Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kesalahan Seputar Ikhlas

Dalam Kitab Al-Ikhlash, penulisnya yaitu Syaikh Umar Sulaiman Al-Asyqar menyebutkan beberapa persepsi yang keliru tentang ikhlas, di antaranya adalah :

1. Anggapan bahwa makna ikhlas adalah tidak memiliki kehendak.

2. Anggapan bahwa orang yang menghendaki ridha Allah harus meninggalkan duniawi, harta-benda, wanita, kedudukan dan sebagainya.


3. Anggapan bahwa ikhlas adalah beribadah hanya dengan dorongan cinta kepada Allah, tanpa disertai raja' (harapan untuk meraih) surga dan tanpa khauf (rasa takut) dari neraka.

4. Orang yang tujuan hidupnya hanya duniawi.

5. Beribadah dengan niat mengetahui hal-hal ghaib.


Ittiba'

Ittiba' adalah mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Saw, orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah, maka syahadat tersebut memuat kandungan: meyakini berita Beliau, mentaati perintah Beliau, menjauhi larangan Beliau dan beribadah kepada Allah hanya dengan syari'at Beliau.

Oleh karena itu, barangsiapa membuat perkara baru dalam agama ini, maka itu tertolak. Allah ّberfirman : "Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Q.S. Ali-Imran 3 : 85).

Allah ّjuga berfirman : "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dia larang kepadamu, maka tinggalkanlah." (Q.S. Al-Hasyr 59 : 7). Ayat ini nyata menjelaskan kewajiban ittiba' kepada Nabi Saw, Nabi Saw bersabda : "Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama) ini, apa-apa yang bukan padanya, maka itu tertolak." (H.R. Al-Bukhari, No. 2697; Muslim, No. 1718).

Hadits ini nyata-nyata mengharamkan perbuatan ibadah yang tidak di perintahkan dan tidak di tuntunkan oleh Nabi Saw dan mengharamkan perbuatan membuat sifat ibadah walaupun asal ibadah itu di syari'atkan, karena itu menyelisihi tuntunan Nabi Saw, dengan ini jelas bahwa ibadah harus sesuai tuntunan Nabi Saw di dalam waktunya, sifatnya dan tidak boleh menambahkan ibadah yang tidak di tuntunkan, baik berupa amalan atau perkataan.

Inilah syarat-syarat di terima amal ibadah oleh Allah Subhaana wa Ta'ala, semoga Allah selalu membimbing kita semua di atas jalan yang lurus. Al-hamdulillaahi Rabbil 'aalamiiin.

Posting Komentar untuk "Kesalahan Seputar Ikhlas"