Metode Mendiagnosis Penyakit Diri
Setelah merenung akan kelalaian penyakit-penyakit diri, maka dalam kesempatan ini, sebaiknya kita mengisyaratkan kepada metode atau cara yang dengan perantaraannya kita dapat mengetahui berbagai macam penyakit diri.
Dalam Al-Qur'an dan hadist, akal di sebut dengan panggilan yang bermacam-macam, seperti ruh, nafi (diri), hati dan akal, semua penyebutan ini di tujukan kepada satu hakikat, namun di sebabkan beberapa sisi dan fungsinya yang berbeda antara satu dengan yang lain, maka di sebut dengan nama yang berbeda-beda.
Dari sisi sebagai sumber berpikir, dia di namakan dengan akal, dalam kitab-kitab hadist, akal memiliki kedudukan yang khusus, bahkan ada pasal-pasal khusus yang berbicara mengenainya dalam hadist-hadist, akal di sebut sebagai semulia-mulianya maujud dan sebagai sumber taklif (kewajiban), pahala dan siksaan.
Oleh karenanya, dalam Al-Qur'an Allah sangat menekankan pentingnya berpikir dan menyeru manusia untuk mengaktifkan akal yang ada pada dirinya, sebagai contoh, Allah berfirman, “Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya, supaya kamu memahaminya.” (Q.S. Al-Baqarah : 24-2).
Allah berfirman, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati (akal) yang dengan itu mereka dapat memahami.” (Q.S. Al-Hajj: 46). Allah berfirman, “Sesungguhnya seburuk-buruknya binatang pada diri pada sisi Allah adalah orang yang bisu dan tuli yang tidak berpikir.” (Q.S. Al-Anfal : 22).
Allah Yang Maha Besar menyebut orang yang mempunyai akal, telinga dan lidah, namun tidak mempergunakannya untuk mengetahui adalah sebagai hewan, bahkan lebih buruk dari hewan, itu di sebabkan mereka tidak menggunakan akalnya.
Allah berfirman, “Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Q.S. Yunus : 100). Kebaikan apapun yang di miliki manusia, semua itu berasal dari akalnya, dengan perantaraan akal manusia mengenal Tuhan dan beribadah kepada-Nya.
Dengan perantaraan akal manusia menerima konsep ma’ad (kebangkitan) dan bersiap-siap untuk menghadapinya, dengan perantaraan akal manusia menerima para nabi dan menaatinya, dengan perantaraan akal manusia mengenal akhlak mulia dan mendidik diri dengannya.
Dengan perantaraan akal pula manusia mengenal akhlak buruk dan menjauhinya, oleh karena itulah, akal sedemikian di puji dalam Al Qur'an dan hadist.
Sebagai contoh, Imam Ja‘far Ash-Shadiq berkata di dalam menjawab pertanyaan seorang penanya, ‘Akal adalah sesuatu yang dengan perantaraannya Allah di sembah dan syurga di dapatkan.” Dalam riwayat lain, Imam Ja‘far Ash-Shadiq berkata, “Siapa saja yang berakal, maka dia mempunyai agama dan siapa saja yang mempunyai agama, maka dia masuk syurga."
Imam Musa bin Ja‘far berkata kepada Hisyam, “Allah mempunyai dua hujjah atas manusia. Hujjah yang nampak (zahir) dan hujjah yang tersembunyi (batin). Adapun hujjah yang tampak adalah para nabi dan para imam, sedangkan hujjah yang tersembunyi adalah akal.”
Imam Ja‘far Ash-Shadiq berkata, “Orang yang paling sempurna akalnya adalah orang paling baik akhlaknya.” Imam Ja‘far Ash Shadiq berkata, “Akal adalah penunjuk jalan orang Mukmin.”
Imam Ali Ar-Ridha berkata, “Sahabat setiap orang adalah akalnya dan musuhnya adalah kebodohannya.” Amirul Mukminin berkata, “Kekaguman seseorang terhadap dirinya merupakan bukti kelemahan akalnya.” Imam Musa bin Ja‘far berkata kepada Hisyam, “Hai Hisyam, barangsiapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, ketenangan hati dari rasa hasud dan keselamatan di dalam agama, maka hendaknya dia merendahkan diri di hadapan Allah untuk memohon agar Dia menyempurnakan akalnya, karena barangsiapa yang berakal, maka dia akan merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupkannya dan barangsiapa yang merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupkannya, maka dia akan merasa kaya, sebaliknya, barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupkannya, maka dia tidak akan pernah merasa kaya selamanya.”
Imam Musa bin Ja‘far berkata, “Hai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal adalah orang yang meninggalkan urusan dunia yang berlebihan, apalagi halnya dengan dosa, mereka meninggalkan dunia sebagai sebuah keutamaan dan meninggalkan dosa sebagai sebuah kewajiban.”
Lagi Imam Musa bin Ja‘far berkata tentang akal, “Hai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbohong meskipun dirinya cenderung kepadanya.” Imam Musa bin Ja‘far juga berkata, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki kekesatriaan dan tidak ada kekesatriaan bagi orang yang tidak memiliki akal, sesungguhnya orang yang paling tinggi nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai nilai dirinya. Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada nilai bagi badanmu kecuali syurga, oleh karena itu janganlah kamu menjualnya dengan selainnya.”
Nah, sekarang kita dapat mengetahui nilai akal dan peranannya yang sangat penting dalam memperoleh ilmu pengetahuan, mendapatkan keimanan dan penyembahan kepada Allah, mengenal dan menggunakan akhlak yang mulia, menjauhi dosa dan akhlak yang tercela.
Kita harus memperhatikan butir penting berikut, yaitu bahwa keberadaan akal semata dalam diri kita tidaklah cukup untuk merealisasikan tujuan ini, melainkan kita harus menggunakan dan mengaktifkannya.
Akal di dalam tubuh kita tidak ubahnya berkedudukan seperti seorang qadi yang adil dan profesional, namun dia baru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik manakala tersedia lingkungan yang aman baginya dan diterima hasil keputusannya.
Akal berkedudukan sebagai seorang hakim yang ahli dan profesional, namun dengan syarat, hasil keputusannya mendapat penerimaan dan di akui, akal berkedudukan sebagai seorang penasihat ahli yang dapat di percaya, namun dengan syarat dia benar-benar di minta nasihatnya dan kemudian nasihatnya benar benar di dengar dan di perhatikan.
Jika akal menjadi penguasa di dalam tubuh kita dan mengontrol seluruh instink dan kecenderungan diri kita, maka dia akan mengelola negara tubuh kita dengan sebaik-baiknya pengelolaan dan akan menciptakan keseimbangan di antara seluruh instink dan kecenderungan kita serta meletakkan semuanya di dalam jalan menuju kesempurnaan kepada Allah, namun apakah sedemikian mudah instink dan kecenderungan hewani kita mau menerima kepemimpinan akal dan tunduk kepadanya?
Instink dan kecenderungan hewani kita akan senantiasa berusaha membuat fitnah dan kerusakan sedemikian rupa, supaya dapat mengusir akal dari kedudukannya, untuk menghadapi hal ini, maka mau tidak mau kita harus memperkuat akal. Karena, semakin akal kuat maka dia akan semakin berpengaruh, semakin dapat mengenal musuh dengan baik dan semakin dapat menundukkannya dan ini merupakan kewajiban kita, oleh karena itu, kita harus berusaha dengan keras dalam memperkuat aka kita dan terarah dengan baik serta selalu berada di jalan yang benar dan lurus.
Cara atau metode mendiagnosis akal di antaranya adalah :
Memperkuat akal, akal adalah merupakan peringkat malakut manusia dan sesempurna-sempurnanya bahan wujud dirinya yang menjadi sumber keunggulan manusia atas makhluk lain.Dalam Al-Qur'an dan hadist, akal di sebut dengan panggilan yang bermacam-macam, seperti ruh, nafi (diri), hati dan akal, semua penyebutan ini di tujukan kepada satu hakikat, namun di sebabkan beberapa sisi dan fungsinya yang berbeda antara satu dengan yang lain, maka di sebut dengan nama yang berbeda-beda.
Dari sisi sebagai sumber berpikir, dia di namakan dengan akal, dalam kitab-kitab hadist, akal memiliki kedudukan yang khusus, bahkan ada pasal-pasal khusus yang berbicara mengenainya dalam hadist-hadist, akal di sebut sebagai semulia-mulianya maujud dan sebagai sumber taklif (kewajiban), pahala dan siksaan.
Imam Muhammad Al-Baqir berkata, “Tatkala Allah menciptakan akal Allah berkata kepadanya, ‘Menghadaplah’, maka akal pun menghadap. Kemudian Allah berkata lagi, ’Berbaliklah’, maka akal pun berbalik. Kemudian Allah berkata, ‘Demi kemuliaan dan ketinggian-Ku, Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih baik dan lebih Aku cintai di bandingkan engkau dan Aku tidak akan menyempurnakanmu kecuali pada orang yang Aku cintai. Ketahuilah, kepadamulah Aku memerintah dan Aku melarang, kepadamulah Aku memberi siksa dan memberi pahala."Manusia berpikir dan memahami sebuah hakikat dengan perantaraan akal, dengan perantaraan akal pula manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang membahayakan, dengan perantaraan akal manusia dapat mengenal Tuhan, mengenal dirinya dan mengetahui kewajiban-kewajibannya, jika manusia tidak mempunyai akal, maka dia tidak mempunyai perbedaan sama sekali dengan hewan.
Oleh karenanya, dalam Al-Qur'an Allah sangat menekankan pentingnya berpikir dan menyeru manusia untuk mengaktifkan akal yang ada pada dirinya, sebagai contoh, Allah berfirman, “Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya, supaya kamu memahaminya.” (Q.S. Al-Baqarah : 24-2).
Allah berfirman, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati (akal) yang dengan itu mereka dapat memahami.” (Q.S. Al-Hajj: 46). Allah berfirman, “Sesungguhnya seburuk-buruknya binatang pada diri pada sisi Allah adalah orang yang bisu dan tuli yang tidak berpikir.” (Q.S. Al-Anfal : 22).
Allah Yang Maha Besar menyebut orang yang mempunyai akal, telinga dan lidah, namun tidak mempergunakannya untuk mengetahui adalah sebagai hewan, bahkan lebih buruk dari hewan, itu di sebabkan mereka tidak menggunakan akalnya.
Allah berfirman, “Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Q.S. Yunus : 100). Kebaikan apapun yang di miliki manusia, semua itu berasal dari akalnya, dengan perantaraan akal manusia mengenal Tuhan dan beribadah kepada-Nya.
Dengan perantaraan akal manusia menerima konsep ma’ad (kebangkitan) dan bersiap-siap untuk menghadapinya, dengan perantaraan akal manusia menerima para nabi dan menaatinya, dengan perantaraan akal manusia mengenal akhlak mulia dan mendidik diri dengannya.
Dengan perantaraan akal pula manusia mengenal akhlak buruk dan menjauhinya, oleh karena itulah, akal sedemikian di puji dalam Al Qur'an dan hadist.
Sebagai contoh, Imam Ja‘far Ash-Shadiq berkata di dalam menjawab pertanyaan seorang penanya, ‘Akal adalah sesuatu yang dengan perantaraannya Allah di sembah dan syurga di dapatkan.” Dalam riwayat lain, Imam Ja‘far Ash-Shadiq berkata, “Siapa saja yang berakal, maka dia mempunyai agama dan siapa saja yang mempunyai agama, maka dia masuk syurga."
Imam Musa bin Ja‘far berkata kepada Hisyam, “Allah mempunyai dua hujjah atas manusia. Hujjah yang nampak (zahir) dan hujjah yang tersembunyi (batin). Adapun hujjah yang tampak adalah para nabi dan para imam, sedangkan hujjah yang tersembunyi adalah akal.”
Imam Ja‘far Ash-Shadiq berkata, “Orang yang paling sempurna akalnya adalah orang paling baik akhlaknya.” Imam Ja‘far Ash Shadiq berkata, “Akal adalah penunjuk jalan orang Mukmin.”
Imam Ali Ar-Ridha berkata, “Sahabat setiap orang adalah akalnya dan musuhnya adalah kebodohannya.” Amirul Mukminin berkata, “Kekaguman seseorang terhadap dirinya merupakan bukti kelemahan akalnya.” Imam Musa bin Ja‘far berkata kepada Hisyam, “Hai Hisyam, barangsiapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, ketenangan hati dari rasa hasud dan keselamatan di dalam agama, maka hendaknya dia merendahkan diri di hadapan Allah untuk memohon agar Dia menyempurnakan akalnya, karena barangsiapa yang berakal, maka dia akan merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupkannya dan barangsiapa yang merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupkannya, maka dia akan merasa kaya, sebaliknya, barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupkannya, maka dia tidak akan pernah merasa kaya selamanya.”
Imam Musa bin Ja‘far berkata, “Hai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal adalah orang yang meninggalkan urusan dunia yang berlebihan, apalagi halnya dengan dosa, mereka meninggalkan dunia sebagai sebuah keutamaan dan meninggalkan dosa sebagai sebuah kewajiban.”
Lagi Imam Musa bin Ja‘far berkata tentang akal, “Hai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbohong meskipun dirinya cenderung kepadanya.” Imam Musa bin Ja‘far juga berkata, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki kekesatriaan dan tidak ada kekesatriaan bagi orang yang tidak memiliki akal, sesungguhnya orang yang paling tinggi nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai nilai dirinya. Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada nilai bagi badanmu kecuali syurga, oleh karena itu janganlah kamu menjualnya dengan selainnya.”
Nah, sekarang kita dapat mengetahui nilai akal dan peranannya yang sangat penting dalam memperoleh ilmu pengetahuan, mendapatkan keimanan dan penyembahan kepada Allah, mengenal dan menggunakan akhlak yang mulia, menjauhi dosa dan akhlak yang tercela.
Kita harus memperhatikan butir penting berikut, yaitu bahwa keberadaan akal semata dalam diri kita tidaklah cukup untuk merealisasikan tujuan ini, melainkan kita harus menggunakan dan mengaktifkannya.
Akal di dalam tubuh kita tidak ubahnya berkedudukan seperti seorang qadi yang adil dan profesional, namun dia baru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik manakala tersedia lingkungan yang aman baginya dan diterima hasil keputusannya.
Akal berkedudukan sebagai seorang hakim yang ahli dan profesional, namun dengan syarat, hasil keputusannya mendapat penerimaan dan di akui, akal berkedudukan sebagai seorang penasihat ahli yang dapat di percaya, namun dengan syarat dia benar-benar di minta nasihatnya dan kemudian nasihatnya benar benar di dengar dan di perhatikan.
Jika akal menjadi penguasa di dalam tubuh kita dan mengontrol seluruh instink dan kecenderungan diri kita, maka dia akan mengelola negara tubuh kita dengan sebaik-baiknya pengelolaan dan akan menciptakan keseimbangan di antara seluruh instink dan kecenderungan kita serta meletakkan semuanya di dalam jalan menuju kesempurnaan kepada Allah, namun apakah sedemikian mudah instink dan kecenderungan hewani kita mau menerima kepemimpinan akal dan tunduk kepadanya?
Instink dan kecenderungan hewani kita akan senantiasa berusaha membuat fitnah dan kerusakan sedemikian rupa, supaya dapat mengusir akal dari kedudukannya, untuk menghadapi hal ini, maka mau tidak mau kita harus memperkuat akal. Karena, semakin akal kuat maka dia akan semakin berpengaruh, semakin dapat mengenal musuh dengan baik dan semakin dapat menundukkannya dan ini merupakan kewajiban kita, oleh karena itu, kita harus berusaha dengan keras dalam memperkuat aka kita dan terarah dengan baik serta selalu berada di jalan yang benar dan lurus.
Assalamu'alaykum.
BalasHapusArtikel yang anda tuliskan ini sangat berguna dan bisa menambah wawasan untuk seluruh umat yang senantiasa mengharapkan kesehatan dari ALLAH SWT.
Saya ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu yang telah menuliskan dan menuangkan semua pengetahuan anda untuk berbagi ke sesama kaum muslimin.
Saya punya satu saran "supaya bapak/ibu bisa mendapatkan penghasilan dari menulis artikel, sebaiknya bapak/ibu mencoba menulis artikel di UCNEWS, disitu anda bisa mendapatkan imbalan uang apabila konten/artikel yang anda tulis di baca oleh banyak orang. Saya lihat di UCNEWS banyak penulis berita yang tidak menarik dan tidak bermanfaat tapi anehnya mereka bisa menghasilkan uang jutaan rupiah. Saya yakin kualitas konten anda bisa mendapatkan perhatian dari para author dan pembaca di UCNEWS dan tentunya anda bisa mendapatkan penghasilan yang baik dari situ".
Kemarin saya sudah membaca tentang cara menghasilkan uang dari UCNEWS, oleh sebab itu saya sarankan kepada anda supaya mencobanya. Silakan baca tutorialnya di google atau di sini juga bagus -> https://www.blogooblok.com/2017/04/cara-mendapatkan-uang-dengan-menulis-di.html
Oke, itulah saran dari saya, semoga rezeki anda semakin di mudahkan dan diberikan umur serta nikmat kesehatan dari ALLAH SWT, amin.
Sekian & terima kasih. Wassalamualaikum.