Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Tentang Ibadah Khusyu'

Setiap individu muslim pasti selalu ingin dapat melaksanakan ibadah dengan khusyu‘. Namun, mereka juga memaklumi, bahwa ibadah khusyu‘ itu tidak mudah dilakukan, hal itu karena yang dimaksud khusyu‘ adalah menyatukan seluruh penghadapan (wijhah) hanya kepada Allah.

Ibadah khusyu‘ itu adalah ibadah yang dilaksanakan secara ikhlas semata-mata sebagai bentuk pelaksanaan pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya, bahkan tidak dengan berharap untuk mendapatkan apa-apa atau takut terhadap apa-apa selain ridla-Nya.

Ibadah tersebut hanya untuk melahirkan bentuk totalitas penyerahan diri terhadap segala ketetapan dan takdir-Nya semata.

Rasionalitas yang seharusnya mampu mengendalikan segala perangkat yang ada untuk mencapai kekhusyu‘an tersebut, ternyata kadang-kadang justru menjadi penyebab utama dari pecahnya konsentrasi yang sudah dikondisikan, sehingga kekhusyu‘an yang diharapkan malah menjadi buyar sama sekali dan arah ibadahpun kemudian berubah dari tujuan semula.

Banyak kalangan kurang memahami persoalan ini karena memang yang dimaksudkan dalam pembicaraan ini adalah rasa, sehingga untuk dapat mencapainya hanyalah dengan jalan latihan yang terbimbing.

Disebabkan karena halus dan samarnya urusan ini, maka hanya para pemerhati yang telah lama menjalankan latihan yang dapat mengetahui hakikatnya.

Sesungguhnya tawasul adalah solusi yang sangat efektif untuk menjawab pertanyaan tersebut, tawasul terbukti mampu menyampaikan kekhusyu‘an hati bagi seorang hamba yang sedang beribadah, konkritnya, ketika kemauan emosional sudah terkendali dengan ikatan niat yang baik, niat itu hanya berharap mendapatkan ridla-Nya semata, tidak karena ingin masuk surga maupun takut neraka, sedangkan persiapan spiritual telah terkondisi dengan pancaran kerinduan akan manisnya ibadah yang dijalani seperti di saat suatu saat pernah berhasil mencapai berkomunikasi dengan Dzat yang sedang dirindui, maka kedudukan rasionalitas untuk menghadirkan karakter guru-guru dalam rasa dan nuansa.

Seakan-akan ibadah itu sedang dikerjakan bersama-sama dengan para guru-guru mursyidnya, dengan cara yang demikian itu, dengan izin-Nya, berkat kekuatan ruhaniah yang telah terkondisi secara komunitas (jama‘ah) tersebut, ibadah yang sedang dijalankan mudah terfasilitasi untuk menjadi khusyu‘ dan thuma‘ninah (tenang secara permanen).

Jika tidak demikian, maka rasionalitas itulah yang justru pertama kali mengajak emosionalitas dan bahkan spiritualitas berjalan-jalan keluar dari arah tujuan yang sudah disepakati bersama, bahkan terkadang hanya sekedar ingat belum mengunci pintu kamar tempat beribadah, takut kekhusyu‘an itu terganggu oleh masuknya orang lain ke dalam kamar misalnya, persiapan yang sudah dikondisikan dengan susah payah di awal takbir tersebut malah menjadi buyar sama sekali.

Akibatnya, tujuan ibadah yang utama tersebut menjadi kabur dan meninggalkan diri, terlebih jika yang diingat oleh rasionalitas saat itu adalah kesakitan akibat perbuatan orang lain kepada dirinya, maka terkadang tanpa terasa, saat itu justru hatinya merencanakan kejahatan kepada temannya disaat lisannya sedang melafalkan kalimat dzikir dan badannya sedang menghadap kepada Allah.

Itulah perbuatan setan yang disusupkan dalam hati orang yang beribadah, hal itu disebabkan, oleh karena setan telah terlebih dahulu difasilitasi untuk masuk ke dalam alam sadar melalui kelengahan pikirannya sendiri, maka syetan sebagai musuh utama manusia yang sangat terlatih di dalam tugasnya untuk mengganggu ibadah orang-orang yang beriman dengan mudah membelokkan arah ibadah dari tujuan semula.

Posting Komentar untuk "Tentang Ibadah Khusyu'"