Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TAUHID PADA PANDANGAN TASAWWUF

Tauhid dalam islam sungguh dan sangat penting di pahami, baik secara muamalah maupun secara hakiki, tersebab tauhid ini sangat penting dalam memahami akan keesaan Allah Swt, jika manusia terjerumus kepada menduakan Allah Swt, maka segala amal ibadahnya termasuk hal yang sia – sia, karena dosa syirik sangat besar di sisi Allah Swt.
Ilmu Tasawuf menurut sepanjang dari keterangannya terbagi dua :
  1. Tasawuf pada Ilmu Mu’amalah; pengertian tasawuf dalam ilmu muamalah adalah mencakup keterangan, ajaran, tuntunan dan tata cara ibadah menurut fiqh tetapi di uraikan serta di terapkan pemahamannya secara mendetail dan di perhalus menurut yang hakiki, serta di laksanakan menurut yang sebenar di lakukan oleh Rasulullah Saw tanpa mengada – ngada (bid’ah); 
  2. Ilmu Tasawuf pada Ilmu mukasyafah; maksudnya ini adalah ilmu tersendiri termasuk di dalam tata cara ibadah dzikir serta riyadhahnya untuk menuju tersingkapnya kebenaran akan ilmu muamalah itu sendiri secara pribadi – pribadi, hal ini tidak boleh di tuliskan atau di jabarkan secara meluas, karena dapat menimbulkan fitnah, contohnya : “Fana, fana ialah salah satu tingkat/derjat hasil daripada Ilmu Mukasyafah, hal ini identik dengan imajinasi orang yang menyatakan terjadinya hulul (bersatu) yang terkadang menimbulkan kata – kata yang di luar kebiasaan : “Aku inilah yang maha benar!”, nah hal ini sangat keliru untuk di terapkan dalam manusia, karena hal ini hanya bisa terjadi pada orang – orang yang arifin dan dekat kepada Allah Swt, dan kita tidak akan tahu akan kebenaran orang yang mengucapkannya tersebut, kecuali jika mengalaminya sendiri dengan latihan ibadah kerohanian, karena sifatnya adalah pribadi, yakni antara ia dengan tuhannya, seperti kalau ada orang yang mengatakan bahwa cermin adalah warna merah karena di sebabkan cermin tersebut memantulkan warna merah.

Tauhid ini secara garis besar adalah penetapan sesuatu untuk menyatakan keadaannya, tanpa ada unsur lain yang mempengaruhi.
Tauhid ini terbagi dari 4 (empat) macam untuk manusia/hamba, yakni :

  1. Tauhidnya yang menyatakan Tidak ada Tuhan kecuali Allah, sedangkan hatinya lalai akan makna dari ucapannya tersebut, inilah tauhidnya orang - orang munafik;
  2. Tauhid yang menyatakan akan makna ucapan Syahadat dan membenarkannya, ini tauhidnya orang - orang yang awam;
  3. Tauhidnya dari orang – orang yang menyaksikan akan kebenaran ucapan - ucapan tersebut secara kasyaf melalui cahaya (nur) dari Yang Maha Benar, ini tauhidnya orang - orang yang dekat dengan Allah Swt, orang – orang yang arifin (senantiasa ingat) kepada Allah Swt;
  4. Tauhid secara tidak melihat akan wujud, kecuali hal yang satu (esa), ini tauhidnya orang - orang yang benar, yaitu : para shiddiqin, sufi, arif billah, mereka senantiasa menyebutnya kefanaan dalam tauhid.

Ilmu itu di pelajari karena ada manfaatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, kita mendapatkannya dan mempelajarinya sebagai sarana untuk menuju akhirat serta kebahagiaannya yang di ridhai Allah Swt, dan juga sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah Swt, hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan kedua ilmu tersebut, yaitu : Ilmu Muamalah (syari’at) dan Ilmu Mukasyafah, setelah kita berilmu, maka yang paling baik adalah ilmu tersebut untuk beramal, yang akan mengantarkan kepada keridhaan Allah Swt.
Keridhaan Allah Swt tiada akan tercapai tanpa ilmu dan amal, amalan tidak akan menjadi amal jika tidak ada ilmu beramal, dengan adanya kedua ilmu tersebut di atas maka akan tercapailah kelezatan dalam beribadah, yang semakin lama akan membawa seorang hamba makin dekat dengan tuhannya, sebab dengan ilmu akan membuat manusia mengenal akan dirinya, jika sudah kenal akan dirinya, maka barulah dia mengenal akan tuhannya, dengan syarat segala hawa nafsu dan syahwat di tundukkan dan di arahkan, jangan di berantas, karena sudah fitrah manusia akan memiliki akan sifat tersebut, lebih afdhal dan utama jika dapat memimpin akan hawa, nafsu dan syahwat.
Cara untuk memimpin hal tersebut adalah pada mengekalkan ingat kepada Allah Swt (dzikir) dengan cara – cara dan trik tertentu yang ada pada Ilmu Mukasyafah (thariqat), pendidikan latihan rohani ini sangat untuk mendekatkan seseorang dengan tuhannya.

Posting Komentar untuk "TAUHID PADA PANDANGAN TASAWWUF"