SEBAIK-BAIK TEMAN BERGAUL
"Sungguh, seandainya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak rela mengumbar nafsu amarahnya, itu lebih baikk bagirnu daripada engkau bersahabat dengan arang alim (pandai) yang rela mengumbar nafsu ammarahnya, maka manakah ada ilmu bagi orang yang berilmu yang rela mengumbar nafsu ammarahnya? Dan manakah kebodohan bagi orang yang bodoh yang ia tidak rela mengumbar nafsu ammarahnya?” Pengaruh dalam pergaulan itu adalah mudah sekali mempengaruhi watak dan perilaku seseorang, apalagi pengaruh dalam hal budi pekerti yang baik ia mudah menjalar dan menjangkit pada kawan sepergaulan. Dari itu memilih teman bergaul itu amatlah penting, jangan asal bergaul begitu saja tanpa melihat siapa yang akan di pergauli itu.
Di dalam syari'at Islam, telah di perintahkan memilih teman bergaul dengan orang yang shaleh, agar dalam pergaulannya itu bisa ketularan keshalehannya, begitupun sebaliknya, Islam melarang bergaul dengan orang yang jahat (berbudi jelek), bergaul dengan orang yang jahat, maka akan dapat ketularan kejahatannya.
Dalam hal ini Rasulullah telah memberi perumpaan melalui sabdanya, yaitu : "Dari Abu Musa Al-As’ary Ra, Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : “Bahwasanya perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang jelek itu bagaikan pembawa misk (minyak yang paling wangi) dan peniup api, maka pernbawa misk ada kalanya memberi kepadamu atau engkau memberi kepadanya, atau engkau dapat bau harum darinya. Adapun peniup api, kalau tidak membakar pakaianmu, maka akan mendapat bau busuk darinya." (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Mengingat hadits tersebut di atas, maka berhati-hatilah dalam mencari teman bergaul, sebab dalam persahabatan masing-masing mengharapkan saling bantu membantu, tolong menolong dengan dasar percaya mempercayai. Dari itu Syarif Al-Abbas mengetengahkan kata mutiaranya di dalam sebuah syair : "Setiap orang hendaknya memiliki sahabat, yang siap membantu meringankan beban dirinya, pada dasamya manusia sempuma karena kawannya bagaikan tangan yang lengkap karena lengan dan jarinya.”
Hal ini juga adalah mungkin tidak terjamin atas keamanan atau keakraban dari pengkhianatan, kecuali bersahabat dengan orang mukmin yang betul-betul beriman, juga dalam segi makanan jika di makan oleh orang mukmin yang betul-betul beriman akan berguna di dunia dengan selalu teringat budi kebaikan itu dan pada masyarakat tidak di pergunakan untuk kejahatan, bagitupun di hari kemudian ia akan mendapat pahala yang cukup dari amalnya itu.
Ketahuilah, bergaul dengan orang bodoh yang tidak mengerti ilmu syari’at, tetapi dia tidak mengumbar hawa nafsunya, itu adalah lebih baik daripada bergaul dengan orang yang berilmu (mengerti akan ilmu syari'at) tetapi dia selalu mengumbar hawa nafsunya, artinya sebaik-baik teman bergaul adalah orang yang baik budinya walaupun dia itu bodoh, demikian sebaliknya sejelek-jelek kawan bergaul adaIah orang yang jelek budinya walaupun dia itu berilmu (alim).
Pada hakikatnya orang yang bodoh yang tidak mengumbar hawa nafsunya adalah orang pandai, begitupun sebaliknya orang pandai lagi alim yang selalu mengumbar hawa nafsunya adalah urang bodoh, bukankah, semestinya orang yang pandai itu bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk dan amara yang halal dengan yang haram? Kalaupun ada orang alim, tetapi tidak dapat menggunakan ilmunya sebagaimana mestinya, berarti ilmunya itu tidak bermanfaat pada dirinya yang berarti pula bahwa dia itu termasuk orang yang bodoh.
Dalam pergaulan, kita harus waspada dan hati-hati jangan sampai terjebak oleh pergaulan yang membawa kerusakan dari itu bergaullah dengan orang-orang mukmin yang betul-betul beriman dan menjaga hawa nafsunya dari ketamakan, seperti kekuasaan, merasa pandai diri dan ada sifat khianat demi kepentingan keduniaan, dengan imannya, ia dapat memancarkan budi pekerti atau perilaku yang baik sehingga bisa kita tiru dan kita teladani.
Di dalam syari'at Islam, telah di perintahkan memilih teman bergaul dengan orang yang shaleh, agar dalam pergaulannya itu bisa ketularan keshalehannya, begitupun sebaliknya, Islam melarang bergaul dengan orang yang jahat (berbudi jelek), bergaul dengan orang yang jahat, maka akan dapat ketularan kejahatannya.
Dalam hal ini Rasulullah telah memberi perumpaan melalui sabdanya, yaitu : "Dari Abu Musa Al-As’ary Ra, Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : “Bahwasanya perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang jelek itu bagaikan pembawa misk (minyak yang paling wangi) dan peniup api, maka pernbawa misk ada kalanya memberi kepadamu atau engkau memberi kepadanya, atau engkau dapat bau harum darinya. Adapun peniup api, kalau tidak membakar pakaianmu, maka akan mendapat bau busuk darinya." (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Mengingat hadits tersebut di atas, maka berhati-hatilah dalam mencari teman bergaul, sebab dalam persahabatan masing-masing mengharapkan saling bantu membantu, tolong menolong dengan dasar percaya mempercayai. Dari itu Syarif Al-Abbas mengetengahkan kata mutiaranya di dalam sebuah syair : "Setiap orang hendaknya memiliki sahabat, yang siap membantu meringankan beban dirinya, pada dasamya manusia sempuma karena kawannya bagaikan tangan yang lengkap karena lengan dan jarinya.”
Hal ini juga adalah mungkin tidak terjamin atas keamanan atau keakraban dari pengkhianatan, kecuali bersahabat dengan orang mukmin yang betul-betul beriman, juga dalam segi makanan jika di makan oleh orang mukmin yang betul-betul beriman akan berguna di dunia dengan selalu teringat budi kebaikan itu dan pada masyarakat tidak di pergunakan untuk kejahatan, bagitupun di hari kemudian ia akan mendapat pahala yang cukup dari amalnya itu.
Ketahuilah, bergaul dengan orang bodoh yang tidak mengerti ilmu syari’at, tetapi dia tidak mengumbar hawa nafsunya, itu adalah lebih baik daripada bergaul dengan orang yang berilmu (mengerti akan ilmu syari'at) tetapi dia selalu mengumbar hawa nafsunya, artinya sebaik-baik teman bergaul adalah orang yang baik budinya walaupun dia itu bodoh, demikian sebaliknya sejelek-jelek kawan bergaul adaIah orang yang jelek budinya walaupun dia itu berilmu (alim).
Pada hakikatnya orang yang bodoh yang tidak mengumbar hawa nafsunya adalah orang pandai, begitupun sebaliknya orang pandai lagi alim yang selalu mengumbar hawa nafsunya adalah urang bodoh, bukankah, semestinya orang yang pandai itu bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk dan amara yang halal dengan yang haram? Kalaupun ada orang alim, tetapi tidak dapat menggunakan ilmunya sebagaimana mestinya, berarti ilmunya itu tidak bermanfaat pada dirinya yang berarti pula bahwa dia itu termasuk orang yang bodoh.
Dalam pergaulan, kita harus waspada dan hati-hati jangan sampai terjebak oleh pergaulan yang membawa kerusakan dari itu bergaullah dengan orang-orang mukmin yang betul-betul beriman dan menjaga hawa nafsunya dari ketamakan, seperti kekuasaan, merasa pandai diri dan ada sifat khianat demi kepentingan keduniaan, dengan imannya, ia dapat memancarkan budi pekerti atau perilaku yang baik sehingga bisa kita tiru dan kita teladani.
Posting Komentar untuk "SEBAIK-BAIK TEMAN BERGAUL"
Terimakasih atas kunjungan anda...