Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

AQIDAH TAUHID DAN KONSEKWENSINYA

Bahwa aqidah tauhid dengan segenap konsekuensinya mestilah jelas, sayang sekali di benak mayoritas orang-orang yang beriman kepada aqidah ahlus sunnah itu sendiri, apalagi di benak orang lainnya yang mengikuti aqidah asy'ariyah atau maturidiyah atau jahmiyah dalam masalah seperti ini, bahwa masalah ini tidaklah semudah seperti yang digambarkan oleh sebagian da'i yang bersama-sama dengan kita dalam menda'wahkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sekarang ini, sesungguhnya urusannya tidaklah mudah sebagaimana yang disangka oleh sebagian mereka.

Dan sebabnya berupa perbedaan antara orang-orang jahiliyah musyrik yang pertama, ketika mereka diseru untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah, mereka menolak karena mereka memahami makna kalimat thayyibah ini dan antara mayoritas kaum muslimin pada masa ini yang mengucapkan kalimat thayyibah tetapi tidak memahami maknanya secara benar.

Perbedaan ini merupakan perbedaan yang pokok, terbukti dalam masalah aqidah seperti tadi, yang di maksudkan adalah masalah ketinggian Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas semua makhluk-Nya, hal ini membutuhkan penjelasan, seorang muslim tidaklah cukup hanya meyakini bahwa :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
"(Allah) Yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arsy". Q.S. Thaha : 5).

Irhamuu man fii al-ardhi yarhamkum man fiis samaa-i, "Sayangilah yang di bumi, niscaya yang dilangit akan menyayangimu." (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud (4941) dan At-Tirmidzi (1925]).
Tanpa dia mengetahui bahwa kata "Fii" yang terdapat dalam hadits tersebut bukan berarti menunjukkan tempat (dibawah), hal itu seperti "Fii" yang terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء
"Apakah kalian merasa aman dari (Allah) yang di (atas) langit." (Q.S. Al-Mulk : 16). Karena "Fii" disini maknanya adalah " 'Ala " (di atas) dan dalil tentang hal itu banyak, bahkan banyak sekali.

Di antaranya adalah hadits terdahulu yang banyak disebut oleh manusia dan hadits itu dengan seluruh jalannya dan makna sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Sayangilah yang di bumi" bukan berarti serangga dan ulat-ulat yang ada di dalam bumi! Tetapi yang dimaksud adalah yang berada di atas bumi, seperti manusia dan hewan.

Dan hal itu sesuai dengan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Maka yang di langit akan menyayangimu" maksudnya : yang di atas langit. Orang-orang yang telah menerima da'wah yang hak (benar) ini mesti berada di atas kejelasan tentang perincian seperti tadi dan contoh lain yang mendekati hadits diatas, hadits Al-Jariyah yang dia itu adalah pengembala kambing, hadits ini masyhur, saya akan menyebutkannya sebagai penguat. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Dimana Allah?" Dia menjawab: "Di langit". (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Muslim (537), Abu Daud (930) dan An-Nasa'i (I/14-18).

Seandainya kita pada hari ini bertanya kepada beberapa guru besar Al-Azhar, misalnya : "Dimana Allah?", maka mereka akan menjawab: "Di setiap tempat!". Padahal Jariyah (budak wanita) menjawab bahwa Allah di langit dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membenarkan jawaban Jariyah tersebut. Mengapa? Karena Jariyah itu menjawab berdasarkan fitrah dan dia hidup di tempat yang memungkinkan dengan istilah kita pada masa ini untuk kita namakan dengan sebutan "lingkungan ahlus sunnah" yang belum tercemar dengan lingkungan yang buruk, karena dia telah lulus dari "madrasah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam" sebagaimana yang mereka istilahkan sekarang ini.

Madrasah ini tidak khusus hanya bagi sebagian laki-laki dan tidak pula hanya bagi sebagian wanita, tetapi madrasah ini untuk seluruh lapisan masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan wanita, oleh karena itu seorang pengembala kambing mengetahui aqidah yang benar, karena dia tidak tercemar dengan lingkungan yang buruk.

Dia mengetahui aqidah yang benar sebagaimana terdapat dalam kitab Al-Qur'an dan As-Sunnah, padahal kebanyakan dari orang-orang yang mengaku memiliki ilmu tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak mengetahui hal tersebut, dia tidak mengetahui dimana Rabbnya!, padahal masalah tersebut disebutkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Pada hari ini kita mengatakan bahwa tidak didapati sedikit pun dari penjelasan ini di kalangan kaum muslimin, dimana seandainya kita bertanya, saya tidak mengatakan kepada pengembala kambing, tetapi kepada pemimpin umat atau kelompok maka dia akan bingung ketika menjawab sebagaimana kebanyakan manusia bingung saat ini kecuali orang-orang yang dirahmati Allah dan jumlah mereka itu sangat sedikit.

Posting Komentar untuk "AQIDAH TAUHID DAN KONSEKWENSINYA"