HAKIKAT EGOIS (Bag.2)
Dari Abu Hurairah Ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa menyeru kepada hidayah jalan petunjuk dan kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti atau mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikuti mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (H.R Bukhâri, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Abu Daud dan Imam Ahmad).Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik Ra, ia berkata : Rasulullah Saw bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan.” (H.R Bukhâri, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Abu Daud dan Imam Ahmad).
Rasulullah Saw bersabda : "Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan untuk tidak memberi karena Allah, maka sungguh, telah sempurna imannya." (H.R Bukhâri, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Abu Daud dan Imam Ahmad).
Rasulullah Saw bersabda : "Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (H.R Bukhâri, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Abu Daud dan Imam Ahmad).
Bukanlah dikatakan egois bila seseorang memaksakan kehendaknya ketika menyampaikan hal-hal yang baik tentang aqidah, akhlak, perilaku, keimanan dan ketaqwaan kepada sesama saudaranya muslim, karena hali tu adalah wajib hukumnya, dan apabila dia memaksakan menyampaikan tentang kebenaran, maka itu bukanlah bisa dikatakan dengan egois, walaupun dinamakan sifat egois, tapi karena dasar untuk kebaikan dan karena Allah Swt maka hal itu tidak dilarang sebagaimana hadist ini : Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa menyeru kepada hidayah jalan petunjuk dan kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti atau mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
Jadi egois yang terpimpin adalah boleh dan wajib dilakukan demi syi’ar agama, bahkan Rasulullah Saw sendiri dulu dalam menyampaikan hal kebaikan ini (Islam) sampai kepada tingkat peperangan atau memerangi suatu kaum atau bangsa, jelas ini adalah pemaksaan dan bisa dikatakan egois karena memaksakan kehendak, dan itu adalah wajib, makanya beliau lakukan, dalam menyampaikan kebaikan kepada umat manusia selayaknya tiada pandang bulu, tiada pandang ruang dan waktu, setiap saat sampaikan tentang kebenaran walaupun pahit sambutan yang diterima.
Egois yang tidak boleh adalah memaksakan kehendak kepada keingkaran, kemaksiatan, kesesatan dan lain sebagainya, maka ini adalah dilarang keras dan akan membawa pelakunya kepada dasar neraka jahannam, sebagaimana hadist ini, yaitu : Rasulullah Saw bersabda : “Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikuti mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” Sebagaimana perkataan hadist ini secara lengkap diatas, jika berdosa maka jelas sudah neraka perolehannya, jadi sikapilah terlebih dahulu akan makna egois, karena ada egois baik dan ada pula egois buruk.
Boleh dan harus mesti dilakukan egois dalam menyampaikan kebaikan sepanjang itu benar-benar baik dan membawa manusia kepada jalan kebenaran yang di ridhai Allah Swt, hal ini hanya tergantung bagi si penerima ajakan, anjuran ataupun nasihat, namun pada umumnya manusia akan menganggap hal ini adalah egois dan dikatakannya memaksakan karakter, timbul pertanyaan, jika tiada mau mengikuti kepada ajaran Islam yang dianutnya sendiri, maka mengapa ia masih beragama Islam juga? Jika tetap mempertahankan sikap tiada mau berubah kepada akhlak dan aqidah yang baik sesuai ajaran Islam, maka silakan saja keluar dari Islam dan berbuatlah sesuka hati dan jangan mengaku Islam lagi, bahkan jika perlu keluarlah dari bumi ciptaan Allah Swt ini, karena Dia yang menciptakan maka ikutilah aturan dan ketentuan-Nya.
Rasulullah Saw bersabda : “Jangan meremehkan sedikitpun tentang makruf (hal kebaikan), meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria senyum.” (H.R Bukhari dan Muslim). Jadi apa-apa yang diaampaikan teman tentang kebaikan, maka janganlah anggap remeh dan angin lalu saja, tapi terpaculah untuk melakukannya serta berubah dari alam kebodohan dan keburukan kepada alam kebaikan akhlak, agar engkau berbahagia didunia dan diakhirat, orang yang sedemikian janganlah lagi katakan egois, karena egois hanya tertuju maknanya kepada keburukan saja, bukanlah kepada kebaikan.
Carilah teman yang hanya bisa membawa kepada kebaikan dan segala tingkah lakunya bisa mempengaruhi untuk hal yang baik-baik saja, jika sebaliknya maka keburukanlah yang kamu dapatkan dalam pergaulan tersebut, karena tingkah laku dan perangai adalah sesuatu yang sangat mudah menular dari satu kelainnya.
Rasulullah Saw bersabda : “Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, duduk dengan penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi, sementara duduk dengan pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Jadi, bahwasanya teman dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya, Rasulullah Saw menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi, bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits, paling minim adalah engkau akan mendapatkan darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh dan pakaianmu, sementara kawan yang jelek itu diserupakan Rasulullah Saw dengan duduk di dekat pandai besi, karena bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau yang tak sedap (bau besi terbakar adalah busuk) darinya yang akan mengenai tubuh dan pakaianmu, dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberikan pengaruh kepada seseorang.
Al-Qur`an yang mulia mengatakan tentang penyesalan orang dzalim pada hari kiamat nantinya karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang, sebagaimana Allah Swt berfirman : “Dan ingatlah hari ketika itu orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata,”Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul, kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku, sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah syetan itu tidak mau (tak bisa) menolong manusia.” (Q.S Al-Furqan : 29).
Nah, sekarang anda nilai sendiri apakah egois seseorang yang membawa kepada kebaikan, apakah egois seseorang yang memaksakan kehendaknya tentang kebaikan kepadamu? Hal ini tak lebih dari kebutaannya hati tentang anjuran kebaikan, sehingga anda tiada mau mendengarkan dan hanya memperturutkan kehendak hawa dan nafsumu untuk selalu berbuat sesuka hati didunia ini, padahal anda sendiri mengaku muslim, jika tiada mau mengikuti bagaimana seharusnya seorang muslim, maka janganlah anda menjadi seorang muslim, semoga kita dihindarkan Allah Swt dari sikap dan sifat buruk yang sedemikian tiada mau menerima kebaikan, renungkanlah!!!! Wallahu’alam bissawwab….
Rasulullah Saw bersabda : "Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan untuk tidak memberi karena Allah, maka sungguh, telah sempurna imannya." (H.R Bukhâri, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Abu Daud dan Imam Ahmad).
Rasulullah Saw bersabda : "Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (H.R Bukhâri, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Abu Daud dan Imam Ahmad).
Bukanlah dikatakan egois bila seseorang memaksakan kehendaknya ketika menyampaikan hal-hal yang baik tentang aqidah, akhlak, perilaku, keimanan dan ketaqwaan kepada sesama saudaranya muslim, karena hali tu adalah wajib hukumnya, dan apabila dia memaksakan menyampaikan tentang kebenaran, maka itu bukanlah bisa dikatakan dengan egois, walaupun dinamakan sifat egois, tapi karena dasar untuk kebaikan dan karena Allah Swt maka hal itu tidak dilarang sebagaimana hadist ini : Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa menyeru kepada hidayah jalan petunjuk dan kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti atau mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
Jadi egois yang terpimpin adalah boleh dan wajib dilakukan demi syi’ar agama, bahkan Rasulullah Saw sendiri dulu dalam menyampaikan hal kebaikan ini (Islam) sampai kepada tingkat peperangan atau memerangi suatu kaum atau bangsa, jelas ini adalah pemaksaan dan bisa dikatakan egois karena memaksakan kehendak, dan itu adalah wajib, makanya beliau lakukan, dalam menyampaikan kebaikan kepada umat manusia selayaknya tiada pandang bulu, tiada pandang ruang dan waktu, setiap saat sampaikan tentang kebenaran walaupun pahit sambutan yang diterima.
Egois yang tidak boleh adalah memaksakan kehendak kepada keingkaran, kemaksiatan, kesesatan dan lain sebagainya, maka ini adalah dilarang keras dan akan membawa pelakunya kepada dasar neraka jahannam, sebagaimana hadist ini, yaitu : Rasulullah Saw bersabda : “Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikuti mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” Sebagaimana perkataan hadist ini secara lengkap diatas, jika berdosa maka jelas sudah neraka perolehannya, jadi sikapilah terlebih dahulu akan makna egois, karena ada egois baik dan ada pula egois buruk.
Boleh dan harus mesti dilakukan egois dalam menyampaikan kebaikan sepanjang itu benar-benar baik dan membawa manusia kepada jalan kebenaran yang di ridhai Allah Swt, hal ini hanya tergantung bagi si penerima ajakan, anjuran ataupun nasihat, namun pada umumnya manusia akan menganggap hal ini adalah egois dan dikatakannya memaksakan karakter, timbul pertanyaan, jika tiada mau mengikuti kepada ajaran Islam yang dianutnya sendiri, maka mengapa ia masih beragama Islam juga? Jika tetap mempertahankan sikap tiada mau berubah kepada akhlak dan aqidah yang baik sesuai ajaran Islam, maka silakan saja keluar dari Islam dan berbuatlah sesuka hati dan jangan mengaku Islam lagi, bahkan jika perlu keluarlah dari bumi ciptaan Allah Swt ini, karena Dia yang menciptakan maka ikutilah aturan dan ketentuan-Nya.
Rasulullah Saw bersabda : “Jangan meremehkan sedikitpun tentang makruf (hal kebaikan), meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria senyum.” (H.R Bukhari dan Muslim). Jadi apa-apa yang diaampaikan teman tentang kebaikan, maka janganlah anggap remeh dan angin lalu saja, tapi terpaculah untuk melakukannya serta berubah dari alam kebodohan dan keburukan kepada alam kebaikan akhlak, agar engkau berbahagia didunia dan diakhirat, orang yang sedemikian janganlah lagi katakan egois, karena egois hanya tertuju maknanya kepada keburukan saja, bukanlah kepada kebaikan.
Carilah teman yang hanya bisa membawa kepada kebaikan dan segala tingkah lakunya bisa mempengaruhi untuk hal yang baik-baik saja, jika sebaliknya maka keburukanlah yang kamu dapatkan dalam pergaulan tersebut, karena tingkah laku dan perangai adalah sesuatu yang sangat mudah menular dari satu kelainnya.
Rasulullah Saw bersabda : “Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, duduk dengan penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi, sementara duduk dengan pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Jadi, bahwasanya teman dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya, Rasulullah Saw menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi, bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits, paling minim adalah engkau akan mendapatkan darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh dan pakaianmu, sementara kawan yang jelek itu diserupakan Rasulullah Saw dengan duduk di dekat pandai besi, karena bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau yang tak sedap (bau besi terbakar adalah busuk) darinya yang akan mengenai tubuh dan pakaianmu, dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberikan pengaruh kepada seseorang.
Al-Qur`an yang mulia mengatakan tentang penyesalan orang dzalim pada hari kiamat nantinya karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang, sebagaimana Allah Swt berfirman : “Dan ingatlah hari ketika itu orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata,”Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul, kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku, sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah syetan itu tidak mau (tak bisa) menolong manusia.” (Q.S Al-Furqan : 29).
Nah, sekarang anda nilai sendiri apakah egois seseorang yang membawa kepada kebaikan, apakah egois seseorang yang memaksakan kehendaknya tentang kebaikan kepadamu? Hal ini tak lebih dari kebutaannya hati tentang anjuran kebaikan, sehingga anda tiada mau mendengarkan dan hanya memperturutkan kehendak hawa dan nafsumu untuk selalu berbuat sesuka hati didunia ini, padahal anda sendiri mengaku muslim, jika tiada mau mengikuti bagaimana seharusnya seorang muslim, maka janganlah anda menjadi seorang muslim, semoga kita dihindarkan Allah Swt dari sikap dan sifat buruk yang sedemikian tiada mau menerima kebaikan, renungkanlah!!!! Wallahu’alam bissawwab….
Posting Komentar untuk "HAKIKAT EGOIS (Bag.2) "
Terimakasih atas kunjungan anda...