah itu bukan sekedar untuk atau melaksanakan perintah, tetapi dalam beribadah itu, dia mendapat kelezatan dengan bermunajat dan taat kepada Allah serta berusaha mencari ridha Allah. 

Selanjutnya, dalam ibadah itu pula dia akan mendapatkan satu kebahagiaan, yang tidak dapat di miliki oleh pemangku-pemangku istana dan raja-raja besar. Rasulullah Saw, memandang "Shalat" itu bagaikan orang yang haus memandang air tawar dan seperti musafir di padang pasir bawah terik matahari yang melihat pohon hijau nan rindang, karena itu apabila waktu shalat telah tiba, ia berkata kepada Bilal : "Hai Bilal! Kita di hibur dengan shalat itu." (H.R. Abu Daud). 

’Aisyah istri Rasulullah Saw juga menceritakan kepada kita, bahwa apabila waktu shalat telah tiba, seolah-olah Nabi tidak mengenal kita dan kitapun tidak mengenal dia, karena itu tidak heran, kata ‘Aisyah : "Kesejukan mataku itu di jadikan ketika dalam shalat." (H.R. Ahmad, An-Nasai, Al-Hakim dan Al-Baihaqi). 

Seorang mu'min dalam keadaan susah akan mendapatkan ketenangan dalam beribadah kepada Tuhannya, seperti firman Allah yanq mengatakan : "Sungguh Kami mengetahui bahwa hatimu sedang sempit lantaran apa yang di katakan oleh orang-orang kafir itu. Oleh karena itu bertasbihlah kamu dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu dari kalangan orang-orang yang sujud, serta sembahlah Tuhanmu hingga datanglah keyakinan (mati)." (Q.S. Al-Hijr Ayat 97-99). 

Di saat susah dan senang seorang mu'min merasakan manisnya bersyukur kepada yang memberi ni’mat dan merasakan nikmatnya memuji kepada Dzat yang Maha Gagah dan Pemurah, betapakah indahnya suasana hati seseorang manusia kepada Allah kepada Nabi-Nya dalam posisi yang seperti ini.

Posting Komentar untuk "IBADAH ADALAH AMANAT"