Empat Type Manusia Dalam Hal Nafsu
Ada 4 (empat) kategori manusia, yaitu :
Pertama : Orang yang terbenam hatinya dengan mengingati Allah, ia tiada menoleh kepada dunia, selain yang penting untuk sekedar penghidupannya. Orang ini termasuk orang-orang yang shiddiqin, tiada sampai pada tingkat ini selain dengan latihan yang panjang dan sabar atas segala keinginan dalam waktu yang lama dan istiqamah untuk itu.
Kedua : Orang yang terbenam dunia ddalam hatinya, tiada lagi ingat kepada Allah dalam hatinya, selain hanya dari sekedar pembicaraan diri (hadidsin-nafsi), ia menyebutkan-Nya dengan lidah, tidak dengan beserta hati. Orang-orang ini termasuk pada orang-orang yang binasa.
Ketiga : Orang yang berbuat untuk dunia dan agama, akan tetapi yang banyak di hatinya adalah agama. Orang ini tidak boleh tidak akan datang ke neraka, tetapi ia akan bebas dari neraka dengan segera, menurut banyak dari dzikirnya kepada Allah dalam hatinya.
Keempat : Orang yang berbuat dengan dunia dan agama secara bersama-sama, tetapi lebih banyak dunia dalam hatinya. Orang ini akan tinggal di neraka, tetapi tiada mustahil ia akan keluar dari neraka karena ada kuat dzikirnya kepada Allah dalam hatinya dan mantap dzikir itu dalam hatinya, walaupun ingatan kepada dunia itu lebih banyak dalam hatinya.
"Wahai Allah Tuhanku, kai berlindung dengan Engkau dari adzab Engkau, sesungguhnya Engkaulah tempat berlindung."
Pertama : Orang yang terbenam hatinya dengan mengingati Allah, ia tiada menoleh kepada dunia, selain yang penting untuk sekedar penghidupannya. Orang ini termasuk orang-orang yang shiddiqin, tiada sampai pada tingkat ini selain dengan latihan yang panjang dan sabar atas segala keinginan dalam waktu yang lama dan istiqamah untuk itu.
Kedua : Orang yang terbenam dunia ddalam hatinya, tiada lagi ingat kepada Allah dalam hatinya, selain hanya dari sekedar pembicaraan diri (hadidsin-nafsi), ia menyebutkan-Nya dengan lidah, tidak dengan beserta hati. Orang-orang ini termasuk pada orang-orang yang binasa.
Ketiga : Orang yang berbuat untuk dunia dan agama, akan tetapi yang banyak di hatinya adalah agama. Orang ini tidak boleh tidak akan datang ke neraka, tetapi ia akan bebas dari neraka dengan segera, menurut banyak dari dzikirnya kepada Allah dalam hatinya.
Keempat : Orang yang berbuat dengan dunia dan agama secara bersama-sama, tetapi lebih banyak dunia dalam hatinya. Orang ini akan tinggal di neraka, tetapi tiada mustahil ia akan keluar dari neraka karena ada kuat dzikirnya kepada Allah dalam hatinya dan mantap dzikir itu dalam hatinya, walaupun ingatan kepada dunia itu lebih banyak dalam hatinya.
"Wahai Allah Tuhanku, kai berlindung dengan Engkau dari adzab Engkau, sesungguhnya Engkaulah tempat berlindung."
Mungkin ada orang berkata, bahwa bersenang-senang dengan hal mubah (yang di bolehkan agama) itu di bolehkan. Bagaimana bersenang-senang itu? Hal ini secara umum akan menjadi sebab jauhnya dari Allah. Mencintai dunia itu kepala dari semau kesalahan dan penyebab batalnya semau kebaikan, hal mubah yang keluar sekedar yang di perlukan juga termasuk pada sebagian sifat dunia dan menjadi sebab seseorang jauh dari Allah.
Ibrahim Al-Khawwas,”Pada suatu hari aku berada pada pegunungan Al-Lukan. Aku melihat buah delima lalu timbul keinginanku pada buah delima itu, kemudian aku ambil sebuah, aku belah dan aku dapati rasanya masam, aku pergi meninggalkan buah delima itu. Aku melihat orang laki-laki tercampak di atas tanah dan telah berkumpul lalat-lalat pada tubuhnya, aku memberi salam dengan ucapan : “Assalamu’alaikum”. Ia menjawab : “Wa’alaikassalamu ya Ibrahim!` aku bertaanya : “Bagaimana engkau mengenal aku?”. Ia menjawab : “Siapa yang mengenal Allah, niscaya tiada satupun yang tersembunyi kepadanya”. Aku menjawab : “Aku melihat bagimu suatu hal serta Allah, jika kamu bermohon kepada-Nya untuk di pelihara-Nya engkau dari lalat-lalat itu”. Ia menjawab : “Akupun melihat bagimu suatu hal serta Allah, jikalau engkau memohon kepada-Nya untuk dipelihara-Nya dari keinginan kepada buah delima, sesungguhnya sengatan delima akan di dapati oleh manusia sakitnya pada hari kiamat, sedangkan sengatan lalat akan di dapati sakitnya di dunia.” Aku tinggalkan orang tersebut dan aku pergi…
As-Sirri berkata : “Semenjak empat puluh tahun yang lampau aku di minta oleh nafsuku agar aku membenamkan roti dalam air manisan, aku tidak makan roti yang sedemikian itu.” Jadi tidak mungkin memperbaiki hati untuk menempuh jalan akhirat, sebelum nafsu di larang bersenang-senang dan di perturutkan kehendaknya, walaupun hal yang mubah. Sesungguhnya nafsu, apabila tidak di larang dari sebagian hal-hal mubah, niscaya nafsu itu loba pada hal-hal yang terlarang dan perangainya semakin menjadi-jadi minta ini dan itu.
Siapa yang bermaksud memelihara lidahnya dari mengumpat dan kata-kata yang tidak perlu, maka menjadi haknya bahwa ia harus diam selain dzikir kepada Allah, sehingga dengan demikian matilah keinginannya untuk berkaata-kata yang tak perlu apalagi yang tidak benar (fitnah dan hujat atau berbohong), diamnya itu adalah ibadah dan perkatannyapun adalah ibadah.
Manakala mata membinasakan melemparkan pandangannya kepada sesuatu yang baik, niscaya mata itu tidak menjaga pandangannya kepada apa yang tidak halal, begitu pula keinginan-keinginan yang lain, karena yang dia ingini adalah sesuatu yang halal, barang itu pulalah yang dia inginkan atas sesuatu yang haram, keinginan itu satu dan haruslah kepada keinginan sifat hamba Allah agar menjadi terbiasa ia mencegah kepada keinginan pada yang haram.
Kalau syahwat dan nafsu itu tidak di biasakan terbatas kepada syahwat yang sekedar penting, maka syahwat itu akan mengalahkannya, inilah akibat dari membiasakan hal-hal yang mubah, karena akan menghela kepada kebiasaan yang haram, di balik membiasakan kelakuan pada hal-hal yang mubah adalah menimbulkan bahaya yang lebih besar sebagaimana di sebutkan tadi, bahwa nafsu itu akan gembira dengan bersenang-senang di dunia aatau sifat dunia, ia cenderung kepada dunia dengan segala kegembiraannya dan kebathilannya, sehingga nafsu itu menjadi mabuk yang tidak sembuh dari kemabukannya, waspadalah.
Ibrahim Al-Khawwas,”Pada suatu hari aku berada pada pegunungan Al-Lukan. Aku melihat buah delima lalu timbul keinginanku pada buah delima itu, kemudian aku ambil sebuah, aku belah dan aku dapati rasanya masam, aku pergi meninggalkan buah delima itu. Aku melihat orang laki-laki tercampak di atas tanah dan telah berkumpul lalat-lalat pada tubuhnya, aku memberi salam dengan ucapan : “Assalamu’alaikum”. Ia menjawab : “Wa’alaikassalamu ya Ibrahim!` aku bertaanya : “Bagaimana engkau mengenal aku?”. Ia menjawab : “Siapa yang mengenal Allah, niscaya tiada satupun yang tersembunyi kepadanya”. Aku menjawab : “Aku melihat bagimu suatu hal serta Allah, jika kamu bermohon kepada-Nya untuk di pelihara-Nya engkau dari lalat-lalat itu”. Ia menjawab : “Akupun melihat bagimu suatu hal serta Allah, jikalau engkau memohon kepada-Nya untuk dipelihara-Nya dari keinginan kepada buah delima, sesungguhnya sengatan delima akan di dapati oleh manusia sakitnya pada hari kiamat, sedangkan sengatan lalat akan di dapati sakitnya di dunia.” Aku tinggalkan orang tersebut dan aku pergi…
As-Sirri berkata : “Semenjak empat puluh tahun yang lampau aku di minta oleh nafsuku agar aku membenamkan roti dalam air manisan, aku tidak makan roti yang sedemikian itu.” Jadi tidak mungkin memperbaiki hati untuk menempuh jalan akhirat, sebelum nafsu di larang bersenang-senang dan di perturutkan kehendaknya, walaupun hal yang mubah. Sesungguhnya nafsu, apabila tidak di larang dari sebagian hal-hal mubah, niscaya nafsu itu loba pada hal-hal yang terlarang dan perangainya semakin menjadi-jadi minta ini dan itu.
Siapa yang bermaksud memelihara lidahnya dari mengumpat dan kata-kata yang tidak perlu, maka menjadi haknya bahwa ia harus diam selain dzikir kepada Allah, sehingga dengan demikian matilah keinginannya untuk berkaata-kata yang tak perlu apalagi yang tidak benar (fitnah dan hujat atau berbohong), diamnya itu adalah ibadah dan perkatannyapun adalah ibadah.
Manakala mata membinasakan melemparkan pandangannya kepada sesuatu yang baik, niscaya mata itu tidak menjaga pandangannya kepada apa yang tidak halal, begitu pula keinginan-keinginan yang lain, karena yang dia ingini adalah sesuatu yang halal, barang itu pulalah yang dia inginkan atas sesuatu yang haram, keinginan itu satu dan haruslah kepada keinginan sifat hamba Allah agar menjadi terbiasa ia mencegah kepada keinginan pada yang haram.
Kalau syahwat dan nafsu itu tidak di biasakan terbatas kepada syahwat yang sekedar penting, maka syahwat itu akan mengalahkannya, inilah akibat dari membiasakan hal-hal yang mubah, karena akan menghela kepada kebiasaan yang haram, di balik membiasakan kelakuan pada hal-hal yang mubah adalah menimbulkan bahaya yang lebih besar sebagaimana di sebutkan tadi, bahwa nafsu itu akan gembira dengan bersenang-senang di dunia aatau sifat dunia, ia cenderung kepada dunia dengan segala kegembiraannya dan kebathilannya, sehingga nafsu itu menjadi mabuk yang tidak sembuh dari kemabukannya, waspadalah.
Posting Komentar untuk "Empat Type Manusia Dalam Hal Nafsu"
Terimakasih atas kunjungan anda...