Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Nama Allah Al-Hakim Yang Maha Bijaksana

Al-Hakiim (Yang Maha Bijaksana)

Allah berfirman : "Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-An'aam/6 : 18).

Dia Al-Hakiim yang di sifati dengan kebijaksanaan yang sempurna dan kesempurnaan hukum di antara makhluk, maka Al-Hakiim yaitu yang memiliki ilmu yang luas dan mengetahui dasar (permulaan) segala perkara dan akibatnya, pujian yang luas, qudrat yang sempurna, rahmat yang melimpah.

Dialah yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, menempatkannya di tempat yang pantas pada ciptaan dan perintah-Nya, maka tiada di tujukan kepada-Nya pertanyaan (sebagai protes) dan tiada cela dalam kebijaksanaan-Nya.

Kebijaksanaan-Nya Allah ada dua, yaitu :
Pertama : Kebijaksanaan pada makhluk-Nya.
Dia menciptakan makhluk dengan benar dan mengandung kebenaran. Maksud dan tujuan-Nya adalah benar. Dia menciptakan semua makhluk dengan sebaik-baik susunan, mengaturnya dengan aturan yang sempurna, memberikan setiap makhluk ciptaan-Nya yang pantas dengannya, bahkan Dia memberikan setiap bagian dari bagian tubuh makhluk dan setiap anggota dari anggota tubuh makhluk hidup corak dan bentuknya.

Seseorang tidak akan melihat pada ciptaan-Nya cela/aib, kekurangan dan sia-sia, jika berkumpul semua akal makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir untuk menciptakan (yang belum pernah ada) seperti ciptaan Allah ُTa'ala yang bersifat Rahmaan atau yang mendekati sesuatu yang Ia ciptakan di alam semesta berupa keindahan, keteraturan, dan kokoh, niscaya mereka tidak akan mampu.

Dari mana adanya kemampuan bagi mereka atas yang demikian itu? Cukuplah orang-orang yang berakal dan bijaksana dari mereka mengenal kebijaksanaan-Nya yang sangat banyak dan mengetahui sebagian keelokan dan kekokohan yang ada padanya.

Hal ini di ketahui dengan pasti dengan di ketahui kebesaran-Nya, sifat-Nya yang sempurna dan kebijaksanaan-Nya yang terus-menerus dalam ciptaan dan perintah, Dia telah memberikan tantangan dan memerintahkan mereka agar berpikir dan terus berpikir apakah mereka menemukan aib/cela atau kekurangan dalam ciptaan-Nya, sesungguhnya pemikiran akan tumpul dan lemah untuk memberi kritik terhadap sesuatu dari ciptaan-Nya.

Kedua : Kebijaksanaan pada syari'at dan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah ُTa'ala menetapkan syari'at, menurunkan Kitab dan mengutus para Rasul agar semua hamba mengenal dan menyembah-Nya.

Adakah kebijaksanaan yang lebih besar dari ini? Adakah karunia dan kemuliaan yang lebih agung dari ini? Sesungguhnya mengenal dan menyembah Allah ُTa'ala Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, beramal dan memuji-Nya dengan ikhlas, bersyukur dan memuji kepada-Nya merupakan pemberian yang paling utama dari-Nya bagi para hamba secara mutlak, karunia yang paling besar bagi orang yang di beri nikmat seperti itu dan keberuntungan serta kebahagiaan yang paling sempurna untuk hati dan jiwa (ruh), sebagaimana hal itu merupakan satu-satunya sebab untuk mencapai kebahagiaan yang abadi dan kesenangan yang kekal.
Andaikan tidak ada dalam perintah dan syari'at-Nya, kecuali hikmah yang besar ini, yang merupakan dasar segala kebaikan, kenikmatan yang paling sempurna dan karenanyalah di ciptakan makhluk, pembalasan dan di ciptakan Surga dan Neraka, niscaya hal itu sudah cukup dan memadai.

Syari'at dan agama-Nya meliputi segala kebaikan, berita-Nya memberikan ilmu, keyakinan, iman, dan 'aqidah yang shahih kepada hati dan hati terus konsisten dengannya, sehingga hilang penyimpangannya, hal itu membuahkan setiap ciptaan yang indah, amal yang shalih, petunjuk, dan nasehat.

Semua perintah dan larangan-Nya meliputi puncak kebijaksanaan dan kebaikan serta memperbaiki agama dan dunia, Dia tidak memerintah kecuali dengan sesuatu, yang mutlak mashlahatnya (kebaikannya) atau yang paling dominan.

Dia tidak melarang sesuatu, kecuali hal yang keburukannya/kerusakannya sangat mutlak atau yang paling dominan, sebagian dari hikmah syari'at Islam bahwa ia adalah puncak untuk perbaikan hati, akhlak, perbuatan dan istiqamah (konsisten) di jalan yang lurus.

Dia adalah puncak untuk perbaikan dunia, tidak akan baik urusan dunia dengan kebaikan yang hakiki (yang sebenar-benarnya), kecuali dengan agama yang hak, yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw.

Hal ini di saksikan dan di rasakan oleh setiap orang yang berakal, maka umat Nabi Muhammad Saw ketika melaksanakan ajaran agama ini, baik ushul (dasar) maupun furu'-nya (cabangnya), serta semua petunjuk dan nasihat, mereka berada di puncak keistiqamahan dan kebaikan.

Tatkala mereka berpaling dari ajaran agama ini, meninggalkan kebanyakan dari petunjuknya (agama), dan tidak mencari petunjuk dengan ajarannya yang tinggi, maka berpalinglah dunia mereka sebagaimana agama mereka telah menyimpang.

Demikian pula perhatikanlah ummat yang lain, yang telah sampai pada kekuatan, peradaban dan kemajuan yang sangat mengagumkan, akan tetapi, ketika semua itu kosong dari nilai agama, rahmat dan keadilannya, bahaya dari penemuan mereka lebih besar dari manfaatnya, kejahatannya lebih banyak dari kebaikannya.

Para pakar, pemerintah dan pemimpin mereka tidak mampu membendung bahaya yang di akibatkannya dan mereka tidak akan pernah mampu membendung hal itu selama keadaan mereka tidak berubah, oleh karena itu, merupakan hikmah-Nya, bahwasanya yang di bawa oleh Nabi Muhammad ُSaw berupa agama dan Al-Qur’an yang mulia merupakan bukti yang paling besar atas kejujurannya dan kebenaran yang di bawanya karena keadaan-Nya sebagai pemberi keputusan yang sempurna yang tidak akan ada, kecuali dengan-Nya.

Sebagai kesimpulan, Al-Hakiim berhubungan dengan semua makhluk dan syara', semuanya berada pada puncak kebijaksanaan, Dia Al-Hakiim pada semua hukum yang bersifat qadar (keputusan/ ketentuan), syara' dan pembalasan.

Perbedaan antara hukum-hukum qadar dan syara', yaitu : Sesunggguhnya qadar berhubungan dengan yang di adakan, di bentuk dan di tentukan dan sesunggguhnya apa yang di kehendaki-Nya, niscaya pasti terjadi dan apa yang tidak di kehendaki-Nya, niscaya tidak akan terjadi.

Sedangkan hukum-hukum syara' berhubungan dengan syari'at-Nya, hamba Allah tidak lepas dari dua hal tersebut atau dari salah satunya, siapa di antara mereka yang melakukan perbuatan yang di cintai dan di ridhai-Nya, sungguh telah terkumpul padanya dua kebijaksanaan dan siapa yang melakukan perbuatan yang berlawanan dari hal itu, sungguh di dapatkan padanya kebijaksanaan qadar saja.

Sesungguhnya apa yang di lakukannya terjadi dengan qadha dan qadar-Nya dan tidak ada dalam hukum syar'i, karena dia telah meninggalkan amal yang di cintai Allah dan di ridhai-Nya.

Kebaikan dan kejahatan, taat dan maksiat, semuanya berhubungan dan mengikuti hukum qadar, amal yang di cintai Allah ُTa'ala ialah yang mengikuti hukum syar'i dan yang berhubungan dengannya. Wallaahu a'lam.

Di sarikan dari :

  • Al-Haqqul Waadhihul Mubiin, hlm. 48-54.
  • Syarhan-Nuuniyyah, Al-Harraas (II/80).
  • Tafsiir As-Sa'di (V/621)
  • Taudhiihul Maqaashid Wa Tashhiihul Qawaa'id Fi Syarhil Qashiidah Al-Imam Ibnul Qayyim, karangan Ahmad bin Ibrahim bin 'Isa (II/226).

Posting Komentar untuk "Nama Allah Al-Hakim Yang Maha Bijaksana"