Bagaimana Cara Rasulullah Saw Mendidik Umatnya?
Hendaklah dipahami, bahwa pendidikan (tarbiyah) tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas dalam waktu yang telah ditentukan saja, pemahaman seperti ini berdampak negatif pada pendidikan anak, diantaranya, orang tua akan acuh tak acuh dengan pendidikan anaknya ketika sang anak berada dirumah, membiarkan saja hal-hal negatif yang diperbuat oleh sang anak, seperti meninggalkan shalat atau main game terus-menerus dan lain sebagainya.
Sebagian pendidik pun terkadang juga memiliki pemahaman pincang seperti ini juga, sehingga mereka tidak merasa tertuntut untuk mengingatkan perilaku anak-anak yang tidak benar ketika mereka berada di luar ruangan.
Bahkan terkadang juga, sang pendidik secara sadar atau tidak sadar melakukan hal-hai negatif di depan anak didiknya, seperti tidak mengenakan busana muslimah atau merokok.
Figur teladan umat Islam, Nabi Muhammad Saw telah mencontohkan bagaimana beliau banyak memanfaatkan kesempatan dan momentum untuk mendidik umat dan mengajarkan ilmu kepada mereka, meskipun tidak sedang berada didalam masjid, sehingga melahirkan generasi-generasi Islam yang kokoh iman dan ketaqwaannya, berilmu dan berakhlak mulia.
Untuk itu, orang tua mesti memanfaatkan kesempatan-kesempatan kebersamaan dengan anak-anak buah hati mereka untuk menanamkan nilai-nilai Islam, entah yang berhubungan dengan aqidah, akhlak dan ibadah pada diri buah hati mereka.
1. Mendidik dengan cara duduk di Halaqah bersama para sahabatnya di Masjid
Abu Waqid Al-Laitsi Ra menceritakan bahwa waktu itu Rasulullah Saw duduk di masjid menyampaikan ilmu kepada para sahabat, ada tiga orang berjalan menuju masjid, sesampainya di masjid, satu orang berpaling dan pergi, dua orang lainnya ingin bergabung dan berdiri di dekat majelis Nabi Saw tersebut dan yang satu mencari tempat kosong, ketika mendapati ada tempat kosong, ia langsung menempatinya. Adapun yang lain duduk di belakang majelis, setelah usai dari pelajarannya, beliau bersabda, "Maukah kalian aku kabarkan tentang tiga orang tadi, yang satu berlindung kepada Allah (dengan cara duduk dimajelis taklim), maka Allah pun melindunginya. Yang kedua malu (dan duduk di belakang majelis taklim), maka Allah pun malu kepadanya (Allah menerima dan merahmatinya karena sifat malunya). Orang yang ketiga berpaling dari majelis taklim dan pergi, maka Allah berpaling darinya." (H.R. Al-Bukhari No. 66 dan Imam Muslim No. 2176).
Hadits ini menunjukkan, bahwa Nabi Saw mendidik para sahabat dimajelis taklim di dalam masjidnya.
2. Mendidik di Masjid perihal tata cara Shalat yang benar
Abu Hurairah Ra menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw masuk masjid, ada seorang laki-laki yang masuk masjid pula dan melakukan shalat, setelah salam, ia menemui Nabi Saw seraya mengucapkan salam kepadanya.
Beliau Saw pun menjawab salamnya dan berkata, "Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya kamu belum melakukan shalat (yang benar)" Laki-laki itu pun mengulangi shalatnya, lalu mendatangi Nabi Saw dan mengucapkan salam. Nabi Saw pun kembali berkata, "Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya kamu belum melakukan shalat (yang benar)." Beliau mengatakan seperti itu sampai tiga kali. Laki-laki itu pun gelisah dan balik bertanya, "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat yang lebih baik dari apa yang telah kulakukan, maka ajarilah aku! Nabi Saw pun mengajarinya, "Jika kamu telah berdiri, maka lakukan takbiratul ihram, kemudian bacalah Al-Fatihah yang mudah bagimu dari Al-Qur'an, lalu rukuklah sampai kamu tenang dan diam di dalam rukukmu, lalu bangkitlah sampai kamu berdiri tegak dalam i'tidal.." (H.R. Al-Bukhari No. 757).
Hadits di atas menunjukkan, bahwa Nabi Saw mengajarkan ilmu kepada sahabatnya di masjid tentang tata cara shalat yang benar.
Demikian pula dengan anak-anak yang menginap dirumah Nabi Saw mereka dapat mengambil ilmu dari pendidikan beliau pula, Ibnu 'Abbas Ra misalnya, pernah belajar shalat malam dari Nabi Saw, ia menceritakan bahwa ketika ia menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits Ra, istri Nabi Saw waktu itu dan Nabi Saw sedang berada di rumahnya, setelah Nabi Saw melaksanakan shalat Isya, beliau Saw pulang ke rumah. Ketika di rumah, beliau shalat sunat empat rakaat, kemudian tidur, dimalam hari, beliau Saw bangun dan berkata, "Apakah si kecil sudah tidur?" Kemudian beliau Saw mengerjakan shalat sunat. Akupun ikut berdiri di sebelah kirinya sebagai makmum, akan tetapi, beliau Saw memindahkanku ke sebelah kanannya. Beliau mengerjakan shalat lima rakaat dan setelah itu beliau mengerjakan shalat dua rakaat fajar (shalat qabliyah Subuh), kemudian tidur, sampai aku mendengar suara dengkuran Nabi Saw, lalu beliau bangun dan pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Subuh berjamaah." (H.R. Al-Bukhari No. 117).
Rasulullah Saw Mendidik Di Waktu Safar (Bepergian)
Abu Musa Al-Asy'ari Ra meriwayatkan, bahwa ia pernah bepergian bersama Nabi Saw, ketika jalan menanjak, maka ia bersama teman-temannya bertakbir dengan suara keras, maka Nabi Saw berkata, "Wahai Manusia, tenangkan diri kalian, janganlah kalian bersusah payah mengangkat suara, karena sesungguhnya kalian tidaklah memanggil Dzat yang tuli dan jauh, akan tetapi kalian memanggil Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat." Lalu Nabi Saw mendatangiku disaat aku mengucapkan dengan lirih, "Laa haula wala quwwata illa billaah". Kemudian Beliau berkata, "Wahai 'Abdullah bin Qais, ucapkanlah, laa haula wala quwwata illa billaah', karena sesungguhnya ucapan tersebut adalah salah satu diantara tabungan-tabungan surga." (H.R. Al-Bukhari No. 6384).
Dalam hadits ini Nabi Saw memberikan penanaman tauhid dan cara berdzikir kepada para sahabat di tengah perjalanan.
Rasulullah Saw Mendidik Ketika Di Atas Kendaraan
'Abdullah bin 'Abbas Ra meriwayatkan, bahwa Fadhl Ra pernah dibonceng oleh Nabi Saw, waktu itu, datang seorang wanita dari Khats'am, maka Fadhl melihatnya dan wanita itu pun melihat Fadhl, kemudian Nabi Saw pun memalingkan wajah Fadhl ke arah lain...sampai akhir hadits." (H.R. Al-Bukhari No. 1855).
Pada hadits di atas, Nabi Saw memberikan pendidikan langsung kepada Fadhl bin 'Abbas Ra ketika berada diatas tunggangannya tentang keharusan menundukkan pandangan dihadapan wanita yang bukan mahram, agar terhindar dari fitnah pandangan mata.
Mendidik Ketika Melihat Tanda-Tanda Kebesaran Allah
Jarir bin 'Abdullah Ra meriwayatkan, bahwa ia pernah bersama Nabi Saw, kemudian beliau Ra melihat bulan purnama bersama para sahabat, lalu beliau Saw bersabda : "Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian pada Hari Kiamat seperti kalian melihat bulan purnama ini, kalian tidak perlu bersusah payah dalam melihatnya." (H.R. Al-Bukhari No. 554).
Pada hadits di atas, ketika bulan purnama tampak, beliau Saw memberikan pendidikan kepada para sahabat tentang keyakinan bahwa setiap Mukmin akan melihat Allah Ta'ala pada Hari Kiamat nanti.
Melalui, beberapa pemaparan hadits diatas, dapat diketahui, bahwa Nabi Saw mendidik umat dalam banyak momentum yang berbeda-beda, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, pada saat muncul kesempatan atau kejadian tertentu, beliau Saw pandai memanfaatkannya untuk menanamkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam pada hati para sahabat.
Semoga para orang tua, da'i-da'i dan guru-guru dapat mencontoh Rasulullah Saw dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan dan dalam menyikapi suatu kejadian untuk menerangkan perkara agama yang berhubungan dengannya. Wallahu a'lam.
Sebagian pendidik pun terkadang juga memiliki pemahaman pincang seperti ini juga, sehingga mereka tidak merasa tertuntut untuk mengingatkan perilaku anak-anak yang tidak benar ketika mereka berada di luar ruangan.
Bahkan terkadang juga, sang pendidik secara sadar atau tidak sadar melakukan hal-hai negatif di depan anak didiknya, seperti tidak mengenakan busana muslimah atau merokok.
Figur teladan umat Islam, Nabi Muhammad Saw telah mencontohkan bagaimana beliau banyak memanfaatkan kesempatan dan momentum untuk mendidik umat dan mengajarkan ilmu kepada mereka, meskipun tidak sedang berada didalam masjid, sehingga melahirkan generasi-generasi Islam yang kokoh iman dan ketaqwaannya, berilmu dan berakhlak mulia.
Untuk itu, orang tua mesti memanfaatkan kesempatan-kesempatan kebersamaan dengan anak-anak buah hati mereka untuk menanamkan nilai-nilai Islam, entah yang berhubungan dengan aqidah, akhlak dan ibadah pada diri buah hati mereka.
Rasulullah Saw mendidik di Masjid
Pendidikan Nabi Saw sering dilakukan di masjid ketika berada di Madinah, sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits, diantaranya adalah :1. Mendidik dengan cara duduk di Halaqah bersama para sahabatnya di Masjid
Abu Waqid Al-Laitsi Ra menceritakan bahwa waktu itu Rasulullah Saw duduk di masjid menyampaikan ilmu kepada para sahabat, ada tiga orang berjalan menuju masjid, sesampainya di masjid, satu orang berpaling dan pergi, dua orang lainnya ingin bergabung dan berdiri di dekat majelis Nabi Saw tersebut dan yang satu mencari tempat kosong, ketika mendapati ada tempat kosong, ia langsung menempatinya. Adapun yang lain duduk di belakang majelis, setelah usai dari pelajarannya, beliau bersabda, "Maukah kalian aku kabarkan tentang tiga orang tadi, yang satu berlindung kepada Allah (dengan cara duduk dimajelis taklim), maka Allah pun melindunginya. Yang kedua malu (dan duduk di belakang majelis taklim), maka Allah pun malu kepadanya (Allah menerima dan merahmatinya karena sifat malunya). Orang yang ketiga berpaling dari majelis taklim dan pergi, maka Allah berpaling darinya." (H.R. Al-Bukhari No. 66 dan Imam Muslim No. 2176).
Hadits ini menunjukkan, bahwa Nabi Saw mendidik para sahabat dimajelis taklim di dalam masjidnya.
2. Mendidik di Masjid perihal tata cara Shalat yang benar
Abu Hurairah Ra menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw masuk masjid, ada seorang laki-laki yang masuk masjid pula dan melakukan shalat, setelah salam, ia menemui Nabi Saw seraya mengucapkan salam kepadanya.
Beliau Saw pun menjawab salamnya dan berkata, "Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya kamu belum melakukan shalat (yang benar)" Laki-laki itu pun mengulangi shalatnya, lalu mendatangi Nabi Saw dan mengucapkan salam. Nabi Saw pun kembali berkata, "Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya kamu belum melakukan shalat (yang benar)." Beliau mengatakan seperti itu sampai tiga kali. Laki-laki itu pun gelisah dan balik bertanya, "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat yang lebih baik dari apa yang telah kulakukan, maka ajarilah aku! Nabi Saw pun mengajarinya, "Jika kamu telah berdiri, maka lakukan takbiratul ihram, kemudian bacalah Al-Fatihah yang mudah bagimu dari Al-Qur'an, lalu rukuklah sampai kamu tenang dan diam di dalam rukukmu, lalu bangkitlah sampai kamu berdiri tegak dalam i'tidal.." (H.R. Al-Bukhari No. 757).
Hadits di atas menunjukkan, bahwa Nabi Saw mengajarkan ilmu kepada sahabatnya di masjid tentang tata cara shalat yang benar.
Nabi Saw Mendidik Di Rumah
Di dalam rumah pun, Nabi Muhammad Saw memberikan pendidikan kepada semua anggota keluarga, untuk para istrinya misalnya, mereka banyak mengambil ilmu dari Beliau Saw yang berkaitan dengan mu'asyarah zaujiyyah (pergaulan suami-istri) maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita, sehingga banyak dari sahabat Nabi Saw yang mengambil ilmu dari mereka.Demikian pula dengan anak-anak yang menginap dirumah Nabi Saw mereka dapat mengambil ilmu dari pendidikan beliau pula, Ibnu 'Abbas Ra misalnya, pernah belajar shalat malam dari Nabi Saw, ia menceritakan bahwa ketika ia menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits Ra, istri Nabi Saw waktu itu dan Nabi Saw sedang berada di rumahnya, setelah Nabi Saw melaksanakan shalat Isya, beliau Saw pulang ke rumah. Ketika di rumah, beliau shalat sunat empat rakaat, kemudian tidur, dimalam hari, beliau Saw bangun dan berkata, "Apakah si kecil sudah tidur?" Kemudian beliau Saw mengerjakan shalat sunat. Akupun ikut berdiri di sebelah kirinya sebagai makmum, akan tetapi, beliau Saw memindahkanku ke sebelah kanannya. Beliau mengerjakan shalat lima rakaat dan setelah itu beliau mengerjakan shalat dua rakaat fajar (shalat qabliyah Subuh), kemudian tidur, sampai aku mendengar suara dengkuran Nabi Saw, lalu beliau bangun dan pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Subuh berjamaah." (H.R. Al-Bukhari No. 117).
Rasulullah Saw Mendidik Di Waktu Safar (Bepergian)
Abu Musa Al-Asy'ari Ra meriwayatkan, bahwa ia pernah bepergian bersama Nabi Saw, ketika jalan menanjak, maka ia bersama teman-temannya bertakbir dengan suara keras, maka Nabi Saw berkata, "Wahai Manusia, tenangkan diri kalian, janganlah kalian bersusah payah mengangkat suara, karena sesungguhnya kalian tidaklah memanggil Dzat yang tuli dan jauh, akan tetapi kalian memanggil Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat." Lalu Nabi Saw mendatangiku disaat aku mengucapkan dengan lirih, "Laa haula wala quwwata illa billaah". Kemudian Beliau berkata, "Wahai 'Abdullah bin Qais, ucapkanlah, laa haula wala quwwata illa billaah', karena sesungguhnya ucapan tersebut adalah salah satu diantara tabungan-tabungan surga." (H.R. Al-Bukhari No. 6384).
Dalam hadits ini Nabi Saw memberikan penanaman tauhid dan cara berdzikir kepada para sahabat di tengah perjalanan.
Rasulullah Saw Mendidik Ketika Di Atas Kendaraan
'Abdullah bin 'Abbas Ra meriwayatkan, bahwa Fadhl Ra pernah dibonceng oleh Nabi Saw, waktu itu, datang seorang wanita dari Khats'am, maka Fadhl melihatnya dan wanita itu pun melihat Fadhl, kemudian Nabi Saw pun memalingkan wajah Fadhl ke arah lain...sampai akhir hadits." (H.R. Al-Bukhari No. 1855).
Pada hadits di atas, Nabi Saw memberikan pendidikan langsung kepada Fadhl bin 'Abbas Ra ketika berada diatas tunggangannya tentang keharusan menundukkan pandangan dihadapan wanita yang bukan mahram, agar terhindar dari fitnah pandangan mata.
Mendidik Ketika Melihat Tanda-Tanda Kebesaran Allah
Jarir bin 'Abdullah Ra meriwayatkan, bahwa ia pernah bersama Nabi Saw, kemudian beliau Ra melihat bulan purnama bersama para sahabat, lalu beliau Saw bersabda : "Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian pada Hari Kiamat seperti kalian melihat bulan purnama ini, kalian tidak perlu bersusah payah dalam melihatnya." (H.R. Al-Bukhari No. 554).
Pada hadits di atas, ketika bulan purnama tampak, beliau Saw memberikan pendidikan kepada para sahabat tentang keyakinan bahwa setiap Mukmin akan melihat Allah Ta'ala pada Hari Kiamat nanti.
Melalui, beberapa pemaparan hadits diatas, dapat diketahui, bahwa Nabi Saw mendidik umat dalam banyak momentum yang berbeda-beda, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, pada saat muncul kesempatan atau kejadian tertentu, beliau Saw pandai memanfaatkannya untuk menanamkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam pada hati para sahabat.
Semoga para orang tua, da'i-da'i dan guru-guru dapat mencontoh Rasulullah Saw dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan dan dalam menyikapi suatu kejadian untuk menerangkan perkara agama yang berhubungan dengannya. Wallahu a'lam.
Posting Komentar untuk "Bagaimana Cara Rasulullah Saw Mendidik Umatnya?"
Terimakasih atas kunjungan anda...