Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hijab Cahaya (Nur) Yang Pertama Yaitu Ilmu Pengetahuan

Gambaran tentang hijab, ilmu pengetahuan ini adalah sebagaimana contoh kejadian yang terjadi di dalam peristiwa perjalanan Nabi Musa As dengan Nabi Khidhir As seperti yang sudah di uraikan di awal pembicaraan.

Bahwa jenis ilmu Nabi Musa As adalah ilmu syari‘at, yaitu ilmu tentang hukum-hukum atau fatwa-fatwa terhadap hal-hal yang lahir, baik yang berkaitan dengan perkataan atau perbuatan manusia.


Sedangkan jenis ilmu Nabi Khidhir As adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tentang urusan yang bathin dari kejadian-kejadian yang ghaib, secara syar‘i atau secara lahirnya kejadian, apa-apa yang di perbuat oleh Nabi Khidhir As dari ketiga contoh kejadian yang di tampilkan Allah melalui firman-firman-Nya tersebut di atas adalah salah dan bagi seorang murid yang konsekwen dan disiplin dengan ilmu pengetahuan yang sudah di miliki, tidak bisa tidak, ketika dia melihat perbuatan salah, maka itu harus di salahkan, kalau tidak, berarti dia telah berbuat kesalahan, sebab mendiamkan kesalahan berarti berbuat kesalahan.

Adapun menegur kesalahan itu, apabila di kaitkan dengan kesepakatan yang sudah di sepakati bersama antara seorang murid dengan seorang guru yang harus di ikuti, teguran itu juga perbuatan yang salah, di sinilah letak permasalahan yang paling berat bagi seorang murid yang disiplin itu, maka sang murid memilih mempertahankan ilmunya, karena sementara yang masih di ketahui adalah hanya yang berkaitan dengan urusan yang lahir saja.

Sedangkan terhadap urusan yang bathin dari rahasia kejadian-kejadian tersebut, sang murid belum mampu mengetahuinya, seharusnya murid ingat akan ilmu yang di bekalkan Tuhannya di saat pertama kali dia mendapatkan informasi akan keadaan orang yang sedang di ikuti itu, yaitu : "Bahwa seorang yang paling berilmu tinggi adalah yang mampu memasukkan ilmu orang lain ke dalam ilmunya sendiri untuk mencari satu kalimat dari Allah, barangkali dengan kalimat itu ia mendapatkan petunjuk dari-Nya."

Murid itu tidak seharusnya bertahan dengan pendapatnya sendiri, walaupun bertahan dengan ilmunya itu adalah yang benar menurut dirinya, maksud sang guru, apabila murid itu mau mengalah untuk berbuat kesalahan, dengan membenarkan kesalahan gurunya yang belum tentu salah itu, maka meski kesalahan itu adalah perbuatan dosa, akan tetapi boleh jadi dosa yang dapat menjadi hijab gelap yang akan mampu menghapus hijab terang.

Hijab terang yang di maksud adalah merasa menjadi orang yang paling pandai karena memiliki ilmu pengetahuan yang luas, sebab cara menghilangkan hijab terang itu adalah hijab gelap yaitu dosa, tapi dosa yang dapat membangun kekuatan ibadah dengan menyesal dan bertaubat dengan taubatan nasuha.

Demikian pula sebaliknya, apabila orang sedang di hijab dengan hijab gelap maka cara menghapusnya juga dengan hijab terang yaitu pahala.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah Saw bersabda yang artinya : "Kadang-kadang dosa dapat memasukkan pemiliknya ke dalam syurga." Oleh sebab itu, lebih baik orang berbuat dosa, tapi menjadikannya lebih bersemangat untuk meningkatkan amal ibadah dan bertaubat nasuha kepada Allah daripada melaksanakaan ibadah, tapi akhirnya malah menjadi orang yang sombong.

Nabi Adam As adalah manusia pertama yang berbuat dosa, sehingga beliau harus meninggalkan kebahagiaan di syurga untuk menjalani kehidupan yang berat di dunia, namun demikian, dengan penyesalan yang mendalam dan bertaubat kepada Allah Ta‘ala serta menjaga diri dari mengulangi perbuatan dosa tersebut, akhirnya Nabi Adam As di angkat lagi oleh Allah Ta‘ala dan di jadikan khalifah-Nya di muka bumi, di jadikan orang yang mulia sebagai Nabi-Nya yang pertama.

Jika kemuliaan itu berawal dari penyesalan dan taubat, sedangkan penyesalan itu terbit dari akibat merasa telah berbuat dosa, maka tanpa perbuatan dosa tersebut tidak akan ada kemuliaan yang bisa di capai oleh manusia, namun apabila dengan perbuatan dosa yang di kerjakan itu, tidak menjadikan orang menyesal dan bertaubat, bahkan dosa itu menjadikan sebab kerasnya hati sehingga orang yang berbuat dosa itu menjadi kafir dan berbuat maksiat kepada Allah Ta‘ala, maka dosa yang demikian itu adalah dosa yang akan menyebabkan orang masuk neraka.

Oleh karena itu, orang jangan coba-coba berani berbuat dosa, meski dosa yang paling kecil sekalipun, karena tidak ada seorangpun tahu, apakah setelah berbuat dosa itu mereka mendapat kesempatan untuk bertaubat atau tidak.

Jika tidak, yaitu saat enak-enaknya menikmati perbuatan dosanya terus ajalnya menjemput pulang ke kuburan, maka dosa itulah yang akan mengatarkannya ke neraka jahannam untuk selama-lamanya.

Seorang ahli hikmah yang suci lagi mulia berkata : "Kejelekan yang bagaimanapun kuatnya apabila akibatnya ternyata adalah kebaikan, maka kejelekan itu bukan kejelekan tapi kebaikan dan sebaliknya kebaikan yang bagaimanapun baiknya kalau akibatnya ternyata adalah kejelekan, maka itu bukan kebaikan tapi kejelekan, sebab setiap amal perbuatan tergantung kepada hasil akhirnya."

Seperti seorang dokter, meski perbuatannya adalah perbuatan jelek, yaitu menginjeksi, mengoperasi dan bahkan mengamputasi pasiennya yang dapat mengakibatkan orang menjadi cacat seumur hidup, namun yang demikian itu bukan kejahatan, karena niatnya adalah untuk menyembuhkan penyakit orang.


Selanjutnya baca kupasan tentang hijab yang kedua, yaitu

Hijab Cahaya (Nur) Yang Kedua Adalah Istiqamah

Posting Komentar untuk "Hijab Cahaya (Nur) Yang Pertama Yaitu Ilmu Pengetahuan"