Sangat Penting Di Perhatikan!!! Letak Kemuliaan Manusia
Letak kemuliaan manusia itu telah di nyatakan Allah melalui Firman-Nya dalam (Q.S. Al-Isra‘ 17 : 70). Sesungguhnya Allah telah memuliakan Anak Adam dengan kemuliaan yang sempurna baik tempat tinggal, rizqi dan derajat, kemuliaan itu lebih tinggi nilainya daripada kemuliaan yang di berikan Allah kepada makhluk-makhluk selain manusia.
Allah menegaskan hal itu dengan firman-Nya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra‘ (17) : 70).
Dari ayat di atas dapat di simpulkan, bahwa kemuliaan manusia tersebut terletak di berikut ini :
1. Tempat Tinggal.
Dengan Kekuasaan dan Ilmu Allah, manusia dapat menjalani aktivitas hidupnya dengan layak dan nyaman di muka bumi, baik di daratan, lautan atau bahkan di udara, banyak yang dapat dibicarakan dalam hal ini terlebih oleh para ahlinya, bahwa betapa Allah telah membangun suatu sistem kehidupan di muka bumi dan seluruh jagad raya ini dengan sistem yang sangat sempurna.
Barangkali apabila seluruh usia dan kesempatan manusia di pergunakan untuk membicarakan sistem tersebut, maka kesempatan dan usia itu akan habis sedang materi pembicaraan mengenai ciptaannya ini sedikitpun tidak akan pernah berkurang.
Di samping kemampuan penulis sangat tidak memadai untuk membicarakan hal tersebut karena penulis memang bukan ahlinya, juga untuk memfokuskan pembicaraan, maka bahasan mengenai hal ini hanya di cukupkan sampai di sini saja.
2. Rizqi
Manusia mendapatkan rizqi hanya dari yang baik-baik, yang bersih lagi suci, di turunkan dari langit dan dikeluarkan dari perut bumi, padahal sesungguhnya siklus kehidupan di alam ini di bangun Allah dengan sistem (sunnah) rotasi dalam sumbu putaran yang tetap.
Artinya, bahan dasar sebagai asal yang kemudian di proses dan menghasilkan bahan jadi, bahan jadi itu pada akhirnya menjadi limbah dan kemudian di daur ulang menjadi bahan dasar lagi, demikian seterusnya.
Oleh karena itu, di dalam kehidupan ini, banyak di jumpai di antara makhluk selain manusia yang harus menggerakkan siklus kehidupannya dengan menggunakan bahan bakar dari limbah kehidupan manusia untuk memenuhi kelangsungan hidupnya.
Sedangkan manusia, sedikitpun tidak menggunakan limbah makhluk lain untuk menjadi bahan bakar kehidupannya, itulah yang di maksud dengan rizqi mulia tersebut, dengan akal dan ilmu yang telah di anugerahkan Allah kepadanya, manusia bahkan berkesempatan mengolah bahan bakar kehidupan itu, dari bahan dasar yang bersih lagi suci menjadi menu makanan yang layak untuk di konsumsi dan bahkan variatif untuk mengundang selera, baik saat di lihat maupun di rasa.
Adapun makhluk Jin, konon dalam banyak hal mereka hanya berserikat mengikuti kehidupan manusia dalam menikmati kenikmatan yang di nikmati manusia dengan tanpa memiliki kesempatan untuk mengolah sendiri.
Allah telah menyatakan hal tersebut dengan firman-Nya : “Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak....” (Q.S. (17) : 64). Maksudnya, konon cara makan jin hanya dengan mencium aroma masakan yang di masak manusia, bahkan mereka mengambil berkah dari masakan itu, sehingga apabila makanan itu sudah terlebih dahulu di santap jin, yang tertinggal bagi manusia hanya ampasnya belaka.
Untuk melindungi supaya makanan yang di hidangkan itu tidak di dahului di makan jin, maka orang beriman di anjurkan memulai aktifitas hidupnya dengan membaca basmalah pada apapun bentuk perbuatan, di samping itu, hendaklah orang beriman menghindari berbuat “Mubadzir” atau berlebihan dalam memperturutkan nafsu syahwatnya.
Seperti pesta-pesta pernikahan yang sifatnya hanya untuk pamer kesombongan diri dan jauh dari nuansa religi yang Islami, di pesta-pesta semacam itu, bacaan basmalah saja tidak mampu lagi melindungi makanan yang di sajikan dari campur tangan makhluk jin, karena dengan perbuatan mubadzir itu berarti manusia sudah menjadi teman karib syetan jin : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra' : 27).
Konon seorang sufi tidak pernah mau mendatangi pesta resepsi pernikahan, siapapun yang mengundangnya, apabila dia terpaksa datang, sedikitpun dia tidak mau menyantap masakan yang di sajikan, ketika di tanyakan kepadanya perihal tersebut, maka dia menjawab : "Bagaimana saya bisa makan, makanan itu kalau di atas masakan itu saya melihat banyak singgat (ulat bangkai) dan lalat hijau yang besar-besar sedang mengerubuti makanan itu."
Jadi makanan yang mulia itu harus di jaga, baik dari barang haram maupun dari campur tangan syetan jin yang selalu menyertai jalan hidup manusia.
Caranya, dengan berdo‘a dan beribadah, agar saat makanan itu menjadi daging dan tulang, anggota tubuh itu mudah di ajak untuk beribadah kepada Allah, untuk itulah orang beriman harus memulai aktifitas hidupnya dengan membaca basmalah.
Allah menegaskan hal itu dengan firman-Nya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra‘ (17) : 70).
Dari ayat di atas dapat di simpulkan, bahwa kemuliaan manusia tersebut terletak di berikut ini :
1. Tempat Tinggal.
Dengan Kekuasaan dan Ilmu Allah, manusia dapat menjalani aktivitas hidupnya dengan layak dan nyaman di muka bumi, baik di daratan, lautan atau bahkan di udara, banyak yang dapat dibicarakan dalam hal ini terlebih oleh para ahlinya, bahwa betapa Allah telah membangun suatu sistem kehidupan di muka bumi dan seluruh jagad raya ini dengan sistem yang sangat sempurna.
Barangkali apabila seluruh usia dan kesempatan manusia di pergunakan untuk membicarakan sistem tersebut, maka kesempatan dan usia itu akan habis sedang materi pembicaraan mengenai ciptaannya ini sedikitpun tidak akan pernah berkurang.
Di samping kemampuan penulis sangat tidak memadai untuk membicarakan hal tersebut karena penulis memang bukan ahlinya, juga untuk memfokuskan pembicaraan, maka bahasan mengenai hal ini hanya di cukupkan sampai di sini saja.
2. Rizqi
Manusia mendapatkan rizqi hanya dari yang baik-baik, yang bersih lagi suci, di turunkan dari langit dan dikeluarkan dari perut bumi, padahal sesungguhnya siklus kehidupan di alam ini di bangun Allah dengan sistem (sunnah) rotasi dalam sumbu putaran yang tetap.
Artinya, bahan dasar sebagai asal yang kemudian di proses dan menghasilkan bahan jadi, bahan jadi itu pada akhirnya menjadi limbah dan kemudian di daur ulang menjadi bahan dasar lagi, demikian seterusnya.
Oleh karena itu, di dalam kehidupan ini, banyak di jumpai di antara makhluk selain manusia yang harus menggerakkan siklus kehidupannya dengan menggunakan bahan bakar dari limbah kehidupan manusia untuk memenuhi kelangsungan hidupnya.
Sedangkan manusia, sedikitpun tidak menggunakan limbah makhluk lain untuk menjadi bahan bakar kehidupannya, itulah yang di maksud dengan rizqi mulia tersebut, dengan akal dan ilmu yang telah di anugerahkan Allah kepadanya, manusia bahkan berkesempatan mengolah bahan bakar kehidupan itu, dari bahan dasar yang bersih lagi suci menjadi menu makanan yang layak untuk di konsumsi dan bahkan variatif untuk mengundang selera, baik saat di lihat maupun di rasa.
Adapun makhluk Jin, konon dalam banyak hal mereka hanya berserikat mengikuti kehidupan manusia dalam menikmati kenikmatan yang di nikmati manusia dengan tanpa memiliki kesempatan untuk mengolah sendiri.
Allah telah menyatakan hal tersebut dengan firman-Nya : “Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak....” (Q.S. (17) : 64). Maksudnya, konon cara makan jin hanya dengan mencium aroma masakan yang di masak manusia, bahkan mereka mengambil berkah dari masakan itu, sehingga apabila makanan itu sudah terlebih dahulu di santap jin, yang tertinggal bagi manusia hanya ampasnya belaka.
Untuk melindungi supaya makanan yang di hidangkan itu tidak di dahului di makan jin, maka orang beriman di anjurkan memulai aktifitas hidupnya dengan membaca basmalah pada apapun bentuk perbuatan, di samping itu, hendaklah orang beriman menghindari berbuat “Mubadzir” atau berlebihan dalam memperturutkan nafsu syahwatnya.
Seperti pesta-pesta pernikahan yang sifatnya hanya untuk pamer kesombongan diri dan jauh dari nuansa religi yang Islami, di pesta-pesta semacam itu, bacaan basmalah saja tidak mampu lagi melindungi makanan yang di sajikan dari campur tangan makhluk jin, karena dengan perbuatan mubadzir itu berarti manusia sudah menjadi teman karib syetan jin : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra' : 27).
Konon seorang sufi tidak pernah mau mendatangi pesta resepsi pernikahan, siapapun yang mengundangnya, apabila dia terpaksa datang, sedikitpun dia tidak mau menyantap masakan yang di sajikan, ketika di tanyakan kepadanya perihal tersebut, maka dia menjawab : "Bagaimana saya bisa makan, makanan itu kalau di atas masakan itu saya melihat banyak singgat (ulat bangkai) dan lalat hijau yang besar-besar sedang mengerubuti makanan itu."
Jadi makanan yang mulia itu harus di jaga, baik dari barang haram maupun dari campur tangan syetan jin yang selalu menyertai jalan hidup manusia.
Caranya, dengan berdo‘a dan beribadah, agar saat makanan itu menjadi daging dan tulang, anggota tubuh itu mudah di ajak untuk beribadah kepada Allah, untuk itulah orang beriman harus memulai aktifitas hidupnya dengan membaca basmalah.
Posting Komentar untuk "Sangat Penting Di Perhatikan!!! Letak Kemuliaan Manusia"
Terimakasih atas kunjungan anda...