IBADAH ORANG MUKMIN GAMBARAN AKHLAK, AKHLAKNYA GAMBARAN IBADAH
Bahwa ibadah bagi seorang mukmin adalah satu bentuk dari akhlak, karena ia termasuk pasal menyempumakan janji bagi Allah, bersyukur terhadap karunia-Nya, mengakui kebaikan dan menghaluskan budi orang arif dan bijaksana, kesemuanya itu termasuk akhlak yang luhur bagi orang-orang utama dari kalangan manusia.
Oleh karena itu, kita jumpai Al-Qur'an mengirngi atas sifat orang orang mu’min yang patuh dan ta'at kepada Allah itu dengan susunan seperti ini : "Mereka itulah orang yang berlaku benar." Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 177, "Mereka itu orang-orang yang benar." (Q.S. AI-Hujurat Ayat 15), sedangkan benar adalah sifat akhlak utarna yang murni dan hanya merekalah yang rnemilikinya, bahkan di tetapkan secara khusus bagi mereka, karena merupakan setinggi-tinggi martabat kebenaran dan kebenaran itu menetapkan dan menegakkan sifat tersebut bersama Allah Tuhan semesta alam.
Jadi, jika ibadah bagi seorang mu’min itu corak dari akhlak yang terpuji, maka akhlak baginya adalah corak dari ibadah yang di fardlukan, yaitu sebagaimana yang kami tuturkan akhlak robaniyah (akhlak ketuhanan), yang daya pembangkitnya adalah iman kepada Allah, daya perangsangnya adalah harapan kebahagiaan di akhirat dengan tujuannya ridla Allah dengan segala pahala-Nya, seperti : berkata benar, menunaikan amanat, menyempumakan janji, sabar di saat menderita dan susah, membantu orang yang kesusahan, menolong orang yang lemah, menyayangi yang kecil, menghargai yang besar dan memelihara nilai-nilai keutamaan dalam perilakunya, kesemuanya itu demi mengharap ridla Allah dan mencari pahala yang berada di sisi-Nya, sungguh beraneka ragam ayat -ayat Al-Qur’an menampilkan tentang hal yang demikian itu, namun cukup di sini kami bawakan firman Allah di mana ia mensifati orang-orang yang baik dari kalangan hamba-Nya dengan sifat dermawan, kasih sayang dan mementingkan orang lain, yaitu ketika Allah berfirman : "Dan mereka memberi makanan yang di senangi kepada orang miskin dan anak yatim dan tawanan." (Q.S. Ad-Dahr Ayat 8).
Kemudian Al-Qur'an mengungkapkan hakikat motif-motif yang mendorong mereka dan niat-niat yang terkandung dalam hati mereka, karena itu Allah berfirman sebagai penyambung lidah mereka : "Kami hanya memberi makan kepada kamu semata-mata karena Allah, kami tidak menginginkan balasan (pernyataan) terimakasih dari kamu. Sesungguhnya kami takut kepada satu hari yang bersama muka, yang sangat bengis, yang (bakal datang) dari Tuhanmu." (Q.S. Ad-Dahr Ayat 9-0).
Kemudian, sesungguhnya akhlak seorang mu'min adalah ibadah dari segi yang lain, yaitu sebagai standarnya dalam menentukan keutamaan dan kerendahan serta dalam mengembalikan apa yang harus ia kerjakan dan apa pula yang harus ia tinggalkan yaitu perintah Allah dan larangan-Nya, karena dlamir (akal budi) semata-mata adalah tidak ma’shum, berapa banyak individu dan kelompok yang dlamirnya cenderung (rela) kepada perbuatan-perbuatan yang buruk.
Dan demikian pula akal fikiran semata-mata juga tidak bisa di percaya, karena dia di batasi oleh lingkungan dan ruang, terpengaruh oleh hawa nafsu dan keinginan-keinginan.
Adanya perselisihan yang tersebar di kalangan para ahli filsafat akhlak tentang standar hukum akhlak adalah bukti nyata bagi apa yang kami tuturkan. Oleh karena itu, orang mu'min berpegang kepada sumber yang ma'shum lagi terpercaya, yang tidak menyesatkan dan tidak melupakan, tidak berubah dan tidak menjerumuskan. Tidak lain dia itu adalah hukum Allah : "Bukanlah tidak ada yang hukumnya Iebih baik dari (hukum) Allah, bagi kaum yang yakin." (Q.S. AI-Maidah Ayat 5O).
Orang mu'min tidak mengabdi kepada Allah untuk menjadikan dirinya terhormat, akan tetapi ia terhormat karena dirinya mengabdi kepada Allah. lni mengandung perbedaan yang sangat besar jikalau mereka mengetahui.
Hablum minal laah dan hablum minan naas (hubungan kita dengan Allah serta hubungan dengan manusia) harus kita pelihara dan kita sejajarkan, sebab agama lslam itu adalah agama untuk dunia dan untuk akhirat atau dengan kata lain agama yang mengatur tentang urusan dunia dan akhirat.
Fungsi agama Islam adalah mengatur kehidupan manusia dalam hubungan secara vertikal dengan Tuhan, di samping hubungan secara horizontal dengan sesama manusia. Hablum minal laah wa hablum minan naas, itulah sebabnya mengapa pengamalan agama lslam secara sempurna, tidak cukup hanya dengan bertapa di gua-gua atau menyepi di Iereng lereng gunung, sebab ini berarti melepaskan diri dari masyarakat ramai, berarti pula mengabaikan aspek hubungan horizontal antara sesama umat manusia.
Agama Islam di samping menekankan pembinaan pribadi, menekankan pula pembinaan interaksi sosial antara sesama individu, tidak sempurna kehidupan beragama seseorang, selama hubungannya dengan individu lain tidak sukses, meskipun hubungannya dengan Tuhan relatif berhasil.
Islam agama dunia akhirat, lslam mengantarkan umat manusia ke pintu gerbang kebahagiaan di dunia ini, di samping mengantarkannya kepintu gerbang kebahagiaan di akhirat nanti.
Dalam hal menggalang hubungan dengan Allah, menjadi orang yang bertaqwa adalah keinginan dan.tujuan, setiap manusia mu’min dan muslim.
Taqwa inilah yang selalu di wasiatkan oleh khatib kepada kita setiap hari Jum'at dan taqwa ini pulalah tujuan di wajibkannya ibadah puasa kepada kita umat Islam.
Pengertian taqwa adalah taat melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya, di samping rajin memenuhi berbagai anjuran-Nya.
Oleh karena itu, kita jumpai Al-Qur'an mengirngi atas sifat orang orang mu’min yang patuh dan ta'at kepada Allah itu dengan susunan seperti ini : "Mereka itulah orang yang berlaku benar." Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 177, "Mereka itu orang-orang yang benar." (Q.S. AI-Hujurat Ayat 15), sedangkan benar adalah sifat akhlak utarna yang murni dan hanya merekalah yang rnemilikinya, bahkan di tetapkan secara khusus bagi mereka, karena merupakan setinggi-tinggi martabat kebenaran dan kebenaran itu menetapkan dan menegakkan sifat tersebut bersama Allah Tuhan semesta alam.
Jadi, jika ibadah bagi seorang mu’min itu corak dari akhlak yang terpuji, maka akhlak baginya adalah corak dari ibadah yang di fardlukan, yaitu sebagaimana yang kami tuturkan akhlak robaniyah (akhlak ketuhanan), yang daya pembangkitnya adalah iman kepada Allah, daya perangsangnya adalah harapan kebahagiaan di akhirat dengan tujuannya ridla Allah dengan segala pahala-Nya, seperti : berkata benar, menunaikan amanat, menyempumakan janji, sabar di saat menderita dan susah, membantu orang yang kesusahan, menolong orang yang lemah, menyayangi yang kecil, menghargai yang besar dan memelihara nilai-nilai keutamaan dalam perilakunya, kesemuanya itu demi mengharap ridla Allah dan mencari pahala yang berada di sisi-Nya, sungguh beraneka ragam ayat -ayat Al-Qur’an menampilkan tentang hal yang demikian itu, namun cukup di sini kami bawakan firman Allah di mana ia mensifati orang-orang yang baik dari kalangan hamba-Nya dengan sifat dermawan, kasih sayang dan mementingkan orang lain, yaitu ketika Allah berfirman : "Dan mereka memberi makanan yang di senangi kepada orang miskin dan anak yatim dan tawanan." (Q.S. Ad-Dahr Ayat 8).
Kemudian Al-Qur'an mengungkapkan hakikat motif-motif yang mendorong mereka dan niat-niat yang terkandung dalam hati mereka, karena itu Allah berfirman sebagai penyambung lidah mereka : "Kami hanya memberi makan kepada kamu semata-mata karena Allah, kami tidak menginginkan balasan (pernyataan) terimakasih dari kamu. Sesungguhnya kami takut kepada satu hari yang bersama muka, yang sangat bengis, yang (bakal datang) dari Tuhanmu." (Q.S. Ad-Dahr Ayat 9-0).
Kemudian, sesungguhnya akhlak seorang mu'min adalah ibadah dari segi yang lain, yaitu sebagai standarnya dalam menentukan keutamaan dan kerendahan serta dalam mengembalikan apa yang harus ia kerjakan dan apa pula yang harus ia tinggalkan yaitu perintah Allah dan larangan-Nya, karena dlamir (akal budi) semata-mata adalah tidak ma’shum, berapa banyak individu dan kelompok yang dlamirnya cenderung (rela) kepada perbuatan-perbuatan yang buruk.
Dan demikian pula akal fikiran semata-mata juga tidak bisa di percaya, karena dia di batasi oleh lingkungan dan ruang, terpengaruh oleh hawa nafsu dan keinginan-keinginan.
Adanya perselisihan yang tersebar di kalangan para ahli filsafat akhlak tentang standar hukum akhlak adalah bukti nyata bagi apa yang kami tuturkan. Oleh karena itu, orang mu'min berpegang kepada sumber yang ma'shum lagi terpercaya, yang tidak menyesatkan dan tidak melupakan, tidak berubah dan tidak menjerumuskan. Tidak lain dia itu adalah hukum Allah : "Bukanlah tidak ada yang hukumnya Iebih baik dari (hukum) Allah, bagi kaum yang yakin." (Q.S. AI-Maidah Ayat 5O).
Orang mu'min tidak mengabdi kepada Allah untuk menjadikan dirinya terhormat, akan tetapi ia terhormat karena dirinya mengabdi kepada Allah. lni mengandung perbedaan yang sangat besar jikalau mereka mengetahui.
Demikianlah uraian tentang menyangkut hubungan kita dengan Allah, di samping hubungan kita dengan Allah itu sudah baik dan sempuma (hablum minalIaah), di samping itu juga kita tidak boleh melupakan atau meremehkan hubunqan dengan sesama manusia (hablum minan naas).
Hablum minal laah dan hablum minan naas (hubungan kita dengan Allah serta hubungan dengan manusia) harus kita pelihara dan kita sejajarkan, sebab agama lslam itu adalah agama untuk dunia dan untuk akhirat atau dengan kata lain agama yang mengatur tentang urusan dunia dan akhirat.
Fungsi agama Islam adalah mengatur kehidupan manusia dalam hubungan secara vertikal dengan Tuhan, di samping hubungan secara horizontal dengan sesama manusia. Hablum minal laah wa hablum minan naas, itulah sebabnya mengapa pengamalan agama lslam secara sempurna, tidak cukup hanya dengan bertapa di gua-gua atau menyepi di Iereng lereng gunung, sebab ini berarti melepaskan diri dari masyarakat ramai, berarti pula mengabaikan aspek hubungan horizontal antara sesama umat manusia.
Agama Islam di samping menekankan pembinaan pribadi, menekankan pula pembinaan interaksi sosial antara sesama individu, tidak sempurna kehidupan beragama seseorang, selama hubungannya dengan individu lain tidak sukses, meskipun hubungannya dengan Tuhan relatif berhasil.
Islam agama dunia akhirat, lslam mengantarkan umat manusia ke pintu gerbang kebahagiaan di dunia ini, di samping mengantarkannya kepintu gerbang kebahagiaan di akhirat nanti.
Dalam hal menggalang hubungan dengan Allah, menjadi orang yang bertaqwa adalah keinginan dan.tujuan, setiap manusia mu’min dan muslim.
Taqwa inilah yang selalu di wasiatkan oleh khatib kepada kita setiap hari Jum'at dan taqwa ini pulalah tujuan di wajibkannya ibadah puasa kepada kita umat Islam.
Pengertian taqwa adalah taat melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya, di samping rajin memenuhi berbagai anjuran-Nya.
Posting Komentar untuk "IBADAH ORANG MUKMIN GAMBARAN AKHLAK, AKHLAKNYA GAMBARAN IBADAH"
Terimakasih atas kunjungan anda...