Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

BERMULANYA KEMAKSIATAN DAN KETAATAN

"Asal dari semua maksiat, lupa kepada Allah dan rela menurut syahwat yang datangnya dari hawa nafsu dan asal dari setiap ketaatan, kesadaran dan menjaga diri dari syahwat itu tidak ada kerelaan darimu dalam menurut hawa nafsu.” . Telah di sepakati oleh orang-orang makrifat bahwa bermulanya timbul perbuatan maksiat, berpaling dari Allah dan syahwat, ia selalu menghendaki kehendak hawa nafsu.

Ketahuilah, bahwa menuruti hawa nafsu itu bisa menyebabkan aib dan bisa menumbuhkan benib-benih kejahatan yang bersarang di dalam hati, sehingga ia tidak terasa bahwa kejelekan yang di jalani itu di anggapnya suatu perbuatan yang baik. Barangsiapa yang rela jiwanya di perbudak oleh hawa nafsunya, pastilah dia menganggap baik segala tingkah laku dan keadaannya, semua yang di kerjakannya di anggapnya betul sehingga dia merasa tenang-tenang tanpa memikirkan resiko dirinya tentang apa yang di perbuat itu, kalau sudah demikian, berarti kelalaian kepada Allah itu telah menguasai dirinya dan bila ia lalai kepada Allah mau tidak mau jatuhlah ia ke dalam lembah kemaksiatan.

Tahulah nafsu, bahwa nafsu itu selalu mengajak kepada perbuatan yang tidak betul, dari itu mengetahui seluk beluk nafsu dalam jiwa itu di haruskan, sebab dengan mengetahuinya kita mudah memeranginya dan mengalahkannya. Ketahuilah di dalam jiwa manusia itu terdapat dua nafsu, yaitu nafsu "ammaarah" dan "muthma’innah."

1. Nafsu Ammaarah, yaitu nafsu yang selalu condong kepada kejahatan yang berkaitan dengan badannya, karena badaniah itu selalu condong kepada kelezatan dan kepuasan syahwat, yaitu senang makan minum yang enak-enak, rakus kepada kebendaan dunia dan senang kepada perbuatan maksiat. Allah berfirman : "Wamaa ubarriu nafsii innan nafsa laammaratun bis suui illaa maa rahima rabbii, inna rabbii laghafuurun rahiim.” Artinya : ”Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yusuf Ayat 53).

2. Nafsu Mutma’innah, yaitu nafsu yang tenang yang tidak condong kepada perbuatan ma'siat dan sifat-sifat yang tercela lainnya, nafsu ini nafsu yang di beri rahmat oleh Allah yang dari dalam hatinya terpancar sinar kejernihan yang menunjukkan bahwa ia telah bersih dari perbuatan yang tercela dan kelak di akhirnya ia mendapat panggilan dari Tuhannya. Firman Allah : "Yaayyatuhannafsul mauthmainnah irji'ii ilaa rabbiki raa-dhiyatan mardhiyyah, fad khulii fii ’lbaadi wadhkuli jan-natii." Artinya : ”Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi di ridha-Nya, maka masuklah kedalam jama’ah hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr Ayat 27-30).
Adapun nafsu Ammaaroh itu kalau di perinci menjadi enam, yang antara lain :
1. Syahwat,
2. Marah,
3. Tamak,
4. Sombong,
5. Riya’, dan
6. Dengki.

Keenam macam nafsu itu harus di perangi, di bersihkan dari hati seseorang caranya, nafsu syahwat harus di perangi dengan mencukupi amalan-amalan yang bersifat pendekatan kepada Allah, nafsu amarah harus di perangi dengan sifat sabar, nafsu tamak harus di perangi dengan sifat Qana'ah, yaitu menerima apa adanya dari pemberian Allah. Nafsu sombong harus di perangi dengan sifat tawadhdhu' yaitu merendahkan diri dari semua orang, nafsu riya’ harus di perangi dengan sifat ikhlas.

Jadi jelasnya, nafsu ammarah itu adalah musuh bebuyutan dengan nafsu muthma’innah, untuk itu senjata yang paling ampuh untuk membasmi nafsu ammaarah adalah nafsu muthma’innah. Adapun nafsu muthmainnah itu mempunyai lima macam sifat, antara lain amalan-amalan yang sifatnya pendekatan kepada Allah, seperti shalat, puasa, membaca lafadz-lafadz dzikir dan amalan-amalan sunnat lain-lain.

Sabar, yakni tabah hati dalam menghadapi segala cobaan.
Qana'ah yaitu menerima apa adanya dari pemberian Allah.
Tawadhdhu' yaitu merendah diri terhadap semua orang sehingga tidak berbuat sewenang-wenang.
lkhlas yaitu memelihara diri daripada ingin di perhatikan makhluk.
Dalam hal ini Syeikh Ahmad Dhiyauddin bin Musthafaa telah berkata, syarat-syarat dalam mencapai amal kebaikan |tu ada tiga macam, yaitu :

1. Takut kepada Allah baik di waktu sepi atau ramai,

2. Rela menerima kepastian Allah, dan

Bersikap baik dan ramah tamah kepada sesamanya dalam semua keadaan.

Posting Komentar untuk "BERMULANYA KEMAKSIATAN DAN KETAATAN"