Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

SEGALA AMAL PERBUATAN BERPOKOK PADA IKHLAS

Setiap bermacam ragam amal perbuatan seorang hamba yang nampak, ini di sebabkan oleh karena adanya bermacam – macam hal yang timbul dan datang dari dalam hati seorang hamba, contohnya jika ada seseorang yang membayar atau mengeluarkan zakat, ini semua memang ada yang mendorongnya dari dalam, yaitu niat. Semua perbuatan yang nampak ini di dasari oleh niat, niat itu adalah titik tolak permulaan dalam segala amal perbuatan yang di lakukan oleh seseorang, niat ini permulaan dari setiap pekerjaan, perjuangan amal dan lain – lain, ini menjadi ukuran yang sangat menentukan tentang baik buruknya suatu amal atau pekerjaan atau perjuangan, apabila niatnya baik maka sudah tentu pada umumnya menghasilkan kebaikan, begitu juga dengan sebaliknya, jika niat jelek maka rusak pulalah semua yang di lakukan tadi.

Niat ini laksana sebuah sungai, jika dari hulu airnya jernih mengalir tentu sampai kemuara airnya juga jernih, jika dari hulu airnya keruh, maka sampai kemuara lebih keruh lagi, fungsi dan peran niat ini sangat menentukan sehingga muncul ucapan para ulama terdahulu, yaitu ; Rubba ‘amalin shaghirin ta’dhimuhun niyyatu warubba ‘amalin kabirin tash ghiruhum niyyatu, Artinya : “Dan kerap kali amal yang kecil menjadi besar karena baik niatnya, dan kerap kali pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya”.

Bermacam – macam jenis amal yang nampak, itu karena adanya bermacam – macam hal yang datang dari dalam hati seseorang, segala macam amal yang nampak itu hanyalah merupakan rangka yang tegak atau berdiri, sedangkan ruhnya (nyawa) adalah wujud dari rahasia ikhlas yang terdapat di dalamnya jika di gali dengan sungguh – sungguh dengan cara beribadat yang betul dan istiqamah kepada Allah Swt.

Hakikat niat ini ialah keadaan atau sifat yang timbul dari dalam hati manusia, yang di gerakkan oleh suatu akal pikiran untuk menuntaskannya, jadi segala perilaku, pekerjaan dan beramal atau lain sebagainya harus di dasari dengan niat yang baik jika ingin di ridhai oleh Allah Swt, perlu di pahami adalah niat datangnya dari hati dan bukan tergantung kepada amal baik atau buruk, sebab hal ini merupakan kajian hasil dari niat tersebut, jikalau segala perbuatan yang di lakukan itu baik dan bagus menurut syari’at tapi niatnya salah atau kurang bagus, maka amalnya pun akan sia – sia dan rusaklah amal tersebut, begitu juga dengan sebaliknya.

Amal yang sudah kelihatan dengan di sertai niat yang baik, di umpamakan laksana rangka yang tidak berguna atau bermanfaat jika tiada ruhnya, sedangkan ruhnya amal itu adalah ikhlas, dengan keikhlasan yang sudah lekat pada amal perbuatan tersebut, maka yang bersangkutan akan dapat mengambil manfaatnya dengan berlipat ganda dari Allah Swt, niat dan ikhlas adalah dua faktor yang tidak bisa/boleh di pisah – pisahkan antara satu dengan lainnya, karena dua ini sangat erat kaitannya dan saling berhubungan, seperti pohon yang berasal dari bibit, seperti yang tersirat dalam ayat ini : “Wama ‘amiru illa liya’budullaha muhlisyina lahuddina hunafa’a wayukimul shalata wayu’tudzakaratan wadzalika dinul qayyimah.” Artinya : “Padahal mereka tidak di suruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Al-Qur’an Surah Al-Bayyinah Ayat 5)

Lurus di sini berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah Swt) dan jauh dari kesesatan, sabda Rasulullah Saw : “Annaasu kulluhum malakai illal mu’minun, wal mu’minuna kulluhum walaki illal ‘amilun, wal ‘amiluna halaki illal mukhlisuun”. Artinya : “Manusia itu seluruhnya akan binasa, kecuali mereka yang beriman, mereka yang beriman itu seluruhnya binasa kecuali mereka yang beramal, dan mereka yang beramal seluruhnya akan binasa kecuali mereka yang ikhlas”

Sudah jelas sekali seperti yang di katakan Rasulullah Saw tentang pokok – pokok segala amal perbuatan di dunia ini, manusia secara keseluruhan akan binasa amalnya tanpa adanya ikhlas, sekalipun hamba tersebut orang yang beriman, tidaklah cukup hanya dengan niat yang baik saja, apalagi niatnya sudah jelek atau buruk, jadi seorang hamba yang beriman dan beramal dengan niat yang baik tetapi tiada keikhlasan, maka sesungguhnya dia akan binasa juga amal perbuatannya tersebut.

Hakikat ikhlas ini suci dan murni tanpa ada pamrih di belakangnya, seperti beramal dengan mengharapkan syurga dan takut akan neraka, jika memang tergolong kepada amalan yang ikhlas maka Allah Swt sudah tentu meletakkan hambaNya tersebut pada tempat yang layak sesuai dengan amal perbuatan tersebut setelah di hisab.

Dalam Al-Qur’an Alllah Swt menyuratkan keikhlasan ini seperti susu murni yang bersih serta dapat menyegarkan tubuh manusia, begitu juga dengan rangka amal tadi, jika di beri keikhlasan maka akan menghidupkan rangka amal tadi (ruh), Allah Swt berfirman :

“Wainnalakum fil ‘an ‘amii la’ibratan nusqiikum mimmaa fii buthunihii mm baini fartsin wadamin labanan khalisan saaighan lisysyaaribuun.”

Artinya : “Dan sesungguhnya binatang ternak itu benar – benar terdapat pelajaran bagi kamu, kami memberimuminum daripada apa yang berada dalam perutnya berupa susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah di telan bagi orang yang meminumnya.” Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 66)

Jelas pada ayat tersebut Allah Swt memberikan contoh tentang ikhlas itu laksana susu bersih dan murni, yakni ketika dalam perut binatang susu tersebut masih bersifat zat yang kotor yaitu tahi dan darah, setelah melalui proses penyaringan maka jadilah ia susu yang bersih dan murni tiada bercampur dengan kotoran asalnya, demikian juga dengan ikhlas, jika beramal dengan kepahaman akan tingkat keikhlasan maka akan jadilah ia amalan yang murni serta menjadi ruh tauhid yang hakiki di ridhai oleh Allah Swt.

Ikhlas pada manusia mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
Ikhlasnya golongan ahli ibadah, yaitu semua amal ibadahnya hanya di tujukan kepada Allah Swt yang tiada mempunyai unsur ria dan ‘ujub, tetapi amal ibadahnya ini hanya di maksudkan dengan untuk memperoleh pahala demi untuk menghindari siksaan neraka, berarti ini masih kurang murni keikhlasannya karena masih takut pada yang selain Allah Swt, hamba yang demikian ini di cerminkan Allah Swt dalam Al-Fatiha Ayat 5, “Iyyakana’budu’” Artinya : “Hanya kepadaMulah kami menyembah.” Ini tergolong kepada ibadah yang kurang baik dan biasa – biasa saja.
Ikhlasnya golongan para muhibbin, yaitu hamba yang mencintai Allah Swt, di mana setiap amal perbuatannya (ibadah) benar – benar karena Allah Swt dan tidak mengharapkan pahala dan tidak takut akan siksanya, hanya amal ibadahnya untuk mengagungkan Allah Swt, ini tergolong kepada cara ibadah yang baik.
Ikhlasnya golongan ahli ma’rifat, yaitu keikhlasan seorang ahli ibadah dengan mengakui dan mengetahui bahwa setiap gerak geriknya adalah cerminan dari segala sifat Allah Swt, seperti menyadari bahwa Allah Swt lah yang menggerakkan segala kemampuan kodrati seorang hamba, ia menyadari bahwa ia tiada mempunyai daya apapun juga selain daya upaya Allah Swt dalam segala hal, termasuk beramal ibadah, jadi hamba yang demikian tiada mengandalkan amal perbuatannya untuk apapun juga kecuali hanyalah kepatuhan kepada Allah Swt dengan sebenar – benarnya patuh, golongan ini di katakan dalam Al-Qur’an Surah Al-Fatiha Ayat 5, sebagai berikut : “Waiyya kanasta’iin” Artinya : “Dan hanya kepadaMulah kami meminta pertolongan”. Ikhlasnya orang – orang ma’rifat ini menduduki tingkat yang luhur di sisi Allah Swt bila di bandingkan dengan tingkat yang dua di atas tadi, inilah golongan lkhlasnya yang laksana susu murni tadi dan tergolong kepada amal ibadah yang lebih baik atau utama.

Berarti sudah jelaslah bahwa setiap amal ibadah haruslah di sertai dengan keikhlasan, sebab amal tanpa ikhlas, maka manusia tidak akan memetik buahnya (hasilnya) kelak, sedang amal yang tidak di sertai dengan ikhlas adalah ria, sedangkan ria hukumnya haram dan haram tempatnya nyata di neraka.

Posting Komentar untuk "SEGALA AMAL PERBUATAN BERPOKOK PADA IKHLAS"