Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Tentang Malu

Pengertian Malu

Allah berfirman sehubungan dengan salah satu tempat persinggahan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in ini,"Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)?" (Q.S. Al-Alaq : 14). "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang di sembunyikan oleh hati." (Q.S. Al-Mukmin : 19).

Di dalam Ash-Shahih di sebutkan dari hadits Ibnu Umar Ra, bahwa Nabi Saw pernah melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu, maka beliau bersabda kepada orang itu, "Biarkan saja dia, karena rasa malu itu sebagian dari iman."

Di dalam Ash-Shaihain disebutkan dari Imran bin Hushain Ra, dia berkata, "Rasulullah Saw bersabda, "Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan." Juga di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah Ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, "Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah perkataan la ilaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan rasa malu itu cabang dari iman."

Juga di dalam Ash-Shahihain dari Abu Sa'id Al-Khudry Ra, bahwa dia berkata, "Rasulullah Saw adalah orang yang lebih mudah merasa malu daripada gadis di tempat pingitannya, jika melihat sesuatu yang tidak di sukai beliau, maka kami bisa melihatnya pada raut muka beliau."

Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Saw, beliau bersabda, "Sesungguhnya di antara perkataan nubuwah pertama yang di ketahui manusia adalah : Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah
sesukamu." Ada dua makna berkaitan dengan hadits ini:

Pertama, ini merupakan peringatan dan pengabaran, yang artinya siapa yang tidak malu tentu akan berbuat sesukanya.

Kedua, ini merupakan pembolehan, yang artinya, lihatlah perbuatan yang hendak engkau lakukan, jika termasuk sesuatu yang tidak mengundang rasa malu, maka lakukanlah, namun yang benar adalah yang pertama.

Banyak definisi malu yang diberikan para ulama, seperti Al-Junaid yang berkata, "Karena melihat berbagai macam karunia dan melihat keterbatasan diri sendiri, maka di antara keduanya muncul suatu keadaan yang di sebut malu.

Hakikatnya adalah akhlak yang mendorong untuk meninggalkan keburukan dan mencegah pengabaian dalam memenuhi hak Allah." Sebagian orang arif berkata, "Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul bersama orang-orang yang mempunyai rasa malu.

Hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu, jika keduanya hilang dari hati, maka di dalamnya tidak ada kebaikan yang menyisa." Dalam atsar Illahi Allah berfirman, "Wahai anak Adam, kamu tidak merasa malu kepada-Ku. Aku sudah membuat manusia lupa aibmu, Aku membuat bumi lupa dosa-dosamu dan Aku menghapus dari induk Kitab kesalahan-kesalahanmu. Jika tidak, tentu Aku akan menghisabmu pada hari kiamat."

Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Lima tanda penderitaan, yaitu : Kekerasan hati, kejumudan mata, sedikit malu, keinginan terhadap dunia dan angan-angan yang muluk-muluk."

Dalam atsar Illahi di sebutkan, "Hamba-Ku benar-benar tidak adil terhadap-Ku. Dia berdo'a kepada-Ku dan Aku malu untuk tidak memper-kenankannya, namun dia durhaka kepada-Ku dan dia tidak malu kepada-Ku."

Malunya Allah terhadap hamba tidak bisa di ketahui melalui suatu pemahaman dan tidak bisa di gambarkan akal, karena itu merupakan rasa malu yang timbul dari kemurahan hati, kebajikan dan keagungan, yang pasti Allah merasa malu terhadap hamba-Nya, jika hamba itu menengadahkan tangan lalu kembali dengan hampa.

Posting Komentar untuk "Tentang Malu"