Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hakikat Rizqi

Rizqi atau sering juga disebut rezeki, berasal dari kata "rozaqo yarzuku rizqon", yang bermakna “memberi/pemberian”, sehingga makna dari rizqi adalah segala sesuatu yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya dan dimanfaatkan oleh hamba tersebut.

Dari pengertian di atas dapat difahami, bahwa yang termasuk dalam kategori rizqi, tidak terbatas hanya pada besar kecilnya gaji dan pendapatan atau banyak tidaknya harta maupun uang yang tersimpan, tetapi makna rizqi lebih luas daripada itu, misalnya kesehatan tubuh dan jiwa, udara yang kita hirup, air hujan yang turun, keluarga yang menyenangkan, kepandaian, terhindarnya dari kecelakaan atau musibah dan lain sebagainya adalah bagian dari rizqi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Termasuk juga turunnya hidayah Islam pada diri seorang hamba, pemahaman akan ilmu agama, terbukanya pintu-pintu amal sholih dan bahkan khusnul khotimah dan mati syahid juga merupakan bagian dari rizqi yang tiada tara dan masih banyak lagi karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat luar biasa, yang dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya dan tidak mungkin terhitung.

Setelah kita memahami makna dari rizqi, tentu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur kepada Ar-Roziq (Maha Pemberi Rizqi), semua makhluk pasti mendapatkan rizqinya, entah dia manusia yang beriman atau kafir, kelompok jin yang taat atau jin syetan, semua binatang, para malaikat, tumbuhan dan semua makhluk-Nya yang Dia ciptakan.

Hal ini menunjukkan asma dan sifat-Nya Ar-Rohman (Maha Pengasih). Rizqi Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti terus mengalir, tidak ada satu makhluk-pun yang sanggup menghalangi berjalannya rizqi pada seseorang bila Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki itu terjadi pada seseorang.

Begitu pula sebaliknya, tidak ada satu makhluk-pun yang sanggup memberikan rizqi pada seseorang, bila Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki hal itu tidak terjadi padanya, kepastian datangnya rizqi di dunia, seiring kepastian nyawa hadir pada diri seorang makhluk atau kata lainnya, tanda rizqi dunia seseorang itu habis adalah hadirnya kematian padanya.
Bila rizqi sudah tetap, lalu kenapa dibutuhkan kunci-kunci rizqi? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Kemudian diutuslah malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menulis rizqinya, ajalnya, amalnya dan apakah ia celaka atau bahagia…” (H.R. Al-Bukhari dan Imam Muslim).
Memang ada empat perkara ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang terjadi pada diri manusia, dimana tidak ada satu manusia-pun yang bisa merubah hal itu, yaitu rizqi, ajal, amal dan celaka, dimana manusia tidak ada yang bisa untuk memahaminya kecuali atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Empat perkara di atas adalah permasalahan ghaib yang tidak ada makhluk yang mengetahuinya selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, sementara itu, berkenaan dengan rizqi, jodoh, amal serta kebahagiaan, manusia hanya diberi kesempatan untuk menentukan pilihan dan berikhtiyar untuk mengusahakan sebab agar terpenuhinya segala pilihannya.

Sedangkan hasil, kembalinya tetap kepada takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala, manusia tidak akan bisa memastikan akan hidup selamanya, walaupun dia berusaha semaksimal mungkin untuk memperpanjang usianya.

Manusia tidak akan bisa menjamin akan miskin dan sengsara selamanya, kalau Allah Subhanahu wa Ta'ala mentakdirkan dia menjadi kaya atau bahagia diwaktu tertentu, begitu pula sebaliknya, segala bentuk usaha/ikhtiyar yang dilakukan manusia didalam meraih pilihannya, dinilai sebagai ibadah bila dilaksanakan, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah ajaran Islam.

Walaupun terkadang hasil yang dia capai dari ikhtiyarnya tersebut tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, tapi yang harus ada pada hati setiap muslim, adalah sikap husnudzon (prasangka baik) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Posting Komentar untuk "Hakikat Rizqi"