Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TENTANG MEMINTA-MINTA DAN BERHUTANG TAPI NIAT ENGGAN MEMBAYAR

Rasulullah bersabda : “Barang siapa meminta-minta sedang ia dalam keadaan berkecukupan, sungguh orang itu telah memperbanyak untuk dirinya bara api jahannam." Mereka bertanya : "Apakah batasan cukup sehingga seseorang tidak boleh meminta-minta? Beliau menjawab,"Yaitu sebatas cukup untuk makan pada siang dan malam hari." (H.R. Abu Daud). Ibnu Mas’ud meriwayatkan, bahwasanya telah bersabda Rasulullah : “Barang siapa meminta-minta sedang ia dalam kecukupan, maka pada hari kiamat ia akan datang dengan wajah penuh bekas cakaran dan garukan." (H.R. Imam Ahmad).

Di antara pengemis ada yang berderet di depan pintu masjid, mereka menghentikan dzikir para hamba Allah yang menuju atau pulang dari masjid dengan ratapan yang di buat sesedih mungkin, sebagian lain memakai modus agak berbeda, membawa dokumen dan berbagai surat palsu di sertai blangko isian sumbangan, ketika ia menghadapi mangsanya, ia mengarang cerita sehingga berhasil mengelabui dan memperoleh uang. Bagi keluarga tertentu, mengemis bahkan telah menjadi suatu profesi, mereka membagi-bagi tugas di antara keluarganya pada beberapa daerah yang di tunjuk sebagai tempat beroperasi mencari sumbangan, pada saatnya, mereka berkumpul untuk menghitung penghasilan, demikianlah, setiap daerah mereka jelajah, padahal tak jarang mereka itu dalam kondisi cukup rnampu dan sungguh Allah Maha Mengetahui kondisi mereka dan bila mereka mati barulah terlihat warisannya, padahal sebetulnya masih banyak orang yang lebih membutuhkan, tetapi orang yang tidak tahu mengira mereka orang-orang mampu, sebab mereka menahan diri dari meminta-minta, meskipun tuntutan kebutuhan sangat menjerat.

Selanjutnya mengenai berhutang, dalam pandangan Allah hak-hak hamba adalah sangat besar nilainya, seseorang bisa saja bebas dari hak Allah, hanya dengan bertaubat, tetapi tidak demikian halnya dengan hak yang berkaitan dengan hamba. Hak-hak yang berkaitan antar sesama manusia yang belum terselesaikan kelak akan di adili pada hari yang utang-piutang tidak di bayar dengan dinar atau dirham, tetapi di bayar dengan pahala atau dosa, dalam kaitan hak antar sesama manusia, Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (Q.S. An-Nisa Ayat 58).

Di antara masalah yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat adalah gampang berhutang, ironisnya, sebagian orang berhutang tidak karena kebutuhan mendesak, tetapi untuk memenuhi kebutuhan luks atau berlomba dengan tetangga-tetangganya, misalnya dalam membeli mobil model baru, perkakas rumah tangga atau berbagai kesenangan lainnya yang bersifat duniawi dan fana, sebagian orang tak segan-segan membeli barang-barang secara kredit yang sebagiannya tak lepas dari subhat atau sesuatu yang haram, mudah dalam berhutang akan menyeret seseorang pada kebiasaan menunda-nunda pembayaran atau malah mengakibatkan hilangnya barang orang lain.

Memperingatkan akibat perbuatan ini, Rasulullah bersabda : “Barang siapa mengambil atau berhutang dan ia ingin melunasinya, niscaya Allah akan melunaskan hutangnya dan barang siapa mengambil berhutang dengan keinginan untuk merugikannya tidak dengan membayar, niscaya Allah akan benar-benar membinasakannya." (H.R. Bukhari).

Banyak orang yang meremehkan soal hutang piutang, mereka menganggapnya masalah yang remeh, padahal di sisi Allah hutang-piutang merupakan masalah yang besar, bahkan hingga seorang syahid sekalipun yang memiliki beberapa keistimewaan yang agung, pahala yang besar dan derajat yang tinggi, tidak bisa Iepas dari urusan hutang-piutang. Dalil yang menegaskan hal tersebut adalah sabda Rasulullah Saw, yaitu : “Maha Suci Allah, betapa kerasnya apa yang di turunkan Allah dalam urusan hutang-piutang, Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian ia di hidupkan, lalu terbunuh (lagi) kemudian di hidupkan lagi, lalu terbunuh (lagi), sedang ia memiliki hutang, sungguh ia tak akan masuk syurga sehingga di bayarkan untuknya hutangnya tersebut." (H.R. An-Nasa'i). Setelah mengetahui hal ini, masih tak pedulikah orang-orang yang menggampangkan urusan hutang-piutang?

Posting Komentar untuk "TENTANG MEMINTA-MINTA DAN BERHUTANG TAPI NIAT ENGGAN MEMBAYAR"