Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Gambaran Seputar Perayaan Haul

Sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut seputar perayaan haul, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu gambaran-gambaran bagaimana perayaan haul ini dilakukan secara singkat, agar kita memahami masalah ini dengan baik.


Definisi Haul

Haul yang sering disebut dengan khol adalah berasal dari kata Arab, haul yang artinya secara bahasa adalah tahun. Adapun yang dimaksud dengan perayaan haul sebagaimana yang lazim berjalan di masyakat tanah air ialah acara peringatan hari ulang tahun kematian.

Waktu dan Tempat Haul
Acara ini biasanya diselenggarakan di halaman kuburan mayit yang diperingati atau sekitarnya, tetapi ada pula yang diselenggarakan dirumah, masjid dan lain-lain. Adapun waktunya, biasanya diselenggarakan tepat pada hari ulang tahun wafat mayit yang diperingati, yang lazimnya tergolong orang yang berjasa kepada Islam dan kaum muslimin semasa hidupnya.

Acara ini biasanya ada yang berlangsung sampai tiga hari tiga malam dengan aneka variasi acara dan bagi yang diselenggarakan secara pribadi, biasanya hanya secara sederhana dengan memakan waktu beberapa saat dengan sekadar penyelenggaraan acara tahlilan dan hidangan makan sesudahnya.

Suasana Acara Haul
Apabila acara haul ini untuk seorang yang berpengaruh besar dimasa hidupnya, maka biasanya diselenggarakan besar-besaran dengan dibentuk panitia lengkap dengan bagian-bagiannya.

Acara tersebut berjalan dengan meriah dengan berbagai acara, seperti tilawah Al-Qur'an, bacaan tahlil secara massal dengan selingan acara kesenian seperti seni hadhrah (pemukulan rebana dengan bacaan shalawat Nabi) dan di sepanjang jalan dalam jarak beberapa ratus meter dari pusat penyelenggaraan acara, biasanya penuh dengan aneka macam stan penjualan berbagai macam barang dagangan dan berbagai rupa makanan di samping penjualan mainan anak-anak yang menambah semaraknya suasana, sehingga situasi pada hari-hari tersebut sangat meriah, tak ubahnya seperti pasar malam.

Maksud dan Tujuan Acara Haul
Maksud penyelenggaraan acara ini antara lain untuk kirim pahala bacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan bacaan-bacaan lainnya disamping juga untuk tujuan seperti tawassul, tabarruk (mengharap berkah), istighotsah dan pelepasan nadzar kepada si mayit.

Disebutkan bahwa, tujuan inti dari acara tersebut diadakan adalah dalam rangka mengenang sejarah atau biografi seorang yang ditokohkan, oleh sebab itu, momentum haul selalu dinanti oleh umat Islam dengan tujuan, menapaktilasi dan meneladani rekam jejak perjuangan orang yang di-haul-kan tersebut.


Sejarah Perayaan Haul

Ketahuilah, semoga Allah Azza wa Jalla memberikan kepahaman kepada kita, bahwa perayaan haul ini tidaklah dikenal di zaman Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, para sahabat, para tabi‘in dan tabi‘ut tabi‘in.

Perayaan tersebut tidak pula dikenal oleh imam-imam madzhab, yaitu Abu Hanifah, Malik, Ahmad dan Syafi‘i, sebab karena memang perayaan ini adalah perkara baru dalam agama Islam.

Adapun yang pertama kali mengadakannya adalah kelompok Rafidhah (Syi‘ah) yang menjadikan hari kematian Husain pada bulan Asyura yang telah diingkari oleh para ulama, alangkah bagusnya ucapan Al-Hafizh Ibnu Rajab Rahimahullah, "Adapun menjadikan hari Asyura sebagai hari kesedihan (ratapan) sebagaimana dilakukan oleh kaum Rafidhah karena terbunuhnya Husain bin Ali, maka hal itu termasuk perbuatan orang yang tersesat usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan dia mengira berbuat baik.

Allah dan Rasul-Nya saja tidak pernah memerintahkan agar hari musibah dan kematian para nabi dijadikan ratapan, lantas bagaimana dengan orang yang selain mereka?

Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dari perkawinan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'anhu dengan putri beliau, Fatimah binti Rasulullah Radhiallahu 'anha. Husain sangat dicintai oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam.

Namun, apa pun musibah yang terjadi dan betapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam tidak boleh menjadi alasan untuk bertindak melanggar aturan syari‘at dengan memperingati hari kematian Husain!! Sebab, peristiwa terbunuhnya orang yang dicintai Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam sebelum Husain juga pernah terjadi, seperti terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiallahu 'anhu dan hal itu tidak menjadikan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiyallahu 'anhum mengenang atau memperingati hari terjadinya peristiwa tersebut, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Syi‘ah untuk mengenang terbunuhnya Husain!!

Apalagi kalau kita telusuri bersama, sejatinya perayaan kematian seperti ini adalah berawal dari kepercayaan-kepercayaan non muslim tentang kembalinya arwah-arwah mayit sehingga perlu dibuatkan sajen-sajen. Tentu saja, kepercayaan-kepercayaan tersebut adalah batil menurut pandangan syari‘at Islam.


Posting Komentar untuk "Gambaran Seputar Perayaan Haul"