Ringkasan Pokok-Pokok (Ilmu) Ushuluddin Imam Ibnu Abi Hatim
Imam Ibnu Abi Hatim bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah Radliyallahu'anhuma tentang madzhab Ahlus Sunnah dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama), juga tentang pemahaman para ulama di berbagai kota yang mereka ketahui, serta apa saja yang mereka berdua yakini.
Maka, keduanya berkata : "Kami telah berjumpa dengan para ulama di seluruh kota baik di Hijaz, Iraq, Mesir, Syam maupun Yaman, maka diantara madzhab yang mereka anut adalah :
1. Iman itu berupa perkataan dan perbuatan.
2. bertambah dan berkurang.
3. Al-Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dalam segala aspeknya.
4. Takdir yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah Azza wa Jalla.
5. Di kalangan ummat ini, sebaik-baik orang setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Al-Khattab, lalu ‘Utsman, lalu ‘Ali bin Abu Thalib Radliyallahu'anhum.
6. Mereka Khulafaur Rasyidun Al-Mahdiyin, para khalifah yang berpegang teguh kepada agama dan mengikuti kebenaran.
7. Bahwa sepuluh sahabat yang disebut dan dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk jannah, mereka itu sesuai dengan pernyataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan perkataan beliau itu benar.
8. Memintakan kasih sayang bagi seluruh sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menahan untuk membicarakan perselisihan yang terjadi diantara mereka.
9. Bahwa Allah Azza wa Jalla berada di atas ‘Arsy-Nya, terpisah dari seluruh makhluk-Nya, sebagaimana sifat yang diberitahukan-Nya dalam kitab-Nya melalui lisan Rasul-Nya, tanpa diketahui kaifiyah (bagaimana)nya.
10. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
11. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan dapat dilihat di akhirat, segenap penduduk jannah akan melihat-Nya dengan mata kepala mereka.
12. Allah berbicara, sebagaimana dia berkehendak.
13. Jannah (syurga) adalah benar dan naar (neraka) adalah benar (adanya), keduanya adalah makhluk yang kekal abadi.
14. Jannah adalah balasan bagi para wali-Nya, sedangkan neraka adalah hukuman bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla.
15. Shirath adalah benar (adanya).
16. Mizan (timbangan) adalah benar (adanya), memiliki dua sisi timbangan untuk menimbang amalan para hamba, yang baik maupun yang buruk.
17. Haudh (telaga) yang dijadikan sebagai penghormatan bagi Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah benar (adanya).
18. Syafa’at adalah benar (adanya).
19. Dan bahwa sebagian ahli tauhid keluar dari neraka lantaran adanya syafa’at, adalah benar.
20. Adzab kubur adalah benar.
21. Munkar dan Nakir adalah benar (adanya).
22. Malaikat mulia yang mencatat amal perbuatan manusia adalah benar (adanya).
23. Kebangkitan setelah mati adalah benar (adanya).
24. Para pelaku dosa besar berada dalam masyi’ah (kehendak) Allah Azza wa Jalla.
25. Kita tidak mengkafirkan ahli kiblah disebabkan dosa mereka, kita menyerahkan urusan batin mereka kepada Allah Azza wa Jalla.
26. Kita melaksanakan kewajiban jihad dan haji bersama imam-imam kaum muslimin, disetiap masa.
27. Kita tidak boleh keluar terhadap para imam (amirul mukminin) atau peperangan di masa fitnah.
28. Kita mendengar dan menta’ati siapa saja yang dijadikan Allah Azza wa Jalla sebagai pemimpin kita dan kita tidak akan melepaskan diri dari ketaatan.
29. Kita mengikuti sunnah dan jama’ah.
30. Kita menghindari sikap menyimpang, perselisihan dan perpecahan.
31. Jihad berlaku semenjak Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi-Nya ‘Alaihish shalatu wasalam hingga terjadinya hari kiamat, bersama imam-imam kaum muslimin, tanpa ada sesuatupun yang menghapuskannya, demikian pula haji.
32. Begitu pula pembayaran zakat saimah kepada imam kaum muslimin yang menjadi pemimpin bagi kita dan saimah adalah binatang-binatang ternak, baik itu unta, sapi maupun kambing dan lainnya, yang digembalakan di padang maupun tanah kosong selama satu tahun atau lebih.
33. Pada aslinya manusia secara umum digolongkan mukmin berdasarkan hukum-hukum dan pewarisan.
34. Adapun hakekat keimanan mereka disisi Allah tidak diketahui.
35. Barangsiapa yang berkata bahwa ia seorang mu’min sejati, maka ia adalah orang yang berbuat bid’ah.
36. Barangsiapa yang berkata bahwa ia adalah orang yang mu’min disisi Allah, maka ia termasuk pendusta.
37. Dan orang yang mengatakan, "Saya beriman kepada Allah", maka yang dilakukannya adalah benar.
38. Barangsiapa diantara mereka yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadinya, maka ia kafir.
39. Barangsiapa menyatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk, maka ia orang yang kafir kepada Allah Yang Maha Agung, dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari millah (agama).
40. Barangsiapa yang faham tetapi meragukan kekafirannya, maka ia kafir.
41. Barangsiapa yang ragu terhadap Kalam Allah Ta’ala (Al-Qur’an), bimbang mengenainya dan mengatakan, "Saya tidak tahu apakah makhluk atau bukan makhluk" maka ia orang yang durhaka kepada Allah.
42. Orang yang bimbang mengenai Al-Qur’an dikarenakan kebodohan, maka harus diajari dan dibid’ahkan, tetapi tidak dikafirkan.
43. Barangsiapa yang mengatakan "Bacaan Al-Qur’an-ku adalah makhluk" atau "Al-Qur’an dengan bacaanku adalah makhluk", maka ia adalah orang yang durhaka kepada Allah.
44. Tanda-tanda ahli bid’ah adalah mengumpat ahlul atsar (orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah).
45. Tanda-tanda orang zindiq adalah mereka menyebut ahlul atsar sebagai orang hasywiyah, karena mereka ingin menghapuskan sunnah.
46. Menyuruh untuk mengisolasi orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan melakukan bid’ah, menyalahkan pendapat mereka dengan keras.
47. Menolak penulisan buku-buku dengan pendapat tanpa berdasarkan atsar.
Maka, keduanya berkata : "Kami telah berjumpa dengan para ulama di seluruh kota baik di Hijaz, Iraq, Mesir, Syam maupun Yaman, maka diantara madzhab yang mereka anut adalah :
1. Iman itu berupa perkataan dan perbuatan.
2. bertambah dan berkurang.
3. Al-Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dalam segala aspeknya.
4. Takdir yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah Azza wa Jalla.
5. Di kalangan ummat ini, sebaik-baik orang setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Al-Khattab, lalu ‘Utsman, lalu ‘Ali bin Abu Thalib Radliyallahu'anhum.
6. Mereka Khulafaur Rasyidun Al-Mahdiyin, para khalifah yang berpegang teguh kepada agama dan mengikuti kebenaran.
7. Bahwa sepuluh sahabat yang disebut dan dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk jannah, mereka itu sesuai dengan pernyataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan perkataan beliau itu benar.
8. Memintakan kasih sayang bagi seluruh sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menahan untuk membicarakan perselisihan yang terjadi diantara mereka.
9. Bahwa Allah Azza wa Jalla berada di atas ‘Arsy-Nya, terpisah dari seluruh makhluk-Nya, sebagaimana sifat yang diberitahukan-Nya dalam kitab-Nya melalui lisan Rasul-Nya, tanpa diketahui kaifiyah (bagaimana)nya.
10. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
11. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan dapat dilihat di akhirat, segenap penduduk jannah akan melihat-Nya dengan mata kepala mereka.
12. Allah berbicara, sebagaimana dia berkehendak.
13. Jannah (syurga) adalah benar dan naar (neraka) adalah benar (adanya), keduanya adalah makhluk yang kekal abadi.
14. Jannah adalah balasan bagi para wali-Nya, sedangkan neraka adalah hukuman bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla.
15. Shirath adalah benar (adanya).
16. Mizan (timbangan) adalah benar (adanya), memiliki dua sisi timbangan untuk menimbang amalan para hamba, yang baik maupun yang buruk.
17. Haudh (telaga) yang dijadikan sebagai penghormatan bagi Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah benar (adanya).
18. Syafa’at adalah benar (adanya).
19. Dan bahwa sebagian ahli tauhid keluar dari neraka lantaran adanya syafa’at, adalah benar.
20. Adzab kubur adalah benar.
21. Munkar dan Nakir adalah benar (adanya).
22. Malaikat mulia yang mencatat amal perbuatan manusia adalah benar (adanya).
23. Kebangkitan setelah mati adalah benar (adanya).
24. Para pelaku dosa besar berada dalam masyi’ah (kehendak) Allah Azza wa Jalla.
25. Kita tidak mengkafirkan ahli kiblah disebabkan dosa mereka, kita menyerahkan urusan batin mereka kepada Allah Azza wa Jalla.
26. Kita melaksanakan kewajiban jihad dan haji bersama imam-imam kaum muslimin, disetiap masa.
27. Kita tidak boleh keluar terhadap para imam (amirul mukminin) atau peperangan di masa fitnah.
28. Kita mendengar dan menta’ati siapa saja yang dijadikan Allah Azza wa Jalla sebagai pemimpin kita dan kita tidak akan melepaskan diri dari ketaatan.
29. Kita mengikuti sunnah dan jama’ah.
30. Kita menghindari sikap menyimpang, perselisihan dan perpecahan.
31. Jihad berlaku semenjak Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi-Nya ‘Alaihish shalatu wasalam hingga terjadinya hari kiamat, bersama imam-imam kaum muslimin, tanpa ada sesuatupun yang menghapuskannya, demikian pula haji.
32. Begitu pula pembayaran zakat saimah kepada imam kaum muslimin yang menjadi pemimpin bagi kita dan saimah adalah binatang-binatang ternak, baik itu unta, sapi maupun kambing dan lainnya, yang digembalakan di padang maupun tanah kosong selama satu tahun atau lebih.
33. Pada aslinya manusia secara umum digolongkan mukmin berdasarkan hukum-hukum dan pewarisan.
34. Adapun hakekat keimanan mereka disisi Allah tidak diketahui.
35. Barangsiapa yang berkata bahwa ia seorang mu’min sejati, maka ia adalah orang yang berbuat bid’ah.
36. Barangsiapa yang berkata bahwa ia adalah orang yang mu’min disisi Allah, maka ia termasuk pendusta.
37. Dan orang yang mengatakan, "Saya beriman kepada Allah", maka yang dilakukannya adalah benar.
38. Barangsiapa diantara mereka yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadinya, maka ia kafir.
39. Barangsiapa menyatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk, maka ia orang yang kafir kepada Allah Yang Maha Agung, dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari millah (agama).
40. Barangsiapa yang faham tetapi meragukan kekafirannya, maka ia kafir.
41. Barangsiapa yang ragu terhadap Kalam Allah Ta’ala (Al-Qur’an), bimbang mengenainya dan mengatakan, "Saya tidak tahu apakah makhluk atau bukan makhluk" maka ia orang yang durhaka kepada Allah.
42. Orang yang bimbang mengenai Al-Qur’an dikarenakan kebodohan, maka harus diajari dan dibid’ahkan, tetapi tidak dikafirkan.
43. Barangsiapa yang mengatakan "Bacaan Al-Qur’an-ku adalah makhluk" atau "Al-Qur’an dengan bacaanku adalah makhluk", maka ia adalah orang yang durhaka kepada Allah.
44. Tanda-tanda ahli bid’ah adalah mengumpat ahlul atsar (orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah).
45. Tanda-tanda orang zindiq adalah mereka menyebut ahlul atsar sebagai orang hasywiyah, karena mereka ingin menghapuskan sunnah.
46. Menyuruh untuk mengisolasi orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan melakukan bid’ah, menyalahkan pendapat mereka dengan keras.
47. Menolak penulisan buku-buku dengan pendapat tanpa berdasarkan atsar.
Posting Komentar untuk "Ringkasan Pokok-Pokok (Ilmu) Ushuluddin Imam Ibnu Abi Hatim"
Terimakasih atas kunjungan anda...