Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

SEPUTAR DZIKIR

Manusia yang selalu senantiasa bershalawat atas nabi dan berdzikir kepada Allah Swt, maka sudah tentu bertambah dekat kepada Allah Swt dan RasulNya, sebagaimana sabda Rasullullah Saw : “Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku.”

Sholawat dan berdzikir ini, jika di lalaikan oleh ummat manusia, maka sesungguhnya termasuk kepada golongan manusia yang merugi, hal ini di ingatkan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya : “Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat di mana mereka tidak berdzikir kepada Allah Swt serta membaca shalawat kepada nabi saw, kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.”
 

Berdzikir secara terus menerus (istiqamah), seumpama dzikirnya para malaikat yang selalu patuh dan tunduk kepada Allah Swt, mereka selalu taat melaksanakan dalam tugasnya masing – masing, ini merupakan contoh bagi kita, sedangkan manusia selalu lalai dalam mengingat kepada Allah Swt.

Manusia dalam berdzikir ini harus melalui latihan (riyadhah) untuk melaksanakan yang sebenar – benarnya dzikir, juga melalui beberapa tahap – tahap yang mesti di lalui, karena dalam pelaksanaan ini senantiasa di temui hambatan dan rintangan dan mesti di lalui dengan hati yang tabah dan ikhlas, hambatan dan rintangan ini semestinya di buat untuk cambuk agar lebih kuat dalam berdzikir untuk mencapai kedekatan kepada Allah Swt, firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang - orang yang lalai.” Al-A’raf Ayat 205.

Pelaksanaan ibadah dzikir ini di mulai dengan dzikir lisan sewaktu selesai melaksanakan ibadah Shalat, dzikir ini di mulai dengan membaca Allah…Allah…Allah dalam hati sanubari sesuai dengan syarat atau kaifiyat menurut ajaran dzikir thariqat naqsyabandi, apabila dzikir ini memenuhi daripada maqamat/lathaif yang tertentu dalam tubuh jasmani, maka dzikir ini dapat menaikkan perasaan dalam hati akan keberadaan Allah Swt di dekatnya dan di manapun, jika sudah sedemikian rupanya, maka menjadilah seseorang itu mempunyai jiwa yang tenang nafsu yang terpimpin hanya untuk semata – mata menghadap hati kepada Allah Swt, serta di ridhai Allah Swt akan amal perbuatannya, jiwa dan nafsu yang tenang seperti inilah yang di panggil Allah Swt kehadiratNya, sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Al-Fajr Ayat 27-30 :

Ayat 27. Artinya : “Hai jiwa yang tenang.”
Ayat 28. Artinya : “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
di ridhai-Nya.”
Ayat 29. Artinya : “Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba - hamba-Ku.”
Ayat 30. Artinya : “Masuklah ke dalam syurga-Ku.”

Sedemikian besar pahala yang di berikan kepada hamba, apabila dzikirnya di terima oleh Allah Swt, betapa bahagianya perasaan jika kita tergolong pada orang – orang yang di panggil secara demikian, inilah tingkatan dzikir yang dekat kepada Allah Swt dan di ridhaiNya. Alangkah meruginya jika manusia tiada mau melaksanakan ibadah ini, sementara hal ini telah di terangkan Allah Swt seperti pada ayat di atas, untuk imbalan bagi hambanya senantiasa mewiridkan dzikir secara terus menerus kepadaNya.

Pelaksanaan dzikir ini dengan hati/kalbu, dalam arti kata kita mendidik hati yang senantiasa di jadikan oleh syetan untuk istananya pada manusia guna menghasut dan membisikkan pengaruhnya agar manusia senantiasa dalam kejahatan di setiap nafasnya, maka dengan dzikir ini mengusir pengaruh syetan tersebut dari dalam hati, agar bersih dan dapat menerima akan kebenaran dari Allah Swt untuk selalu berbuat baik dan beribadah kepadaNya.

Dzikir ini di kerjakan dengan hati, supaya hati dapat hidup dari nur kebenaran, yang bisa merasakan kehadiran Allah Swt di dekatnya dan di manapun, sebab hanya hati yang bersihlah yang dapat menerima cahaya keimanan yang di karuniakan oleh Allah Swt, hati di latih untuk senantiasa berdzikir kepada Allah Swt agar ia terbiasa membaca akan nama Allah Swt yang senantiasa menghadap hati kepada nur illahi, ini untuk tahapan pada dzikir hati/kalbu.

Ada juga latihan dzikir dengan nafas (napi istbat), dengan arti kata di laksanakan dalam tiap tarikan nafas dengan tata cara yang telah di tentukan, karena dzikir ini cukup berbahaya jika di laksanakan tanpa bimbingan aturan dan tata caranya (kaifiyat), sebab secara garis besar dzikir ini di kerjakan dengan mengucap dalam hati beriringan dengan tarikan nafas, setiap kata – katanya ada penempatannya pada jasmani manusia yang di sesuaikan dengan nafas yang di tahan, dzikir ini tiada batas dan jumlah tertentu, hanya saja menurut kemampuan masing – masing hamba, dzikir di laksanakan dengan rutin agar terbiasa dan mesti di pandu dengan seorang guru, karena hal ini mengandung resiko di datangi oleh sesuatu yang menyamar akan kebaikan tetapi belum tentu itu baik, contohnya ada bisikan, apakah kita tahu bahwa bisikan itu datang dari hal yang baik atau bukan (syetan)?

Jadi sebelum lanjut kepada dzikir nafas, sudah semestinya lazimkan dan biasakan dulu dengan dzikir lisan yang biasa, seperti ; Tasbih, Tahmid dan lain – lain, baru di lanjutkan dengan dzikir hati, bila di rasa ada kemajuan (hasil) dari dzikir tersebut, maka bolehlah lanjut dengan dzikir nafas (napi istbat).

Posting Komentar untuk "SEPUTAR DZIKIR"