Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan dan Manfaat Sedekah

Dua Puluh Manfaat Sedekah

Pertama, sedekah dapat meredakan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi Saw : "Sesungguhnya sedekah yang tersembunyi, (dapat) meredam murka Allah Ta'ala.” (Shahih At-Targhib).

Kedua, sedekah menghapuskan kesalahan dan memadamkan percikan apinya, sebagaimana sabda Nabi Saw : "Sedekah menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api.” (Shahih At-Targhib karya Asy-Syaikh Al-Albani).

Ketiga, sedekah menjaga pelakunya terhindari dari api neraka, sebagaimana sabda Nabi Saw : “Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang di sedekahkan).”

Keempat, pelaku sedekah berada dalam naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti, sebagaimana hadits 'Uqbah bin 'Amir menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Setiap orang berada di bawah naungan amalan sedekahnya, hingga digelar pengadilan di antara manusia.”

Yazid berkata : “Tidaklah satu hari Abu Martsad berbuat suatu kekeliruan, melainkan ia (segera) bersedekah dengan sesuatu apa saja di hari itu (juga), meskipun hanya dengan sepotong kue (ka'kah) atau bawang putih atau semacamnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kelima, pada amalan sedekah terkandung penawar untuk berbagai jenis penyakit jasmani, sebagaimana sabda Nabi Saw : “Obatilah penyakit-penyakit kalian melalui sedekah.” (Terdapat dalam Shahih At-Targhib).

Ibnu Syaqiq menuturkan, “Aku mendengar Ibnul Mubarak di tanya oleh seorang pria mengenai nanah yang terus keluar dari lututnya sejak tujuh tahun lalu. Sebenarnya ia telah berobat dengan bermacam-macam pengobatan, dan ia pun telah berkonsultasi dengan banyak dokter, namun belum membuahkan hasil, maka beliau menjawab, “Pergilah dan galilah sumur di daerah yang membutuhkan air, maka sungguh aku berharap di sana akan muncul mata air dan (dengan usaha itu dapat) menghentikan darah yang keluar dari lututmu, maka pria itu melakukannya, lalu sembuh.” (Shahih At-Targhib).

Keenam, demikian pada amalan sedekah ini juga terkandung penawar berbagai jenis penyakit hati, sebagaimana sabda Nabi Saw kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada beliau : “Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (H.R. Imam Ahmad).

Ketujuh, bahwa Allah menolak berbagai macam musibah dengan sedekah, sebagaimana dalam wasiat Yahya ‘Alaihissalam kepada Bani Israil : “Allah memerintahkan kepada kalian bersedekah, maka perumpamaan hal itu seperti ibarat seorang laki-laki yang ditawan oleh musuh, kedua tangannya diikat ke lehernya, lalu mereka membawa pria tersebut untuk mereka penggal lehernya. Lalu tawanan ini berkata : "Saya tebus (diriku) dari kalian dengan (tuntutan tebusan) sedikit dan banyak‟. Lalu ia pun menebus dirinya dari mereka.” (Shahihul Jami’).

Maka sedekah memiliki pengaruh yang mengagumkan dalam menolak berbagai bentuk musibah, sekalipun mereka dari golongan orang fajir, zhalim, bahkan kafir sekalipun, maka sesungguhnya Allah Ta'ala menolak berbagai jenis musibah melalui amalan sedekah ini.

Ini merupakan perkara yang telah diketahui oleh banyak orang, baik dari kalangan khusus mereka (para ulama) dan orang umum (awam) sekalipun, bahkan penduduk bumi lainnya karena mereka telah mencobanya.

Kedelapan, bahwa seorang hamba baru bisa sampai pada hakikat kebajikan sejati melalui amalan sedekah, sebagainya dalam firman-Nya Ta'ala : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).

Kesembilan, bahwa seorang yang bersedekah di doakan oleh seorang malaikat di setiap harinya, berbeda terbalik dengan orang yang menahan hartanya. Mengenai hal tersebut Rasulullah Saw bersabda : “Tiada sehari pun yang dilewati oleh para hamba-Nya melainkan turun dua orang malaikat, maka satu di antara mereka berkata : “Ya Allah berikanlah pengganti bagi orang yang berinfaq', dan malaikat lainnya berkata, 'Ya Allah berikanlah kebinasaan bagi orang yang menahannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kesepuluh, bahwa pelaku sedekah di karuniakan keberkahan baginya pada hartanya, sebagaimana yang telah di kabarkan oleh Nabi Saw mengenai hal tersebut dengan sabdanya : “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan.” (H.R. Muslim).

Kesebelas, bahwa tidak ada harta yang tersisa bagi pemilik harta melainkan apa yang telah disedekahkannya, sebagaimana dalam firman-Nya Allah Ta'ala : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).

Ketika Nabi Saw bertanya kepada 'Aisyah Ra mengenai kambing yang dikurbankannya, “Apakah masih ada yang tersisa?”. 'Aisyah Ra menjawab : “Tidak ada yang tersisa (karena telah disedekahkan)
melainkan bagian pundaknya (saja).”

Rasulullah Saw bersabda : “Tersisa semuanya melainkan bagian pundaknya (saja).” (H.R. Muslim).

Kedua belas, bahwa Allah melipat gandakan ganjaran bagi orang yang bersedekah, sebgaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla : "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik lakilaki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak." (Q.S. Al-Hadiid [57] : 18).

Dan firman-Nya Allah Ta'ala : "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizqi) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 245).

Ketiga belas, bahwa pengamal sedekah akan dipanggil dari arah pintu khusus dari pintu-pintu surga, pintu yang disebut (dengan) pintu sedekah. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang menginfakkan sepasang barang dijalan Allah, di syurga dia akan dipanggil, „Wahai hamba Allah, (pintu) ini adalah lebih baik.‟ Maka barangsiapa dari kalangan pengamal shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Dan siapa dari kalangan praktisi jihad, akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa dari ahli sedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa dari kalangan pengamal puasa, akan dipanggil dari pintu Ar-Raiyan.” Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya, "Wahai Rasulullah, Tidak adakah orang yang dipanggil dari banyak pintu-pintu penting (tersebut). Maka apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu-pintu ini?‟ Beliau menjawab, “Ya ada, dan aku harap engkau termasuk dari mereka.” (H.R. Muslim).

Keempat belas, bahwa tiadalah amalan sedekah ini ketika berkumpul dengan amalan puasa dan mengantarkan jenazah serta menjenguk orang sakit pada satu hari yang bersamaan, melainkan demikian itu menjadikan pelakunya masuk syurga.

Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Siapa di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa ?” Abu Bakar menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah mengantar jenazah?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku”. Maka Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah semua ini berkumpul pada diri seseorang melainkan ia masuk syurga.” (H.R. Muslim).

Kelima belas, bahwa pada amalan sedekah terdapat didalamnya kelapangan dada, kenyamanan dan ketenangan hati, maka sesungguhnya Nabi Saw menberikan tamtsil : “Perumpamaan orang bakhil dan orang yang bersedekah seperti ibarat dua orang yang mengenakan dua baju (jubatan) yang terbuat dari besi, melekat dari kedua buah dadanya hingga tulang selangka. Adapun orang yang bersedekah, tidaklah ia bersedekah melainkan semakin lapang (bajunya) atau memenuhi bagian-bagian kulitnya, hingga menutupi jari-jarinya dan menghilangkan bekas-bekas. Sedangkan orang bakhil, maka tidaklah ia enggan menginfakkan sedikitpun (dari hartanya) melainkan setiap lingkaran semakin mengeret pada tempatnya, orang itu berusaha merenggangkannya, tetapi tidak merenggang-renggang (juga).” (H.R. Bukhari Muslim).

Pengamal sedekah setiap kali ia bersedekah maka baginya ketenangan hati dan kelapangan dada, setiap kali ia bersedekah, makin luas dan tenang serta lapang, makin menguat kebahagiaannya dan makin besar kesenangannya.

Kalaulah pada amalan sedekah tidak ada yang diharapkan selain keuntungan ini saja, niscaya seorang hamba secara hakiki akan tetap terus memperbanyak dan menyegerakan sedekahnya. Allah Ta'ala berfirman : "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-Hasyir [59] : 9).

Keenam belas, bahwa orang yang bersedekah sekiranya dari kalangan ulama, maka dia berada di seutama-utamanya kedudukan di sisi Allah. Sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Sesungguhnya (keadaan penduduk) dunia terbagi menjadi empat (keadaan), (yaitu) seorang hamba yang Allah karuniakan harta dan ilmu, maka dengannya ia bertaqwa kepada Rabbnya, menyambung tali silaturahmi dan ia mengetahui bahwa di dalamnya terdapat hak Allah, maka orang ini berada pada kedudukan yang paling utama .” (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majjah dan lainnya).

Ketujuh belas, bahwa Nabi menempatkan kaya yang disertai sedekah berada di tingkatan yang sama dengan Al-Qur`an yang disertai pengamalannya. Demikian itu dalam sabda beliau Saw : “Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang diberikan Al-Qur`an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam. Dan seorang yang dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya di (jalan) kebenaran siang dan malam.” (H.R. Muslim).

Maka bagaimana sekiranya Allah mengaruniakan taufik-Nya kepada seorang hamba-Nya dengan menghimpun demikiain itu semuanya? Kita bermohon kepada Allah yang Maha Dermawan akan karunia-Nya.

Kedelapan belas, bahwa seorang hamba dianggap telah menepati perjanjian antara dirinya dengan Allah Ta'ala dan menyempurnakan akad transaksi jual beli yang terikat dengan-Nya, pada saat ia mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah.

Sebagaimana yang disinyalir dalam firman-Nya Allah ‘Azza wa Jalla : "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah [9] : 111).

Kesembilan belas, bahwa sedekah merupakan bukti atas kesungguhan dan keimanan seorang hamba, sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Sedekah itu adalah bukti.” (H.R. Muslim).

Kedua puluh, bahwa sedekah pensuci bagi harta, melepaskannya dari sikap-sikap buruk (Ad-Dakhan) yang menerpanya, seperti kelalaian, sumpah dan dusta serta kealpaan.

Sungguh Nabi Saw mewasiatkan kepada para pedagang dengan sabdanya : “Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada) perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan sedekah.” (H.R. Ahmad, An-Nasa`i dan Ibnu Majah dan juga terdapat dalam Shahih Al-Jami'.)

Posting Komentar untuk "Keutamaan dan Manfaat Sedekah"