Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

AMANAH

Amanah, sebagaimana sabda Rasulullah adalah sifat yang pertama kali di cabut dari umat ini. Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan, Rasulullah pernah menyampaikan dua hadits kepada kami. Aku telah menyaksikan kebenaran hadits pertama dan sedang menanti yang kedua. Beliau mengabarkan bahwa “Amanah pertama kali turun pada jantung hati manusia." Kemudian turunlah Al-Qur’an dan mereka pun belajar tentang amanah darinya dan belajar pula dari Sunnah Rasulullah. Kemudian, beliau mengabarkan bahwa sifat ini akan di cabut. Kata beliau,“Ketika seseorang terlelap dalam tidurnya, di cabutlah amanah dari hatinya hingga tersisa sedikit saja.Kemudian ia terlelap lagi dan di cabutlah amanah yang tersisa hingga tinggal bekasnya, seperti ketika engkau menendang bara api dengan kakimu, lalu ia melepuh dan membengkak, namun tak ada apa-apa padanya. Orang-orang pun lalu berjual beli seperti biasa, namun hampir tak seorang pun yang bersikap amanah. Sampai-sampai dikatakan bahwa di kabilah fulan ada satu orang yang amanah. Dan sampai-sampai ada orang yang berkata,“Alangkah cemerlangnya akal si fulan, dan alangkah baik dan uletnya dia” padahal tak ada sedikitpun iman yang tersisa di hatinya. ”Hudzaifah lantas berkata,“Sungguh, aku pernah mengalami suatu masa dimana aku tak mempedulikan siapa yang kuajak berjual beli. Kalau dia seorang muslim, maka Islam-lah yang mencegahnya dari sikap khianat. Namun jika ia seorang Yahudi atau Nasrani, maka penguasa-lah yang akan membelaku. Adapun sekarang, maka aku takkan berjual beli kecuali dengan si fulan dan si fulan”, lanjut Hudzaifah." (H.R. Muttafaqun'alaih). Benarlah apa yang di sabdakan Rasulullah. Mendapatkan orang yang amanah lebih sulit dari pada intan. Sampai-sampai jika ada seorang yang amanah, dia segera menjadi buah bibir. “Di kabilah fulan ada seorang yang amanah!” kata mereka. Artinya, dari ratusan atau bahkan ribuan anggota kabilah tersebut, hanya ada satu yang amanah!! Sungguh mengerikan dan ironis memang. Agaknya memang seperti itulah kenyataannya. Amanah dan kejujuran telah demikian mahal nilainya. Kalaulah di zaman sahabat amanah telah sedemikian langka hingga Hudzaifah tak lagi mau berjual-beli dengan siapa saja, maka bagaimana pula di zaman kita? Kendatipun demikian, kita tidak boleh berputus asa karenanya, bahkan sebaliknya, hadits di atas bukan sekedar memberitakan, namun juga menjadi ancaman. Jangan sampai kita menjadi orang yang di nilai pandai, baik dan ulet di mata orang; akan tetapi tak ada keimanan yang tersisa dalam dada. Siapa tidak memiliki sifat amanah sama sekali, berarti bukanlah orang beriman yang sejati. Sebab sifat amanah sangat erat kaitannya dengan iman, karenanya, dalam hadits lainnya disebutkan,“Tidak ada iman bagi yang tidak punya sifat amanah.” Hadits di atas juga menyiratkan betapa mahalnya sifat amanah tadi. Sebab makin langka sesuatu, otomatis semakin mahal harganya. Karenanya, Rasulullah bersabda : "Pedagang yang amanah, jujur dan muslim, akan bersama para syuhada di hari kiamat." (H.R. Muttafaqun'alaihi). Itulah Amanah, sebuah kalimat indah yang mudah di ucapkan, namun amat sulit di realisasikan dan di temukan penyandangnya.

Posting Komentar untuk "AMANAH"