CINTA HARTA LUPA PADA PERHITUNGAN
Harta benda tidaklah selayaknya di iadikan tujuan hidup, akan tetapi hanya menjadi alat saja, alat untuk mendekatkan diri ( taqarrub) kepada Allah dan merapatkan (menyantuni) hubungan antara sesama manusia, namun demikian, tidaklah sedikit jumlahnya orang yang menjadikan harta benda itu sebaqai tujuan pokok, seluruh tenaga dan nafasnya yang naik turun hanyalah untuk mengejar harta benda, kadang-kadang dengan mempergunakan cara-cara yang tidak wajar (merubah rubah hukum aqama).
Menurut ajaran Islam, harta benda itu milik Allah, manusia hanyalah memeganq titipan dengan beberapa hak-hak yang terbatas, tidak mempgnyai hak mutlak.
Tuhan menyatakan dalam AI-Quran : "WALlLAAHI MULKUS SAMAAWATI WAL AHDLI WAMAA BAINAHUMAA, YAKHLUQU MAA YASYAAU WALLAHU'ALAA KULLI SYAIN QADIIR." Artinya : "Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Dia menciptakan apa yang di kehendaki-Nya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Al-Maidah Ayat 17 ).
Menurut aiaran Islam, seseorang boleh mencari harta benda dengan jalan yang halal, yang kedua dia mempunyai hak memanfaatkan, harta benda yang di carinya itu dengan satu restreksi, yaitu tidak boleh berlebih-lebihan, bermewah-mewahan. Ketiga, dari harta benda itu harus di keluarkannya zakat untuk golongan yang berhak menerima, infaq, untuk keperluan Islam dan umum, shadaqah untuk orang-orang lemah dan rnelarat dan lain-lain sebaqainya.
Akibat cinta kepada harta benda itu membuta manusia asyik dengan angka-angka hitungan sekian keuntungan, sekian saldo bank, sekian deposito tumpukan sertifikat, kertas-kertas saharn lembaran valuta asing dan macam-macam kekayaan lainnya, ia lupa bahwa akan datang suatu zaman perhitungan yang di namakan yaumil hisab, pada hari itu yang di persoalkan adalah simpanan yang berupa ibadah dan amal yang di jadikan ketika hidup di dunia, harta benda tidak dapat memberikan pertolongan dan kelapangan sedikit juapun.
Dalam hubungan dengan perhitungan itu, Umar bin Khattab telah memperingatkan : "HAASlBUU ANFUSAKUM QAB LA AN TUHAASABUU.” Artinya : ”Buatlah perhitungan pada diri kalian sebelum kalian di perhitungkan.
Menurut ajaran Islam, harta benda itu milik Allah, manusia hanyalah memeganq titipan dengan beberapa hak-hak yang terbatas, tidak mempgnyai hak mutlak.
Tuhan menyatakan dalam AI-Quran : "WALlLAAHI MULKUS SAMAAWATI WAL AHDLI WAMAA BAINAHUMAA, YAKHLUQU MAA YASYAAU WALLAHU'ALAA KULLI SYAIN QADIIR." Artinya : "Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Dia menciptakan apa yang di kehendaki-Nya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Al-Maidah Ayat 17 ).
Menurut aiaran Islam, seseorang boleh mencari harta benda dengan jalan yang halal, yang kedua dia mempunyai hak memanfaatkan, harta benda yang di carinya itu dengan satu restreksi, yaitu tidak boleh berlebih-lebihan, bermewah-mewahan. Ketiga, dari harta benda itu harus di keluarkannya zakat untuk golongan yang berhak menerima, infaq, untuk keperluan Islam dan umum, shadaqah untuk orang-orang lemah dan rnelarat dan lain-lain sebaqainya.
Akibat cinta kepada harta benda itu membuta manusia asyik dengan angka-angka hitungan sekian keuntungan, sekian saldo bank, sekian deposito tumpukan sertifikat, kertas-kertas saharn lembaran valuta asing dan macam-macam kekayaan lainnya, ia lupa bahwa akan datang suatu zaman perhitungan yang di namakan yaumil hisab, pada hari itu yang di persoalkan adalah simpanan yang berupa ibadah dan amal yang di jadikan ketika hidup di dunia, harta benda tidak dapat memberikan pertolongan dan kelapangan sedikit juapun.
Dalam hubungan dengan perhitungan itu, Umar bin Khattab telah memperingatkan : "HAASlBUU ANFUSAKUM QAB LA AN TUHAASABUU.” Artinya : ”Buatlah perhitungan pada diri kalian sebelum kalian di perhitungkan.
Posting Komentar untuk "CINTA HARTA LUPA PADA PERHITUNGAN"
Terimakasih atas kunjungan anda...