Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

NIAT ADALAH FAKTOR YANG SANGAT MENENTUKAN

"Wandhur’ilaa qaulihii waman kaanat hijratuhu ilallahi warasuulihi fahijratuhu ilallahi warasuulihi. Waman kaanat hijratuhu ilaa dunyaa yushiibuhaa awim ra’atin yatazawwajuha fahijratuhuu ilaa maagnaajara ilaihi fafham qaulahu alaihish shalaatu wasalaamu wataammal haadzal amra in kunta dzaa fahmin.“ Artinya : "Dan ingatlah sabda Rasulullah : Barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan di kawininya, maka hijrahnya itu ke arah yang di tujuinya." Oleh karena itu fahamkan sabda Rasulullah dan renungkanlah perkara ini jika kamu orang yang mempunyai kefahaman.”

Sebab-sebabnya Rasulullah mengeluarkan ucapan (hadits) tersebut, ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan suatu peristiwa sebagai berikutnya ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah yang kemudian di ikuti oleh sebagian besar sahabat, maka ada salah seorang laki-laki yang turut juga hijrah, tapi niatnya bukanlah untuk kepentingan perjuangan, hanya karena hendak kawin dengan seorang wanita yang bernama "Ummu Qies". Wanita itu rupanya sudah bertekad akan turut hijrah sedang Iaki-laki tersebut pada mulanya memilih akan tinggal menetap di Makkah, karena perempuan itu mengajukan syarat bahwa ia bersedia di kawini di tempat Rasulullah pindah (ke Madinah), maka akhirnya laki-laki itupun turut pula hijrah, ketika peristiwa itu di tanyakan kepada Rasulullah, apakah hijrah dengan motif yang demikian itu di terima (makbul) atau tidak, beliau menjawab secara umum seperti yang tersebut pada hadits di atas.

Pada hadits itu di tegaskan lebih jauh, bahwa tiap tiap amal perbuatan haruslah berlandaskan niat dan nilai yang di kerjakan itu pada sisi Tuhan, tergantung kepada niat amal orang yang mengerjakan, tergantung kepada nawaitunya, jika niatnya baik maka amalnya di terima, sebaliknya, kalau niatnya karena ada udang di balik batu, maka amalnya itupun akan tertolak. Telah di terangkan di atas, bahwa niat itu adalah faktor yang sangat menentukan dalam sesuatu amal atau perbuatan, sebagai salah satu contoh yang sederhana, kita kemukakan seseorang yang masuk ke dalam masjid itu untuk istirahat, maka yang di capainya ialah sekedar dapat berteduh dari panas terik, tapi jika niatnya masuk ke dalam masjid itu untuk i'tikaf, yaitu tata cara amaliyah yang di anjurkan oleh Islam, maka dia akan mendapat pahala, memang ajaran Islam memberikan ruang gerak yang luas kepada manusia dalam setiap pekerjaannya, baik yang sifatnya rutin (biasa), dapat di tingkatkan rnenjadi satu pekerjaan yang di ridhai Tuhan dan mendapat pahala dari pada-Nya, apabila di buhul dengan niat yang baik, umpamanya, seorang suami yang membanting tulang untuk mencari nafkah istri dan anak-anaknya membungkus niat , bahwa itu di lakukannya supaya istri dan anak-anaknya tidak bimbang mengerjakan ibadah, supaya anaknya tekun dalam rnenuntut ilmu dan Iain sebagainya, maka usahanya itu pada sisi Tuhan di perhitungkan sebagai amal kebajikan yang akan mendapat pahala.

Fungsi niat itu begitu menentukan menurut ajaran Islam, sehingga di terima atau di tolaknya amal seorang sangat tergantung pada niatnya, dalam satu hadits yang di riwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Musa Al-Asy 'ary di ceritakan, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, seorang laki-laki berperang dengan gagah berani, berperang karena marah dan berperang karena riya', manakah di antara

tiga macam itu masuk kategori sabilullah? Sabda Rasulullah : "Man qatala litakuuna kalimatullahi hiyal 'ulyaa fahuwa fii sabiilillahi.” Artinya : "Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah (agama), maka itulah yang di namakan ”Sabilillah.” Malah jika ada dua orang yang berbunuh-bunuhan, maka yang membunuh dan yang di bunuh, kedua-duanya akan mendapat dosa dan masuk neraka. "An Abi Bakrin annan Nabiyya saw qaala idzal taqiyal musli-maani faiqaatilu wal maqtuulu fin naari haadzal qaatilu famaa baalul maqtuuli qaala ‘innahu kaana harii-shan 'alaa qatla shaahibihi.” , Artinya : ”Dari Abi Bakrah, bahwasanya Rasulullah bersabda : “Jika dua orang muslim berkelahi memakai pedang, maka yang membunuh dan yang di bunuh sama-sama masuk neraka.” Saya bertanya : “Ya Rasulullah, yang membunuh dapat di maklumi, tapi kenapa begitu pula yang di bunuh? Nabi Saw menjawab : “Sebab yang terbunuh itu (pada mulanya) bermaksud juga untuk membunuh lawannya itu.” (H.R. Bukhari dan Imam Muslim).

Posting Komentar untuk "NIAT ADALAH FAKTOR YANG SANGAT MENENTUKAN"