Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

IBADAH SALAH SATU UJIAN UNTUK MENJERNIHKAN MANUSIA

Hidup yang kita lalui ini panjang ataupun pendek bukanlah tujuan, bukan merupakan pangkalan terakhir, bukan pula pangkaIan untuk berparkir, hidup ini tidak Iain melainkan pangkalan untuk berpindah kehidupan yang lain dan kekampung Iain dan itulah hidup abadi, hidup kekal. Dalam salah satu riwayat di katakan : "INNAKUM KHULIQTUM LIL ABADI, WAINNAMAA TUN-QOLUUNA MIN DAARIN ILAA DAARIN." Artinya : "Sesungguhnya kamu di jadikan untuk selama-lamanya, tetapi kamu hanya akan pindah dari satu kampung ke kampung lain.” Seorang penyair mengatakan : "Kematian itu hanyalah suatu perjalanan, dari rumah fana kekampung abadi." Jadi tujuan tertinggi sekarang, adalah kampung akhirat. "Sesungguhnya hidup akhirat itulah sebenarnya hidup kalau kalau mereka mengerti." (Q.S. Al-Ankabut Ayat 64).

Manusia dalam hidup di dunia yang fana ini hanya untuk mempersiapkan diri buat hidup di kampung abadi, di sini manusia oleh Allah jadikan sebagai khalifah untuk bersiap-siap dan menjernihkan (hidupnya) untuk pindah kepada kehidupan abadi di sana. Sedangkan tidak sesuatu yang dapat menjernihkan, mendidik dan mempersiapkan diri untuk itu, sebanding dengan ujian. 

Dia adalah merupakan dapur yang dapat melebur jiwa dan membersihkan ruh. Allah hendak menjadikan manusia sebagai satu macam yang teristimewa dari mahluk-mahluk lain yang terdiri dari berbagai unsur, yang dengan itu di mungkinkan manusia akan bisa naik turun, kelangit dan ke bumi, di dalamnya ada potensi yang di sebut ghorizah, syahwat, akal dan iradah. Dia terdiri dari tubuh kasar (jasad) dan tubuh halus (ruhani). 

Bentuk ini rnenuntut konsekwensi pertanggungan jawab dan menerima ujian, inilah rahasia persiapannya untuk menerima pertanggunganjawab hidup dan amanat taklif Illahi yang oleh Al-Qur’an di nyatakan dengan kalimat indah sekali : "INNAA 'ARODHNAL AMAANATA ‘ALAS SAMAWAATI WAL ARDHO WAL JIBAALA FAABAINA AN YAHMILNAHAA WA ASYFAONA MINHAA WAHAMALANAL INSAANU." Artinya : "Sesungguhnya Kami tawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, lalu semuanya itu menolaknya untuk menerimanya dan semuanya merasa kuatir di tentang, kemudian manusia menerimanya." (Q,S, Al-Ahzab Ayat 72). 

Seluruh potensi yang di berikan kepada manusia, seperti akal, iradah dan kemampuan serta jalan-jalan yang mudah untuk mendapatkan nikmat dan kemuliaan, tetapi semuanya itu akan menerima cobaan apakah dia bersyukur ataukah kufur? Mau taat kepada Tuhannya atau menentangnya. 

Begitulah Al-Qur'an menyebutkan bahwa Allah menjadikan langit dan bumi, hidup dan mati serta bumi dengan semua perhiasannya, adalah untuk menguji hamba-Nya padahal Dia lebih mengetahui supaya nampak dengan jelas siapa yang menghendaki apa yang ada di sisi-Nya dan siapa pula yang hanya mengharapkan dunia dengan segala keindahan saja. Firman Allah : "Dialah yang menjadikan langit dan bumi dalam tempo enam hari dan arsy-Nya di atas air, supaya ia rnenguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya." (Q.S. Hud Ayat 7). "Maha suci Dzat yang di tangan-Nya semua kerajaan dan Dia yang Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu, Dzat yang menjadikan mati dan hidup, supaya ia menguji kami siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya." (Q.S. Al-Mulk Ayat 1-2). 

"INNAA JA’ALNAA MAA 'ALAL ARDHI ZIINATAN LAHAA LINABLUWAHUM AHSANU AMALAA." Artinya : "Sesungguhnya Kami menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji mereka (manusia) siapa kah di antara mereka mereka itu yang lebih baik amalnya." (Q.S. Al-Kahfi Ayat 7). "Sesungguhnya Kami menjadikan manusia dari setitik mani yang melalui berbagai proses, supaya Kami hendak mengujinya." (Q.S. Ad-Dahr Ayat 2). 

Kehidupan duniawi ini tidak dapat di petik melainkan oleh orang yang menanamnya, tidak dapat di ketam melainkan oleh orang-orang yang rnenabur benih dan seseorang tidak dapat memperoleh sesuatu yang di cintai melainkan dengan ketabahannya terhadap apa yang di bencinya, seluruh cita-citanya tidak akan berkeinginan untuk mencapai keluhuran dan mewujudkan cita-citanya yang besar, melainkan orang yang bercita-cita kuat dan berjiwa besar, di sini Al-Mutanabbi berkata : "Biarkan aku untuk memperoleh keluhuran yang tidak bisa di capai, memang kesukaran mencapai keluhuran itu harus di lalui dengan kesukaran pula dan yang mudah di peroleh dengan mudah, engkau bermaksud untuk mencapai keluhuran itu dengan ringan-ringan saja, tetapi untuk mencapai syahid haruslah kena sengat lebah lebih dahulu." 

lni dalam kehidupan kita yang singkat (di dunia), apalagi untuk kehidupan abadi nanti? Apakah manusia akan bermaksud melupakan nikmat hidup abadi itu serta ridha Allah yang ada di dalamnya, di antara perasaan bahagia karena melihat wajah Allah itu tanpa susah payah dan cobaan serta usaha untuk mencapainya? Kalau begitu akan sama saja orang yang tinggal di rumah dengan yang jihad, sama saja orang yang malas dan orang yang bekerja giat, sama saja orang yang dzalim dengan orang yang sholeh, padahal menurut neraca keadilan Allah, mereka itu tidak sama. 

Ketika sudah sama-sama memaklumi keadilan sunnatullah, bahwa sesuatu yang berharga tidak dapat di capai melainkan dengan kesungguhan bahkan semakin narnpak nilai sesuatu, akan semakin memerlukan kesungguhan, kemudian apakah ada yang lebih baik dan lebih besar selain hidup di akhirat nan abadi, yang di dalamnya terdapat keridhoan Allah? Demi Allah tidak ada! Karena itu, syurga di kelilingi dengan larangan-larangan, jalan-jalannya di penuhi dengan duri-duri percobaan-percobaan. 

Allah berfirman : "AM HASIBTUM AN TADHULUL JANNATA WALAMMAA-YA'LAMlL LAAHUL LADZIINA JAA HADUUKUM WAYA’LASH SHOOBIRIINA." Artinya : "Apakah kamu mengira, bahwa kamu akan masuk syurga, padahal Allah belum tahu orang-orang yang berjuang di antara kamu dan (Allah) belum tahu orang-orang yang sabar." (Q.S. Ali Imron Ayat 142). Maka setiap apa yang di cita-citakan untuk kehidupan dunia dan terlebih untuk di akhirat (kekal abadi) tetap harus melalui perjuangan yang gigih, tabah, tawakkal dan penuh dengan kesabaran dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan-cobaan yang di lalui, sehingga berakhir dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Posting Komentar untuk "IBADAH SALAH SATU UJIAN UNTUK MENJERNIHKAN MANUSIA"