Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TENTANG PERGAULAN

Hati-hatilah terhadap mereka karena sesungguhnya engkau tidak mengenal keburukan kecuali dari orang yang telah kau kenal. Adapun seorang teman, maka ia adalah orang yang bisa membantumu, sedangkan seorang awam tak akan berpengaruh bagimu. Sesungguhnya keburukan itu semuanya berasal dari para kenalan yang menampakkan persahabatan lewat lidah mereka. Oleh karena itu, usahakan untuk mengabaikan mereka. Apabila engkau terpaksa berhadapan dengan mereka di sekolah, di masjid, di pasar, atau di sebuah negeri, engkau tak boleh menghinakan mereka. Sebab, engkau tak mengetahui bisa jadi ia lebih baik darimu. Jangan pula engkau mengagungkan dunia yang mereka miliki karena engkau bisa binasa.
Sebab, dunia dan isinya dalam pandangan Allah, sangat kecil. Betapapun hebatnya penduduk dunia menurutmu, ia tetap jatuh di mata Allah. Engkau tak boleh mengorbankan agamamu guna mendapat dunia mereka. Orang yang melakukan hal itu pasti menjadi rendah di mata mereka, dan untuk selanjutnya tak akan diberi. Apabila mereka memusuhimu, jangan kau lawan dengan permusuhan pula karena engkau tak mungkin bisa sabar menghadapi perlawanan mereka karena agamamu dapat menjadi pudar karenanya dan engkau akan kepayahan.

Jangan merasa senang dengan penghormatan, sanjungan, dan kecintaan yang mereka berikan, karena, sebenarnya satu persen pun hal itu tak ada dalam hati mereka. Jangan engkau kaget dan marah kalau mereka mencelamu ketika engkau tidak ada, karena jika engkau jujur, hal itu juga engkau lakukan bahkan terhadap sahabat, kerabat, guru, dan kedua orang tuamu. Engkau juga menyebut-nyebut di belakang mereka apa yang tak kau ucapkan di hadapan mereka. Jangan engkau bersikap tamak terhadap harta, kedudukan, dan bantuan mereka. Karena, orang yang tamak akan gagal pada hari kemudian. Sikap tamak tersebut betul-betul hina. Jika engkau meminta kebutuhanmu pada seseorang, lalu ia memenuhinya, maka berterima kasihlah pada Allah dan padanya. Tapi manakala orang itu tak bisa membantumu, jangan engkau mencela dan mengeluhkannya karena hal itu bisa menimbulkan sikap permusuhan. Jadilah seorang mu'min yang selalu pemaaf. Jangan menjadi seorang rnunafik yang hanya mencari salah. Katakanlah, “Dia memang tak bisa memberi karena alasan tertentu yang tak kuketahui.”


Jangan sekali-kali engkau menasihati seseorang sebelum terlebih dahulu engkau melihat tanda-tanda ia akan menerimanya. Jika tidak, ia tak akan mendengar dan hanya akan menjadi musuhmu. Jika mereka berbuat salah dalam satu persoalan dan mereka tetap tak mau belajar, maka jangan engkau mau mengajari mereka. Sebab mereka hanya akan memanfaatkan ilmumu dan akan menjadi musuhmu. Kecuali jika sikap mereka itu terkait dengan maksiat yang mereka lakukan, maka ingatkan mereka pada kebenaran secara lemah lembut dan tidak kasar. Jika engkau lihat sikap mereka baik, bersyukurlah kepada Allah yang telah menjadikanmu di cintai oleh mereka. Tapi kalau mereka bersikap buruk, maka serahkan dirimereka kepada Allah. Dan berlindunglah engkau pada Allah dari keburukan mereka itu. Jangan engkau mencerca mereka, begitu pula, jangan engkau berkata pada mereka,“Mengapa engkautak menghormatiku? Aku adalah Fulan bin Fulan. Aku seorang yang mulia dalam segi ilmu.” Itu adalah ucapan seorang yang dungu. Orang yang paling dungu adalah orang yang menganggap dirinya bersih lalu menyanjung diri sendiri.


Ketahuilah bahwa Allah membuat mereka bisa menguasaimu akibat dosamu sebelumnya. Oleh karena itu, istighfarlah terhadap dosamu itu dan sadarlah bahwa hal itu merupakan hukuman Allah atasmu. Perhatikan hak-hak mereka, abaikan perbuatan batil mereka, ungkapkan kebaikan mereka, serta diamkan keburukan mereka. Janganlah engkau bergaul dengan Para fakih, terutama mereka yang sibuk dengan perselisihan dan perdebatan.

Waspadalah terhadap mereka, karena kedengkian, mereka memang sedang menantikanmu terjatuh dalam keraguan, lalu mematahkanmu dengan prasangka, mata mereka menguntitmu dari belakang, mereka terus mengingat kesalahanmu saat bergaul dengan mereka sehingga hal itu bisa menjadi senjata untuk menghadapimu ketika mereka marah dan berdebat kusir. Mereka tak akan memaafkan dan mengampuni kesalahanmu itu, serta tidak pula menutupi aibmu. 

Mereka selalu membuat perhitungan denganmu, dengki baik pada yang sedikit maupun yang banyak, serta terus menghasutmu untuk mencela dan membenci teman dan saudara. Jika senang, mereka akan bertutur kata manis. Sebaliknya, jika marah dalam hati mereka terpendam murka. Dari luar yang tampak pakaiannya, sementara dari dalam mereka layaknya serigala. Inilah yang terjadi pada sebagian besar mereka, kecuali orang-orang yang di lindungi Allah. Bergaul dengan mereka hanya membawa kerugian dan berteman dengan mereka hanya membawa penyesalan. Itu sikap mereka yang menunjukkan persahabatan denganmu. Lalu bagaimana dengan mereka yang jelas-jelas memusuhimu? Al-Qadhi Ibn Ma‟ruf berkata :
Berhati-hatilah terhadap musuhmu sekali.
namun berhati-hatilah terhadap temanmu seribu kali.
Bisa jadi temanmu itu berubah.
dan di kenal paling berbahaya.

Makna yang sama juga terdapat dalam sya'ir berikut :
Musuhmu lebih bermanfaat daripada sahabatmu.
Maka itu, jangan engkau memperbanyak sahabat.
Sungguh kebanyakan penyakit yang kau lihat.
berasal dari makanan atau minuman.

Berusahalah engkau menjadi seperti yang di katakan oleh Hilal bin Al-Ala' Ar-Raqi :
Ketika aku memberi maaf dan tidak dengki pada seseorang.
Aku istirahatkan diriku dari risaunya permusuhan.
Aku hormati musuhku manakala melihatnya.
guna menghilanghan keburukanku dengan penghormatan.
Aku tampakkan keceriaan pada orang yang kumurka.
Seakan-akan ia telah membuat hatiku bahagia.
Aku tak selamat dari orang yang tak kukenal.
maka bagaimana aku bisa selamat dari orang yang kucinta.
Manusia adalah penyakit dan obatnya adalah meninggalkan mereka, tapi memusuhi mereka berarti memutuskan hubungan saudara.

  • Berdamailah dengan mereka agar engkau selamat dari musibahnya dan usahakan selalu untuk mendapatkan cinta.
  • Bergaullah dengan manusia dan sabarlah dalam menghadapi mereka.
Hendaknya engkau tuli, bisu, dan buta, serta wara', demikian pula hendaklah engkau seperti yang di sebutkan oleh Para ahli hikmat: Hadapilah teman yang dan musuhmu dengan wajah rida, tidak bersikap hina dan tidak pula takut pada mereka. Sebaliknya engkau harus berwibawa, tapi tidak sombong dan harus bersikap tawaddu'. Jadi, pada semua persoalan, engkau harus bersikap pertengahan. Sebab, semua yang ekstrim akan tercela, sebagaimana di sebutkan Engkau harus bersikap pertengahan karena ia merupakan cara yang tepat menuju jalan yang benar, jangan engkau teledor atau keterlaluan di dalamnya, karena masing-masing sikap itu adalah tercela, jangan engkau melihat ke arah samping, jangan banyak menoleh ke belakang, serta jangan memperhatikan kelompok-kelompok orang. Apabila engkau duduk, maka duduklah dengan tidak tergesa-gesa. Hindarilah memasukkan jari-jarimu ke dalam jari-jari yang lain, memainkan janggut atau memainkan cincinmu, membersihkan gigi, memasukkan jari ke hidung, banyak meludah, mengusir lalat dari wajah, serta hilir-mudik di depan orang-orang dan di dalam shalat. 

Duduklah dengan tenang. Aturlah bicaramu dan dengarkan ucapan yang baik yang datang dari orang lain dengan tidak keterlaluan dalam menunjukkan kekaguman. Jangan memintanya untuk mengulang. Berpalinglah dari pembicaraan yang membuat tawa dan yang berupa kisah. Jangan engkau beritakan kekagumanmu tentang anakmu. Juga, jangan kau sampaikan sya'ir, pembicaraan, tulisan, serta semua yang khusus untukmu. Jangan berhias seperti wanita. Jangan merendahkan diri seperti seorang budak. Jangan terlalu banyak bercelak dan di poles. Jangan memaksa ketika butuh dan jangan menghasut orang lain untuk berbuat lalim.

Jangan engkau beritahukan jumlah harta kekayaanmu kepada orang lain, karena, jika mereka melihatnya sedikit, engkau akan hina di mata mereka dan jika banyak, mereka tak akan senang kepadamu. Hindari mereka tapi tidak dengan sikap keras. Lembutlah pada mereka tapi tidak dengan sikap lemah. Jangan engkau candai ibumu atau anakmu, karena dengan demikian harga dirimu bisa jatuh. Apabila engkau berselisih maka tetap jaga wibawa dan kehormatan. Jangan sampai engkau berbuat jahil dan tergesa-gesa. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum mengeluarkan argumen. Jangan banyak menunjuk dengan tangan. Jangan banyak menoleh ke orang di belakangmu dan jangan berlutut.


Apabila marahmu telah mereda, baru berbicara. Jika sultan atau penguasa mendekatimu, engkau harus betul-betul waspada terhadapnya. Hindarilah teman yang ada maunya, karena ia musuh yang paling utama. Dan jangan sampai engkau lebih memuliakan harta ketimbang kehormatanmu. Penjelasan ini cukup bagimu sebagai permulaan dari sebuah hidayah. Cobalah untuk mengaplikasikannya. 


Jadi ada tiga bagian, yaitu melakukan amal ketaatan, meninggalkan maksiat dan bergaul dengan sesama. Itu semua sudah mencakup hubungan antara seorang hamba dan Khalik serta makhluk-Nya. Jika engkau merasa hal itu sesuai dengan dirimu, kemudian engkau condong serta ingin melakukannya, berarti Allah telah memercikkan cahaya iman ke dalam hatimu dan telah melapangkan dadamu.
Sadarilah bahwa permulaan ini mempunyai akhir dan di baliknya ada berbagai rahasia, pengetahuan, dan hal-hal yang tersingkap. Semua itu bisa di lihat penjelasannya dalam Kitab Ihya 'Ulumiddin. 


Karena itu berusahalah untuk mempelajarinya, namun, jika engkau merasa berat dalam melakukan berbagai pelajaran di atas, lalu mengingkarinya dan engkau berkata pada dirimu sendiri,“Apa gunanya ilmu tersebut dalam forum para ulama? Kapankah pengetahuan tersebut bisa membuatmu mengalahkan para rekan dan rival? Bagaimana ia bisa menaikkan kedudukanmu di pemerintahan? Bagaimana mungkin ia bisa menyebabkanmu memperoleh harta serta jabatan ahli wakaf dan hakim?” 

Maka sadarlah bahwa syaithan telah menjerumuskanmu dan telah membuat mu lupa terhadap tempat kembalimu, maka itu carilah syaithan lain yang sejenis denganmu guna mengajarkan apa yang kau sangka bermanfaat dan bisa mengantarmu memperoleh keinginanmu. Kemudian, ketahuilah bahwa milikmu yang berada di tempatmu tidak betul-betul murni menjadi milikmu apalagi yang berada di desa atau di negerimu. Selain itu, engkau juga tak kan mendapat kekayaan abadi dan nikmat yang kekal di sisi Tuhan.

Posting Komentar untuk "TENTANG PERGAULAN"