Yang Pasti Adalah Umur Berkurang
Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang, kenapa sebagian orang lebih girang menyambut awal tahun? Padahal ulama dahulu begitu sedih jika makin hari terus dilewati, di mana ajal semakin dekat, bahkan mereka para salaf sampai bersedih jika waktunya berlalu tanpa amal shalih, yang mereka terus pikirkan adalah ajal yang semakin dekat, namun amal shalih yang masih kurang.
Tanda Kebaikan Islam Adalah Meninggalkan Hal Yang Tidak Bermanfaat
Menunggu satu waktu saja tanpa amalan, itu sudah membuang-buang waktu, karena ingatlah, bahwa waktu itu amat berharga bagi seorang muslim, jika ia benar-benar menjaganya dalam ketaatan pada Allah atau dalam hal yang bermanfaat, itu menunjukkan kebaikan dirinya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (H.R. At-Tirmidzi No. 2317, Ibnu Majah No. 3976).
Jika Islam seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkata yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh.
Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim, demikian perkataan Ibnu Rajab Al Hambali yang kami olah secara bebas (Lihat Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 1: 289). Jika kita menyia-nyiakan waktu, itu tanda Allah melupakan kita.
Arif Al-Yamani Rahimahullah berkata, “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia.” (Hilyatul Awliya', 10: 134).
Waktu Itu Begitu Berharga
Waktu amat berharga, ia tidak mungkin kan kembali setelah berlalu pergi. “Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”
Syaikh Abdul Malik Al-Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini.
Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung, jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung, sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya. (Lihat risalah Al Waqtu Anfas Laa Ta'ud, hal. 3).
Tanda waktu itu begitu berharga bagi seorang muslim karena kelak ia akan ditanya, di mana waktu tersebut dihabiskan, “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai :
(1) Umurnya di manakah ia habiskan,
(2) Ilmunya di manakah ia amalkan,
(3) Hartanya bagaimana ia peroleh dan di mana ia infakkan, dan
(5) Mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (H.R. At-Tirmidzi No. 2417, dari Abi Barzah Al-Aslami).
Menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu-nunggu pergantian waktu, itu sebenarnya lebih parah dari kematian. Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Al-Fawa-id berkata, “Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Imam Syafi'i pernah mendapat nasehat dari seorang zuhud, “Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 3: 129).
Mereka Selalu menyesal Jika Waktu Berlalu Sia-Sia, Sedangkan Kita?
Basyr bin Al-Harits Rahimahullah berkata, “Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir 1: 46, Asy-Syamilah).
Jangan Jadi Orang Yang Menyesal Kelak
Sebagian orang kegirangan jikalau ia diberi waktu yang panjang di dunia, bahkan inilah harapan ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali di dunia untuk dipanjangkan umurnya supaya bisa beramal shalih, orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu.
Allah Ta'ala berfirman, “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (kedunia). Agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al Mu'minun/23 : 99-100).
Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal. Allah Ta'ala berfirman, "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (Q.S. Fathir/35 : 37).
Dalam ayat lainnya disebutkan pula, "Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya dihadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shaleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (Q.S. As-Sajdah/32 : 12).
"Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (Q.S. Asy-Syura/26 : 44).
Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.S. Ghafir/40 : 11-12).
Qatadah Rahimahullah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir ayat 37).
Renungkan: Umur Yang Berkurang
Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang, mengapa kita selalu berpikir bahwa umur kita bertambah, namun tidak memikirkan ajar semakin dekat? Benar kata Al-Hasan Al-Bashri, seorang tabi'in terkemuka yang menasehati kita agar bisa merenungkan bahwa semakin bertambah tahun, semakin bertambah hari, itu berarti berkurangnya umur kita setiap saat.
Hasan Al-Bashri Rahimahullah mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya', 2 : 148).
Al-Hasan Al-Bashri juga pernah berkata, “Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 2 : 383).
Semisal perkataan Al-Hasan Al-Bashri juga dikatakan oleh Al-Fudhail bin 'Iyadh. Beliau Rahimahullah berkata pada seseorang, “Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudhail berkata, “Itu berarti setelah 60 tahun, engkau akan menghadap Rabbmu.” Pria itu berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi rooji‟un.” “Apa engkau tidak memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudhail. Lantas Fudhail berkata, “Maksud perkataanmu tadi adalah sesungguhnya kita adalah hamba yang akan kembali pada Allah. Siapa yang yakin dia adalah hamba Allah, maka ia pasti akan kembali pada-Nya. Jadi pada Allah-lah tempat terakhir kita kembali. Jika tahu kita akan kembali pada Allah, maka pasti kita akan ditanya. Kalau tahu kita akan ditanya, maka siapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut.” (Lihat percakapan Fudhail ini dalam Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 2 : 383).
Jadi sungguh keliru, jika sebagian kita malah merayakan ulang tahun karena kita merasa telah bertambahnya umur, seharusnya yang kita rasakan adalah umur kita semakin berkurang, lalu kita renungkan, bagaimanakah amal kita selama hidup ini?
Bukankah yang Islam ajarkan, kita jangan hanya menunggu waktu, namun beramallah demi persiapan bekal untuk akhirat. Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, “Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau berada diwaktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu.” (H.R. Bukhari No. 6416).
Hadits ini mengajarkan untuk tidak panjang anganangan, bahwa hidup kita tidak lama. 'Aun bin 'Abdullah Rahimahullah berkata, “Sikapilah bahwa besok adalah ajalmu, karena begitu banyak orang yang menemui hari besok, ia malah tidak bisa menyempurnakannya, begitu banyak orang yang berangan-angan panjang umur, ia malah tidak bisa menemui hari esok, seharusnya ketika engkau mengingat kematian, engkau akan benci terhadap sikap panjang angan-angan.”
'Aun juga berkata, “Sesungguhnya hari yang bermanfaat bagi seorang mukmin di dunia adalah ia merasa, bahwa hari besok sulit ia temui.” (Lihat Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 2 : 385).
Di Balik menunggu Pergantian Tahun
Setelah kita merenungkan berbagai nasehat di atas, semoga yang berhati lembut bisa sadar, bahwa waktu itu begitu berharga, walau 1 detik saja, namun coba lihatlah perayaan tahun baru yang dirayakan kaum muslimin saat ini, sungguh menyia-nyiakan waktu dan umurnya sendiri.
Kadang yang wajib seperti shalat ditinggalkan hanya karena bela-belain menunggu pergantian tahun, kadang pula di awal tahun malah diisi dengan maksiat dan penghamburan harta, seharusnya yang dipikirkan adalah bukannya datangnya pergantian tahun atau bertambahnya umur, tapi yang mesti dipikirkan adalah umur kita senyatanya semakin berkurang, sehingga seharusnya amal shalih yang harus kita tingkatkan.
Inilah yang lebih urgent, kalau kita yakin umur kita berkurang, waktu ajal kita semakin dekat, lantas apa gunanya merayakan? Intinya, perayaan tahun baru punya berbagai sisi kerusakan diantaranya adalah :
Tanda Kebaikan Islam Adalah Meninggalkan Hal Yang Tidak Bermanfaat
Menunggu satu waktu saja tanpa amalan, itu sudah membuang-buang waktu, karena ingatlah, bahwa waktu itu amat berharga bagi seorang muslim, jika ia benar-benar menjaganya dalam ketaatan pada Allah atau dalam hal yang bermanfaat, itu menunjukkan kebaikan dirinya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (H.R. At-Tirmidzi No. 2317, Ibnu Majah No. 3976).
Jika Islam seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkata yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh.
Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim, demikian perkataan Ibnu Rajab Al Hambali yang kami olah secara bebas (Lihat Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 1: 289). Jika kita menyia-nyiakan waktu, itu tanda Allah melupakan kita.
Arif Al-Yamani Rahimahullah berkata, “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia.” (Hilyatul Awliya', 10: 134).
Waktu Itu Begitu Berharga
Waktu amat berharga, ia tidak mungkin kan kembali setelah berlalu pergi. “Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”
Syaikh Abdul Malik Al-Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini.
Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung, jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung, sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya. (Lihat risalah Al Waqtu Anfas Laa Ta'ud, hal. 3).
Tanda waktu itu begitu berharga bagi seorang muslim karena kelak ia akan ditanya, di mana waktu tersebut dihabiskan, “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai :
(1) Umurnya di manakah ia habiskan,
(2) Ilmunya di manakah ia amalkan,
(3) Hartanya bagaimana ia peroleh dan di mana ia infakkan, dan
(5) Mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (H.R. At-Tirmidzi No. 2417, dari Abi Barzah Al-Aslami).
Menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu-nunggu pergantian waktu, itu sebenarnya lebih parah dari kematian. Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Al-Fawa-id berkata, “Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Imam Syafi'i pernah mendapat nasehat dari seorang zuhud, “Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 3: 129).
Mereka Selalu menyesal Jika Waktu Berlalu Sia-Sia, Sedangkan Kita?
Basyr bin Al-Harits Rahimahullah berkata, “Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir 1: 46, Asy-Syamilah).
Jangan Jadi Orang Yang Menyesal Kelak
Sebagian orang kegirangan jikalau ia diberi waktu yang panjang di dunia, bahkan inilah harapan ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali di dunia untuk dipanjangkan umurnya supaya bisa beramal shalih, orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu.
Allah Ta'ala berfirman, “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (kedunia). Agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al Mu'minun/23 : 99-100).
Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal. Allah Ta'ala berfirman, "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (Q.S. Fathir/35 : 37).
Dalam ayat lainnya disebutkan pula, "Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya dihadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shaleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (Q.S. As-Sajdah/32 : 12).
"Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (Q.S. Asy-Syura/26 : 44).
Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.S. Ghafir/40 : 11-12).
Qatadah Rahimahullah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir ayat 37).
Renungkan: Umur Yang Berkurang
Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang, mengapa kita selalu berpikir bahwa umur kita bertambah, namun tidak memikirkan ajar semakin dekat? Benar kata Al-Hasan Al-Bashri, seorang tabi'in terkemuka yang menasehati kita agar bisa merenungkan bahwa semakin bertambah tahun, semakin bertambah hari, itu berarti berkurangnya umur kita setiap saat.
Hasan Al-Bashri Rahimahullah mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya', 2 : 148).
Al-Hasan Al-Bashri juga pernah berkata, “Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 2 : 383).
Semisal perkataan Al-Hasan Al-Bashri juga dikatakan oleh Al-Fudhail bin 'Iyadh. Beliau Rahimahullah berkata pada seseorang, “Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudhail berkata, “Itu berarti setelah 60 tahun, engkau akan menghadap Rabbmu.” Pria itu berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi rooji‟un.” “Apa engkau tidak memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudhail. Lantas Fudhail berkata, “Maksud perkataanmu tadi adalah sesungguhnya kita adalah hamba yang akan kembali pada Allah. Siapa yang yakin dia adalah hamba Allah, maka ia pasti akan kembali pada-Nya. Jadi pada Allah-lah tempat terakhir kita kembali. Jika tahu kita akan kembali pada Allah, maka pasti kita akan ditanya. Kalau tahu kita akan ditanya, maka siapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut.” (Lihat percakapan Fudhail ini dalam Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 2 : 383).
Jadi sungguh keliru, jika sebagian kita malah merayakan ulang tahun karena kita merasa telah bertambahnya umur, seharusnya yang kita rasakan adalah umur kita semakin berkurang, lalu kita renungkan, bagaimanakah amal kita selama hidup ini?
Bukankah yang Islam ajarkan, kita jangan hanya menunggu waktu, namun beramallah demi persiapan bekal untuk akhirat. Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, “Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau berada diwaktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu.” (H.R. Bukhari No. 6416).
Hadits ini mengajarkan untuk tidak panjang anganangan, bahwa hidup kita tidak lama. 'Aun bin 'Abdullah Rahimahullah berkata, “Sikapilah bahwa besok adalah ajalmu, karena begitu banyak orang yang menemui hari besok, ia malah tidak bisa menyempurnakannya, begitu banyak orang yang berangan-angan panjang umur, ia malah tidak bisa menemui hari esok, seharusnya ketika engkau mengingat kematian, engkau akan benci terhadap sikap panjang angan-angan.”
'Aun juga berkata, “Sesungguhnya hari yang bermanfaat bagi seorang mukmin di dunia adalah ia merasa, bahwa hari besok sulit ia temui.” (Lihat Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 2 : 385).
Di Balik menunggu Pergantian Tahun
Setelah kita merenungkan berbagai nasehat di atas, semoga yang berhati lembut bisa sadar, bahwa waktu itu begitu berharga, walau 1 detik saja, namun coba lihatlah perayaan tahun baru yang dirayakan kaum muslimin saat ini, sungguh menyia-nyiakan waktu dan umurnya sendiri.
Kadang yang wajib seperti shalat ditinggalkan hanya karena bela-belain menunggu pergantian tahun, kadang pula di awal tahun malah diisi dengan maksiat dan penghamburan harta, seharusnya yang dipikirkan adalah bukannya datangnya pergantian tahun atau bertambahnya umur, tapi yang mesti dipikirkan adalah umur kita senyatanya semakin berkurang, sehingga seharusnya amal shalih yang harus kita tingkatkan.
Inilah yang lebih urgent, kalau kita yakin umur kita berkurang, waktu ajal kita semakin dekat, lantas apa gunanya merayakan? Intinya, perayaan tahun baru punya berbagai sisi kerusakan diantaranya adalah :
- Merayakan perayaan non-muslim karena perayaan ini tidak pernah ada dalam Islam.
- Mengikuti budaya orang kafir.
- Berbagai maksiat dan bid‟ah yang muncul saat perayaan tahun baru.
- Meremehkan shalat lima waktu karena sibuk begadang.
- Begadang untuk menunggu pergantian tahun pun sia-sia.
- Seringnya mengganggu kaum muslim dengan petasan dan semacamnya.
- Meniru perbuatan setan dengan bersikap boros.
Posting Komentar untuk "Yang Pasti Adalah Umur Berkurang"
Terimakasih atas kunjungan anda...