Tawakkal-lah Kepada Allah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang di kehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. Ath-Thalaq/65 : 3).
Menafsirkan ayat tersebut, Ar-Rabi' bin Khutsaim Rahimahullah berkata, “(mencukupkan) dari setiap yang membuat sempit manusia.” (Syarhus Sunnah, 14/298).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan di beri rizqi sebagaimana rizqi burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Perkataan ini sungguh menunjukkan kebodohan orang yang mengucapkannya tentang hakikat tawakkal. Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang membolehkan untuk meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rizqi, jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakkal pada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rizqi) itu di tangan-Nya, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut.” (Kitab Tuhfatul Ahwadzi, 7/8).
Imam Ahmad Rahimahullah menambahkan, “Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya dan merekalah teladan kita.” (Fathul Bari, 11/305-306)
Menafsirkan ayat tersebut, Ar-Rabi' bin Khutsaim Rahimahullah berkata, “(mencukupkan) dari setiap yang membuat sempit manusia.” (Syarhus Sunnah, 14/298).
Menjelaskan makna tawakkal para ulama berkata, di antaranya Imam Al-Ghazali Rahimahullah, Beliau berkata, “Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada “WAKIIL” (yang ditawakkali) semata.” (Kitab Ihya 'Ulumuddin, 4/259).Al-Allamah Al-Manawi Rahimahullah berkata, “Tawakkal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang di tawakkali.” (Kitab Faidhul Qadir, 5/311).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan di beri rizqi sebagaimana rizqi burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sebagian manusia ada yang berkata, “Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan di beri rizqi, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan, bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizqi kita datang dari langit.”
Perkataan ini sungguh menunjukkan kebodohan orang yang mengucapkannya tentang hakikat tawakkal. Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang membolehkan untuk meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rizqi, jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakkal pada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rizqi) itu di tangan-Nya, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut.” (Kitab Tuhfatul Ahwadzi, 7/8).
Imam Ahmad Rahimahullah menambahkan, “Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya dan merekalah teladan kita.” (Fathul Bari, 11/305-306)
Posting Komentar untuk "Tawakkal-lah Kepada Allah"
Terimakasih atas kunjungan anda...