Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pengertian Itsar

Apa itu itsar?

Itsar adalah mengutamakan kepentingan orang lain dan termasuk pada salah satu tempat persinggahan "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in." Allah telah berfirman tentang hal ini : "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang di pelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-Hasyr : 9).

Jadi itsar kebalikan dari kikir, orang yang mengutamakan orang lain berarti meninggalkan apa yang sebenarnya dia perlukan, sedangkan orang kikir adalah orang yang menginginkan apa yang tidak ada di tangan-nya, jika sudah mendapatkan apa yang di inginkannya, maka dia tidak mau mengeluarkannya atau bakhil.

Jadi bakhil merupakan hasil dari kikir, kikir menyuruh kepada bakhil, sebagaimana sabda Nabi Saw : "Jauhilah oleh kalian kikir, karena kikir itu membinasakan orang-orang sebelum kalian, ia menyuruh mereka kepada kebakhilan hingga merekapun bakhil dan menyuruh mereka kepada pemutusan hubungan persaudaraan, hingga mereka pun memutuskan hubungan persaudaraan."

Orang yang bakhil adalah yang memenuhi ajakan kikir, sedangkan mu'tsir (orang yang mengutamakan kepentingan orang lain) memenuhi ajakan kemurahan hati dan kedermawanan, kebalikan itsar adalah atsa-rah, artinya tidak peduli keperluan saudaranya karena dia juga memerlukannya atau lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.


Inilah yang di sabdakan Nabi Saw kepada orang-orang Anshar, "Sepeninggalku kalian akan menemui orang-orang yang suka mengutamakan kepentingan diri sendiri, maka bersabarlah kalian hingga kalian bersua aku di alam kubur."
Orang-orang Anshar adalah mereka yang di sifati Allah sebagai itsar, seperti firman-Nya di dalam ayat di atas, mereka di sifati dengan tingkatan kedemawanan yang paling tinggi, sebab dermawan itu ada tiga macam, yaitu :

- Miliknya tidak merasa terkurangi dan tidak keberatan untuk mengeluarkannya, atau di sebut sakha'.
- Memberikan lebih banyak dari miliknya dan menyisakan sedikit atau menyisakan jumlah yang sama dengan yang dikeluarkan, yang di sebut jud.
- Memberikan semua miliknya kepada orang lain sekalipun dia memerlukannya, yang di sebut itsar.

Qais bin Sa'd bin Ubadah adalah orang yang paling dermawan di antara orang-orang yang dikenal dermawan. Suatu hari dia jatuh sakit, sementara saudara-saudaranya tidak segera menjenguknya, maka dia menanyakan kemana mereka itu? Ada yang menjawab, bahwa mereka sedang mengurus hutang yang dia salurkan kepada orang-orang, maka dia berkata, "Semoga Allah menghinakan harta yang telah menghalangi para saudara untuk menjenguk orang yang sakit." Kemudian dia menyuruh seseorang untuk menyerukan pernyataan, "Siapa yang mempunyai hutang kepada Qais, maka hutangnya di anggap lunas."

Pada sore harinya daun pintu rumah Qais jebol, karena banyaknya orang yang hendak menjenguknya. Suatu hari orang-orang bertanya kepada Qais, "Apakah engkau tahu orang yang lebih dermawan daripada engkau?" Qais menjawab, "Ya, ada. Suatu kali kami berada di sebuah perkampungan dan kami singgah di rumah seorang wanita. Ketika suaminya tiba, wanita itu berkata, "Ada beberapa orang tamu yang singgah di rumah-mu." Maka orang itu langsung menghela seekor onta dan menyembelihnya. Dia berkata,"Kalian diam saja di tempat."

Besoknya dia menghela onta lain dan menyembelihnya, kami pun berkata, "Onta yang engkau sembelih semalam pun hanya sedikit yang kami makan." Orang itu berkata, "Aku tidak memberi makan tamu-tamuku yang hanya bermalam saja." Kami berada di rumahnya dua atau tiga hari, dan selama itu hujan turun terus-menerus, ketika kami hendak melanjutkan perjalanan, kami tinggalkan uang seratus dinar di rumahnya, dan kami katakan kepada wanita itu, "Sampaikan pamit kami kepada suamimu." Lalu kami langsung meninggalkan rumahnya, karena orang itu sedang keluar rumah.

Pada tengah hari kami mendengar teriakan dari arah belakang,"Berhentilah kalian hai para pengembara yang terlaknat. Apakah kalian membayar jamuanku?" Setelah kami saling berhadapan, dia berkata, "Ambil lagi uang kalian ini atau lebih baik aku menghunjamkan tombakku ini kepada kalian." Maka kami pun mengambil lagi uang kami, dan setelah itu orang tersebut balik lagi.

Posting Komentar untuk "Pengertian Itsar"