Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sedekah-Sedekah Yang Paling Utama

Pertama : Sedekah tersembunyi, karena amalan ini adalah yang paling dekat dengan keikhlasan dibanding dengan cara terang-terangan. Mengenai hal itu, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : "Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 271).

Disini diberitakan bahwa bagi orang yang bersedekah kepada orang fakir secara sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding menampakkan dan mengumumkannya. Allah Ta'ala menekankan pengaitan cara tersembunyi dengan mendatangi, khususnya orang-orang fakir dan tidak mengatakan, “Sekiranya kalian menyembunyikannya maka itu baik bagi kalian.” Karena diantara pengamalan sedekah ada yang tidak memungkinkan menyembunyikannya, seperti persiapan pasukan perang, membangun jembatan, irigasi sungai dan sebagainya.

Sedang mendatangi orang-orang fakir secara diam-diam dan menutup-nutupinya, maka hal itu memiliki berbagai keuntungan, (diantaranya) menutup-nutupinya, tidak membuat malu di hadapan orang, tidak menempatkannya sebagai tontonan, sementara menjadikan orang melihat bahwa (posisi) tangannya sebagai tangan yang dibawah, orang menjadi tahu bahwa dia tidak memiliki sesuatu apapun, dan bersikap zuhud dalam pergaulan dan interaksinya dan ini merupakan nilai tambah dalam konteks sikap ihsan terhadapnya melalui amalan sedekah dengan penuh ketulusan, tidak ingin dilihat orang dan tidak mengharap pujian orang.

Karenanya sedekah kepada orang fakir secara tersembunyi lebih baik daripada secara terang-terangan di hadapan orang, sebab itu Nabi Saw memuji sedekah secara diam-diam, dan memberikan apresiasi terhadap pelakunya dan beliau mengabarkan bahwa pelakunya termasuk salah satu dari tujuh orang yang berada dalam naungan 'arsy Allah pada hari kiamat nanti.

Karena ini pula Allah Ta'ala mengaruniakan berbagai kebaikan bagi orang yang bersedekah dan mengabarkan pula bahwa Allah Ta'ala mengampuni segala kesalahannya disebabkan sedekahnya.

Kedua : Sedekahnya orang sehat dan kuat lebih utama dari wasiat harta orang yang telah meninggal dunia atau sedekahnya orang sakit, ringkasnya sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Seutama-utamanya sedekah adalah engkau bersedekah saat engkau dalam keadaan sehat, kikir, takut akan kefaqiran serta sedang mengharap kekayaan dan janganlah menunda-nundanya hingga ruhmu telah mencapai kerongkongan, barulah engkau berwasiat, "Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian, ketahuilah sebenarnya harta itu telah menjadi milik si fulan (ahli warisnya).” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Ketiga : Sedekah setelah menunaikan perkara wajib, sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla : "Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 271).

Sabda Nabi Saw : “Tidak ada sedekah kecuali dari harta yang lebih.” (H.R. Al-Bukhari). Diriwayat lain : “Sebaik-baik sedekah adalah dari harta yang lebih.” (H.R. Al-Bukhari).

Keempat : Pengorbanan seseorang sebatas kesanggupan dan kemampuannya, sementara ia dalam keadaan kekurangan dan butuh, sebagaimana sabda beliau Saw : “Sedekah yang paling utama adalah pengorbanan orang yang kekurangan, dan mulailah dari orang yang berada di bawah tanggunganmu.” (H.R. Abu Dawud).

Beliau Saw bersabda : “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa?” Beliau bersabda, “Seseorang (hanya) mempunyai dua dirham, lalu dia sedekahkan salah satunya. Sedang salah seorang lainnya mempunyai harta banyak, kemudian dia mengambiil seratus ribu dirham darinya lalu menyedekahkannya.” (H.R. An-Nasa'i, Shahih Al-Jami').

Al-Baghawi Rahimahullah berpendapat, “Baiknya bagi seseorang bahwa ia bersedekah dengan kelebihan hartanya, menyisakan untuk dirinya makanan yang cukup untuk menghindari fitnah kefaqiran, dan kemungkinan penyesalan yang datang setelahnya atas apa yang telah diperbuatnya, sehingga dapat mengugurkan ganjarannya, namun demikian Nabi tidak memungkiri atas apa yang terjadi pada diri Abu Bakar yang mengeluarkan seluruh hartanya, selama diketahui hal itu terlahir dari kuatnya keyakinan dan tingginya ketawakkalan serta ia tidak takut akan fitnahnya, sebagaimana yang dikuatirkan orang lain, sedang orang yang sedekah sementara keluarganya membutuhkannya atau ia memiliki hutang dan tidak ada harta yang dimilikinya selain itu, maka membayar utang dan menafkahkan keluarganya adalah lebih utama dalam keadaan ini, kecuali orang itu dikenal kesabarannya, lalu ia lebih mendahulukan orang lain daripada dirinya, sekalipun ia sangat membutuhkan, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar, demikian pula dengan itsarnya para sahabat Anshar kepada saudaranya dari kalangan Muhajirin, maka Allah memuji mereka dengan firman-Nya : "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)." (Q.S. Al-Hasyir [59] : 9).

Kelima : Nafkah untuk anak-anaknya, sebagaimana dalam sabda beliau Saw : “Apabila seorang memberi nafkah kepada keluarganya demi untuk mencari pahalanya (dari Allah), maka menjadi sedekah baginya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sabda beliau Saw : “Empat dinar, satu dinar yang engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar yang engkau berikan untuk memerdekakan seorang budak, satu dinar yang engkau berikan di jalan Allah, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, maka satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu paling besar pahalanya.” (H.R. Imam Muslim).

Keenam : Sedekah kepada sanak famili terdekat, dahulu Abu Thalhah adalah seorang sahabat Anshar yang paling banyak hartanya. Saat itu harta yang paling disukainya adalah Bairuha' (nama sebuah kebun), yang terletak menghadap masjid.

Rasulullah Saw sering memasukinya dan minum airnya yang sedap di dalamnya. Anas berkata : “Ketika turun ayat ini : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imran [3] : 92).

Maka Abu Thalhah Ra berdiri menghampiri Rasulullah Saw lalu berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Sesungguhnya hartaku yang paling kusukai adalah Bairuha' dan (kebun) itu sebagai sedekah semata-mata karena Allah Ta'ala. Aku berharap (menjadi) kebaikan dan simpanan di sisi Allah Ta'ala. Maka taruhlah dia, wahai Rasulullah, ditempat yang sesuai menurutmu!.

Rasulullah Saw bersabda : "Alangkah menakjubkan! harta yang beruntung dan aku sudah mendengar apa yang kamu ucapkan dan aku berpendapat agar kamu memberikannya untuk para kerabat dekat." Maka Abu Thalhah berkata, "Akan kulakukan wahai Rasulullah!."

Lalu dia membagi-bagikannya kepada para sanak famili dan anak-anak pamannya." (Terdapat dalam Ash-Shahihain). Sabda beliau Saw : "Sedekah yang diberikan kepada orang miskin mendapat satu pahala, sedangkan sedekah yang diberikan kepada sanak famili mendapat dua pahala; pahala sedekah dan pahala silaturahmi.” (H.R. Imam Ahmad, An-Nasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Lebih khusus lagi sanak famili, setelah keluarga yang harus engkau nafkahkan, yang dua ini adalah :

1. Berstatus yatim. Berdasarkan firman-Nya : "Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir." (Q.S. Al-Balad [90] : 11-16).

2. Sanak famili dekat yang menyimpan permusuhan dan menyembunyikannya. Maka beliau Saw bersabda : “Seutama-utamanya sedekah adalah (yang diberikan) kepada sanak famili yang memusuhi.” (H.R. Imam Ahmad, An-Nasa'i, At-Tirmidzi dan terdapat di Shahih Al-Jami’).

Ketujuh : Sedekah kepada tetangga; Allah Subhanahu wa Ta’ala mewasiatkan melalui firman-Nya : "Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh..." (Q.S. An-Nisa' [4] : 36).

Demikian pula Nabi Saw mewasiatkan kepada Abu Dzar Ra dengan sabdanya : “Sekiranya kamu masak kuah, maka perbanyaklah airnya dan bagilah tetanggamu.” (H.R. Imam Muslim).

Kedelapan : Sedekah kepada sahabat dan rekan di jalan Allah; berdasarkan sabda beliau Saw : “Seutama-utama dinar, adalah dinar yang belanjakan untuk keluarganya, dinar yang dibelanjakan untuk (perawatan) binatang untuk berperang di jalan Allah dan dinar yang dibelanjakan untuk sahabat-sahabatnya dijalan Allah.” (H.R. Imam Muslim).

Kesembilan : Yang dibelanjakan dalam jihad di jalan Allah, baik jihad terhadap orang-orang kafir ataupun terhadap orang-orang munafik; karena sesungguhnya hal itu termasuk pembelanjaan harta yang paling agung.

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hal tersebut diayat yang lain di dalam Al-Qur`an. Dia mengedepankan jihad harta atas jihad diri di kebanyakan ayat dan diantara firman-Nya : "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Q.S. At-Taubah [9] : 41).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menerangkan kriteria orang-orang beriman yang sempurna dengan mensifatkan mereka dengan Ash-Ahidq.

Allah berfirman : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.S. Al-Hujarat [49] : 15).

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Rasul-Nya dan para sahabatnya ridhwanullah 'alaihim dengan hal tersebut dalam firman-Nya : "Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah [9] : 88-89).

Beliau Saw bersabda : “Seutama-utamanya sedekah adalah kemah berteduh (untuk para mujahid) di jalan Allah atau pemberian pelayan di jalan Allah, atau hewan tunggangan di jalan Allah.” (H.R. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Shahih Al-Jami').

Beliau Saw bersabda : “Barangsiapa yang menyediakan perlengkapan perang dijalan Allah, maka dia telah berperang.” (Terdapat dalam Ash-Shahihain).

Namun untuk diketahui bersama bahwa seutama-utamanya sedekah untuk jihad di jalan Allah adalah saatsaat dibutuhkan dan kekurangan di kalangan muslimin, sebagaimana kondisi kita saat ini.

Adapun jika di waktu berkecukupan dan kemenangan dipihak kaum muslimin, maka tidak diragukan lagi bahwa sedekah kala tersebut adalah baik, namun tidak menyamai ganjaran dalam situasi yang pertama.

"Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak." (Q.S. Al-Hadid [57] : 10-11).

Sesungguhnya orang yang berinfak dan berperang, dalam situasi aqidah yang tersudutkan, jumlah para penolong sedikit, kondisi yang tidak kondusif, tidak ada kelapangan harta. Berbeda dengan orang yang berinfak dan berperang, sementara aqidah dalam keadaan aman, para penolong berjumlah banyak, target kemenangan dan penguasaan serta keberhasilan tampak di berbagai daerah.

Demikian itu terkait dengan (tujuan) langsung ke Allah secara murni, sempurna dan tidak samar di dalamnya, kepercayaan yang dalam, merasa tenang hanya dengan Allah semata, jauh dari segala sebab zahir dan setiap realitas menjadi dekat, tidak didapati pertolongan pada upaya kebaikan, melainkan dari apa yang berasal langsung dari aqidahnya.

Inilah yang menjadikan usaha kebaikan mendapatkan banyak penolong-penolong, hingga harus benar terlebih dahulu niatnya dan memurnikannya semurni para pendahulu.

Kesepuluh : Sedekah jariyah, yaitu amalan yang masih menetap pasca meninggalnya seorang hamba dan terus mengalir pahala baginya.

Berdasarkan sabda beliau Saw : “Apabila seorang manusia meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara, (yaitu) *sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang senantiasa mendo'akannya.” (H.R. Imam Muslim).


Pembahasan tentang *sedekah jariyah, Insya Allah kita lanjutkan di kemudian hari...

Posting Komentar untuk "Sedekah-Sedekah Yang Paling Utama"