Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TIGA DERAJAT AL-BAQA'

Apa itu Al-Baqa'?

Kita membaca dan menelaah firman Allah yang berkaitan dengan masalah Al-Baqa' (kekekalan) ini, yaitu : "Dan, Allah lebih baik dan lebih kekal." (Q.S. Thaha : 73). Baqa' yang di isyaratkan golongan ini adalah sifat hamba dan kedudukannya, sementara yang di isyaratkan dalam ayat ini adalah kekekalan Allah dan keabadian wujud-Nya.

Ini merupakan perkataan tukang-tukang sihir yang kemudian beriman, sebab musuh Allah, Fir'aun mengancam hendak menghabisi hidup mereka jika mereka beriman, maka mereka berkata kepada Fir'aun, "Allah yang kami imani, yang kepada-Nya kami berpindah menyembah setelah menyembahmu, yang ridha-Nya kami cari setelah kami mencari ridhamu, lebih baik daripadamu dan lebih kekal.

Siksamu dan kenikmatanmu akan terputus, sedangkan siksa dan nikmat-Nya tidak akan terputus, maka bagaimana mungkin kami lebih mementingkan yang terputus dan fana daripada yang kekal dan abadi?" Letak sisi isyarat pada ayat ini, bahwa segala sarana, kaitan, cinta dan kehendak mengikuti tujuannya, siapa yang tujuan cinta dan kehendaknya terputus, maka terputus pula kebergantungannya jika ada keterputusan, sehingga perbuatannya menjadi sia-sia semata, sedangkan siapa yang tujuan dan pencariannya adalah sesuatu yang kekal dan abadi, maka kebergantungan dan kenikmatannya juga akan kekal, jadi sarana mengikuti tujuan.

"Baqa" adalah sebutan untuk sesuatu yang kekal dalam keadaan tegak setelah ada kefanaan dan keguguran kesaksian." Dalam ungkapan ini ada keluwesan dan kerancuan makna dan memang begitulah kebiasaan golongan ini, Baqa' adalah kekekalan dan keberlangsungan wujud, ada dua macam baqa', yaitu : Terikat dan tidak terikat, yang terikat adalah baqa' hingga waktu tertentu, sedangkan yang tidak terikat adalah yang abadi secara terus menerus tanpa ada batas akhirnya.

Dalam batasan ini, maka baqa' memiliki makna yang lebih jelas, tetapi ketika baqa' ini di maksudkan sebagai sifat dan kedudukan hamba, maka artinya menjadi umum untuk segala jenis yang membuat hamba menjadi kekal karena sifat-sifatnya, setelah ada kefana'an dalil yang menunjukkan kepada hakikat.

Kesaksian menurut sufi adalah semua rupa, tapi boleh jadi yang di maksudkan adalah tanda-tanda kesaksian, sehingga bisa di artikan bahwa, tanda-tanda bisa menghantarkan kepada kesaksian, maka kesaksian itu tetap tegak setelah ada kefana'an berdasarkan tanda-tandanya, yang pasti dalam hal ini, bahwa Allah membuat apa-apa selain-Nya menjadi fana' dan baqa', sedangkan selain Allah adalah tanda dan rupa semata.

Ada tiga derajat baqa', yaitu adalah :

  1. Baqa'nya sesuatu yang di ketahui setelah gugurnya ilmu secara pandangan mata dan bukan secara ilmu, sepintas lalu perkataan adalah "Baqa'nya sesuatu yang di ketahui setelah gugurnya ilmu" adalah saling bertentangan, sehingga sesuatu itu seakan di ketahui dan tidak di ketahui, sesuatu yang di ketahui menjadi tidak di ketahui kecuali jika ada ilmu, lalu bagaimana mungkin ia di anggap di ketahui jika di sertai gugurnya ilmu? Jawabannya ada dua macam, yaitu yang pertama adalah adanya gambaran sesuatu yang di ketahui di dalam hati orang yang mengetahui dan yang kedua adalah pengetahuan orang yang mengetahui tentang pengetahuan sesuatu yang di ketahui. Jadi ini merupakan urusan di balik rupa, adakalanya seseorang melihat sesuatu dan dapat mendengarkannya, padahal sesuatu itu tidak di ketahuinya, di sini ada kekuatan yang membuatnya tahu, yang apabila hamba bergantung kepadanya, maka sesuatu itu menjadi hal yang di ketahuinya, di sini ada keadaan ketiga yang muncul, yaitu perasaan, ilmu dan pengetahuan dengan berdasarkan amal tentunya.
  2. Baqa'nya kesaksian setelah gugurnya kesaksian, secara wujud dan bukan secara sifat, posisi kesaksian di atas ilmu, karena kesaksian merupakan ilmu dengan pandangan, sehingga beralih dari sekedar kesaksian ke wujud, maka apa yang di saksikan tetap ada setelah ia hanya sekedar di saksikan, martabat wujud di atas kesaksian, karena wujud merupakan perolehan secara langsung, sedangkan kesaksian merupakan perolehan menurut ilmu.
  3. Baqa'nya yang senantiasa benar akan adanya Allah dan fana'nya makhluk yang di hapuskan, di dalam hati seseorang hamba ada kekuasaan hakikat dan cahaya kebersamaan, sehingga di dalam hati itu tidak ada pengaruh makhluk, sebagaimana cahaya bintang yang hilang karena terbitnya sinar matahari, derajat pertama merupakan baqa' dalam martabat ilmu, yang kedua merupakan baqa' dalam martabat kesaksian dan yang ketiga merupakan baqa' dalam martabat wujud, dengan kata lain, apa yang di ketahui menggugurkan kesaksian ilmu dan ilmu menggugurkan dan apa yang di ketahui dan menetapkannya. 
InsyaAllah di waktu lainnya, kita tulis mengenai mengenai Dzikir Muraqabah Al-Baqa' menurut cara Thariqat.

Posting Komentar untuk "TIGA DERAJAT AL-BAQA'"