Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Allah Mengangkat Derajat Hamba-Nya

Mengangkat Derajat

Sejak di syurga, sesungguhnya Nabi Adam As sudah di bekali ilmu pengetahuan secara rasional yang cukup tinggi bahkan lebih tinggi di banding para malaikat. Allah Ta’ala telah menyatakan dengan firman-Nya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab : "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah : 2/31-32).


Namun demikian, oleh karena cara penerapaan ilmu tersebut, juga adalah ilmu pengetahuan yang harus di miliki pula, yaitu ilmu pengalaman yang di dalam urusan agama di sebut dengan ilmu rasa atau ilmu spiritual, demikian pula, untuk meningkatkan iman menjadi yakin, juga membutuhkan proses latihan-latihan dan melewati tahapan-tahapan perjalanan yang panjang, maka untuk mencapai kedewasaan jiwanya itu, manusia harus menjalani suratan jalan hidup yang sudah di tentukan baginya.

Manusia harus menempuh suratan hidupnya, baik aspek jeleknya maupun aspek baiknya, melewati sistem seleksi dan kompetisi alam yang ada, sebagai tarbiyah dari Tuhannya. Untuk itulah, maka Nabi Adam As, oleh suratan takdir hidupnya harus terlebih dahulu mencicipi pahitnya hidup di muka bumi akibat perbuatan dosanya sendiri.

Yang demikian itu, supaya di kemudian hari, manusia mampu merasakan manisnya pahala, buah ibadah dan pengabdian yang di jalaninya di dunia, itulah contoh kejadian pertama dalam lembaran sejarah kehidupan manusia pertama yang akan dapat menjadikan pelajaran yang sangat berharga bagi yang mampu memperhatikan dan menela’ah serta mengambil pelajaran darinya.

Kalau kemudian Nabi Adam As mampu menjalani awal proses kehidupan-nya di dunia, walau kehidupan itu penuh dengan penderitaan dan kesulitan, dengan sendirian mencari lahan yang terbentang luas dan sekaligus membukanya untuk supaya dapat bercocok tanam di atasnya.

Menanam bibit di tanah garapan dan baru dapat di makan hasilnya ketika saat panennya telah tiba dan berbagai macam tantangan kehidupan yang harus di hadapinya, semuanya itu, karena sejatinya Nabi Adam As telah terlebih dahulu mengenali jalan hidup yang harus di tempuhnya itu.

Yaitu, bahwa akibat dosa yang telah di perbuat itu, sehingga beliau harus diturunkan dari kebahagiaan menuju penderitaan yang sementara, Nabi Adam As akhirnya menjadi tahu, apabila manusia ingin di kembalikan kepada kebahagian yang semula, di kembalikan kepada surga yang telah di tinggalkannya dahulu, tidak ada jalan lain kecuali terlebih dahulu harus bertaubat dari segala dosa dan kesalahan yang telah di perbuat.

Bahkan tidak cukup itu saja, juga harus memperbaiki prilaku hidupnya, membangun dengan amal bakti, supaya tidak kembali terjebak tipu daya setan yang dahulu telah menyengsarakannya. Hasilnya, maka Allah Ta’ala menurunkan pelajaran baginya dengan apa yang telah di nyatakan dengan firman-Nya : “Dan Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Baqarah 2/37).

Kemudian Nabi Adam As menindaklanjuti pelajaran itu dengan amal bakti dan taubatan nasuha, bermunajat dengan kalimat yang diajarkan Allah kepadanya : Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S. Al-A’raaf 7/23).

Sehingga kemudian Allah Ta’ala menerima taubat mereka berdua dan bahkan kemudian derajatnya di angkat Allah Ta’ala, di jadikan khalifah bumi yang menjalankan fungsi kenabian manusia yang pertama.

Inilah pelajaran pertama yang di turunkan Allah Rabbul'alamin kepada umat manusia, di abadikan di dalam kitab yang abadi sepanjang masa, Al-Qur’an Al-Karim, sejarah perjalanan hidup manusia pertama yang dapat di ambil sebagai pelajaran dasar dan suri tauladan oleh umat selanjutnya.

Bahwa manusia memang selamanya tidak sepi dari kesalahan dan dosa, namun demikian, meski manusia harus berangkat dari kesalahan dan dosa, sehingga mengakibatkan duka dan derita, serta penyesalan yang mendalam, apabila dosa dan kesalahan itu di kemudian hari ternyata mampu menjadikan sebab seorang hamba mampu bertaubat kepada Tuhannya dan taubat itu di terima di sisi-Nya, serta mampu merubah kejelekan-kejelekannya, baik karakter maupun perbuatan, menjadi kebaikan-kebaikan dan akhlakul karimah, sehingga dapat meningkatkan ketaqwaan yang kemudian menjadikannya mendapatkan anugrah kemuliaan di sisi-Nya, maka di situlah letak rahasia pelajaran yang sangat berharga ini.

Pelajaran yang akan mampu meningkatkan kedewasaan jiwa manusia, oleh karena itu, barang siapa mampu menelaah dan menteladani pelajaran itu, kemudian di terapkan dalam kehidupannya dengan benar dan arif, manusia itu akan mendapatkan kebahagiaan sebagaimana yang telah didapatkan pendahulunya, Maha Besar Allah dengan segala penciptaan-Nya.

Posting Komentar untuk "Allah Mengangkat Derajat Hamba-Nya"