Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

DERAJAT KEFANA'AN

Ada tiga derajat kefana'an, antara lain yaitu :

1. Kefana'an ma'rifat dalam Dzat yang dikenali, ini merupakan kefana'an ilmu, kefana'an pandangan dalam apa yang dipandang, kefana'an pengingkaran, kefana'an pencarian dalam apa yang didapatkan dan kefana'an sebagai kebenaran.

Kefana'an ma'rifat dalam Dzat yang dikenali artinya orang yang memiliki ma'rifat tidak mengenali tentang perasaannya terhadap apa yang dikenali, sehingga dia tidak mengenali apa yang diperbuat Allah, karena ma'rifat merupakan perbuatan dan sifat orang yang mengenali itu, jika dia tenggelam dalam kesaksian terhadap (Dzat) yang dikenali, maka ini merupakan kefana'an tentang sifat dan perbuatannya, karena ma'rifat lebih tinggi derajatnya daripada ilmu dan juga lebih khusus, maka kefana'an ma'rifat tentang (Dzat) yang dikenali, merupakan keharusan bagi kefana'an ilmu dalam ma'rifat.

Tentang kefana'an pandangan dalam apa yang dipandang, maka pandangan di atas ma'rifat, jika ada peralihan dari ma'rifat ke pandangan, maka pandangannya akan menjadi fana' dalam apa yang dipandang, sebagaimana ma'rifat-nya yang menjadi fana' dalam apa yang dikenali.

2. Kefana'an kesaksian pencarian untuk menggugurkan kesaksian itu, kefana'an kesaksian ilmu untuk menggugurkan kesaksian, dan kefana'an kesaksian pandangan untuk menggugurkan kesaksiannya.

Derajat ini lebih tinggi daripada derajat pertama, karena lebih jauh dalam kefana'annya, sehingga di dalam hati mereka tidak ada kesibukan untuk mengingat keadaan dan kedudukan diri sendiri, karena sibuk dengan Rabb-nya.

3. Kefana'an dalam kesaksian.
Ini adalah kefana'an yang sebenarnya, yang melihat cahaya hakikat dari kejauhan, yang mengarungi lautan kebersamaan dan meniti jalan baqa'.

Ini merupakan kefana'an yang sebenarnya, karena segala apa selain Allah menjadi fana' di dalamnya, dan orangnya mempersaksikan kefana'an yang menjadi fana', sehingga yang menyisa hanya Allah Yang Maha Penguasa dan Maha Menundukkan, namun di dalam Al-Qur'an, As-Sunnah maupun dalam perkataan para sahabat serta tabi'in tidak pernah disebutkan sanjungan atau pun celaan terhadap lafazh fana', mereka juga tidak menggunakan lafazh ini dengan makna yang di isyaratkan tersebut. 


Para ahli thariqah yang terdahulu juga tidak menggunakannya atau menganggapnya sebagai suatu kedudukan dan tujuan, jadi kami tidak mengingkari dan juga tidak menerima lafazh ini secara mutlak, maka dari itu harus ada rincian dan penjelasan tentang masalah ini.

Hakikat fana' seperti yang di isyaratkan adalah ketiadaan sesuatu dalam wujud ilmiah dan rasa, dalam hal ini harus dibedakan antara makna yang diberikan orang-orang yang istiqamah, yang menyimpang dan para ateis, para ateis yang mengatakan tentang adanya wahdatul-wujud menganggap bahwa kefana'an merupakan tujuan kefana'an tentang wujud yang sama, sesuatu yang sama tidak bisa ditetapkan wujudnya sama sekali, tidak pula dalam kesaksian dan pandangan, semua ada dalam kesaksian wahdatul-wujud, sehingga saat itu bisa diketahui wujud kebersamaan semua wujud yang ada, yaitu dalam wujud Allah, jadi di sana tidak ada dua wujud, tapi semua yang ada adalah satu.

Kefana'an menurut mereka adalah kefana'an dari sesuatu yang tidak ada hakikatnya, tentu saja ini adalah persangkaan semata, orang-orang yang istiqamah dan ahli tauhid mengisyaratkan kefana'an kepada dua perkara, yang satu lebih tinggi daripada yang lainnya, yaitu : Kefana'an dalam kesaksian Rububiyah dan Qayumiyah, di sini ada kesaksian terhadap kesendirian Allah dalam berdiri sendiri, mengatur, mencipta, memberi rezki, memberi, mencegah, memberi manfaat, mencegah mudharat dan semua wujud diperlakukan dan bukannya yang melakukan, dalam semua perbuatan hamba berlaku hukum-hukum Rububiyah, dan dia tidak berkuasa sedikit pun atas dirinya dan juga orang lain.

4. Kefana'an dalam kesaksian Ilahiyah.
Hakikatnya adalah kefana'an dari kehendak kepada selain Allah, cinta, tawakal, takut dan penyandaran kepada-Nya, dengan cinta kepada Allah, maka ada kefana'an dari cinta kepada selain-Nya, hakikat kefana'an ini merupakan pengesaan Allah dalam cinta, harapan, takut, pengagungan dan pemuliaan.

Posting Komentar untuk "DERAJAT KEFANA'AN"