Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

RUKUN ISLAM PEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM

Pembentukan kepribadian melalui pendekatan Islam yang didasarkan pada lima pilar Rukun Islam, secara psikologis serupa dengan pendekatan behaviorisme yang lebih mengarah pada pembentukan kebiasaan dan pengalaman-pengalaman, apabila kebiasaan tertentu telah menetap, pengalaman -pengalaman banyak didapat baik pengalaman menyakitkan, menyedihkan, membahagiakan, menyenangkan, menakutkan dan sebagainya akan menjadi pelajaran berharga untuk mengulang yang menyenangkan dan meninggalkan yang menyakitkan.

Di sini berlaku hukum perilaku reward atau hadiah (dalam terminologi agama disebut dengan “janji”, “pahala”, dan “surga”) dan punishment atau hukuman (dalam terminologi agama disebut dengan “ancaman”, “dosa”, dan “neraka”) serta reinforcement yang akan menguatkan perilaku untuk diulang atau ditinggalkan.

Oleh sebab itu pendekatan “Islam” yang ditegakkan melalui lima Rukun Islam, melibatkan pendekatan syariat dan hukum fikih untuk memicu melakukannya, yang sangat populer dengan menggunakan lima hukum dasar yakni wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah.

Wajib adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan diberi pahala dan apabila ditinggalkan mendapatkan dosa. Sunnah adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan diberi pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa. Haram adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan mendapatkan dosa dan apabila ditinggalkan diberikan pahala.

Makruh adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan tidak mendapat apa-apa, tetapi jika ditinggalkan diberikan pahala. Mubah adalah segala sesuatu yang boleh dikerjakan atau tidak dikerjakan, artinya dikerjakan maupun tidak dikerjakan, tidak mendapat apa-apa baik pahala maupun dosa.

Melalui janji dan ancaman, iming-iming pahala dan dosa khususnya berupa syurga (kenikmatan) dan neraka (kesakitan) yang bisa datang bersamaan atau sesaat setelah perbuatan itu dikerjakan (dalam istilah agama sering disebut dengan “dunia” yang artinya “dekat”), bisa juga didapat sampai sesudah orang mati dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan sang Pencipta (dalam istilah agama sering disebut “akhirat”).

Orang diberi harapan dan ditakut- takuti supaya melakukan sesuatu, tanpa banyak memahami nilai-nilai terdalam dari apa yang dilakukan, tapi manfaat atau madlorot yang didapat dari perbuatannya akan menjadi pengalaman berharga untuk mengulang atau menghentikan perbuatannya.

Misalnya dengan shalat berjamaah ke masjid, orang mendapatkan kenalan rekanan bisnis, dengan silaturrahim orang menjadi lupa dengan problemnya dan mendapat solusi berharga, dengan memberi sedekah atau zakat orang memperoleh penghargaan dan penghormatan sehingga lebih percaya diri, dengan shalat malam di keheningan orang mengalami retrospeksi, meneteskan air mata, self-disclousur, dan katarsis sehingga hati menjadi lega tanpa beban dan dunia menjadi terang, dan seterusnya.

Oleh karena pengalaman dalam beragama sangat berpengaruh dalam menciptakan kegandrungan atau kebencian terhadap perilaku tertentu, maka perlu hati-hati dengan pengalaman negatif dan menyakitkan yang didapat dari pergumulan seseorang dengan agama, misalnya pengalaman kehilangan sandal atau sepatu di masjid, pengalaman dihujat karena melakukan dosa, pengalaman anak-anak TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) dengan ustadz/ustadzah yang galak, pengalaman siswa di skors karena menyalahgunakan uang SPP dan seterusnya. Teori Stimulus-Respon (SR) dari Pavlov dan Operant Conditioning dari Skinner bisa menjadi pelajaran yang baik untuk menciptakan pengalaman positif sehingga membentuk habit atau kebisaan yang akhirnya menciptakan perilaku menetap.

Teori S-R mengajari setiap individu untuk memasangkan perilaku yang diinginkan dengan hal-hal yang secara otomatis membuat orang berperilaku tertentu, misalnya ketika ingin menciptakan atau melatih anak-anak senang kepada masjid, mengaji dan shalat, yang sesungguhnya hal tersebut berat dan tidak disukai anak-anak. Maka, pasangkan dengan hal-hal yang secara otomatis mendatangkan kesenangan pada anak, misalnya di masjid disediakan permen, coklat, permainan dan nuansa kasih sayang.

Hal tersebut dikondisikan, hingga si anak memperoleh pengalaman-pengalaman mengasyikkan berkaitan dengan masjid, mengaji dan shalat dan telah terjadi kebiasaan yang mapan, sehingga pada saatnya pengkondisian atau pasangan buatan dihilangkan sedikit demi sedikit, yang apabila terjadi keausan, diulang kembali dengan penguatan lainnya.

Begitulah, lima Rukun Islam berupa syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, merupakan pelajaran didikan pengalaman dan pembiasaan dari Allah paling dasar, pelajaran lainnya adalah berupa apa saja yang telah disyari'atkan Allah baik yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As -Sunnah, maupun penjelas-penjelas agama yang datang dari ulama.

Pendekatan ini mengandung pelajaran pelatihan yang efektif untuk membentuk kepribadian, sikap dan perilaku manusia berdasarkan pengalaman dan pembiasaan.

Posting Komentar untuk "RUKUN ISLAM PEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM"