Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

PENYAKSIAN AF'AL ALLAH ATAS HIKMAH PENGENDALIAN NAFSU

Perbuatan Allah itu di tampakkan kepada Aulia dan Abdal di dalam pandangan dan pengalaman kerohanian, ini berada di luar jangkauan akal manusia dan keluar dari adat kebiasaan, penampakkan atau pemanifestasian ini ada dua jenis, yaitu :
- ”Jalal” yakni kebesaran dan keagungan.
- "Jamal" yaitu keindahan.

Jalal ini menimbulkan kehebatan dan mempengaruhi hati sedemikian rupa, sehingga tanda-tandanya tampak pada badan kasar, di ceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad Saw tengah melakukan shalat, terdengarlah oleh orang bunyi seperti air mendidih dari hati beliau, karena hebatnya dan gentarnya hati beliau ketika menghadap Allah, ini adalah suatu pengalaman yang beliau rasakan apabila Allah menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya.

Peristiwa seperti ini juga terjadi pada Nabi Ibrahim As dan Khalifah Umar Ra, pengalaman yang akan di rasakan oleh seorang hamba apabila Allah memanifestasikan sifat Jamal-Nya adalah hati si hamba itu akan merasa gembira, tenang, sentosa dan selamat, ia akan mengucapkan kata-kata yang penuh kasih mesra dan akan tampak tanda-tanda yang menggembirakan tentang karunia-karunia yang besar, kedudukan yang tinggi dan kedekatan kepada-Nya yang kepada-Nya-lah segala perkara mereka itu akan kembali.

lnilah karunia karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada mereka di dunia ini, hati mereka yang cinta kepada-Nya akan di puaskan oleh-Nya, sehingga mereka akan merasa senang, Allah mengasihi dan menyayangi mereka, Nabi Saw pernah bersabda kepada Bilal, "Hal Bilal, hiburlah hati kami". Apa yang Nabi Saw maksudkan adalah agar Bilal mengumandangkan adzan, supaya nabi memasuki shalat dengan merasakan manifestasi sifat Jamal Allah itu, karena itu, Nabi Saw bersabda, “Dan kesejukan mataku, telah kurasakan di dalam shalatku”.

Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri kita sendiri, diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan, segala sesuatu itu tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun adalah kepunyaan Allah, pada diri manusia timbul angan-angan dan hawa nafsu, oleh karena itu, jika kita masuk kepada yang haq dan menentang diri kita sendiri, maka kita telah masuk ke pihak Allah dan menentang diri kamu sendiri (nafsu).

Allah berfirman kepada Nabi Daus As, "Hai Daud, kepada-Ku-lah kamu kembali, oleh karena itu, berpegang teguhlah kamu kepada-Ku. Sesungguhnya perhambaan yang sejat adalah melawan diri kamu sendiri karena Aku". Karena itulah penghambaan kamu dan kedekatan kamu kepada Allah menjadi kenyataan yang sungguh-sungguh, karena itulah kita mencapai kesucian dan kebahagiaan dan karena itulah kita akan di muliakan serta segalanya akan menjadi hamba, lantaran semuanya tunduk kepada Allah, sebab, Dia-lah Pencipta dan tempat asal mereka dan mereka telah menyatakan kehambaan mereka kepada Allah.

Allah berfirman, ”Seluruhnya memuji Allah, tetapi kamu tidak mengetahui pujian mereka", ini berarti segala yang ada di dalam alam ini sadar akan adanya Allah dan patuh kepada~Nya. Allah berfirman, ”Kemudian Dia berkata kepadanya dan kepada dunia, kemarilah kamu berdua dengan rela ataupun tidak". Mereka berkata, “Kami datang dengan rela". Oleh karena itu, segala penghambaan adalah melawan dirimu sendiri dan hawa nafsumu.

Allah berfirman, “Janganlah kamu menuruti hawa nafsumu, karena dia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah". Selanjutnya Allah berfirman, "Jauhkanlah kehendak hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dan kerajaan-Ku melainkan hawa nafsu manusia".

Ada satu cerita yang masyhur tentang Abu Yazid Busthami, di ceritakan bahwa ia telah melihat Allah di dalam mimpinya, ia bertanya kepada Allah, "Bagaimana seseorang itu dapat sampai kepada Allah? Jawab Tuhan, “Buanglah dirimu dan datanglah kepada-Ku”. “Setelah itu katanya, ”Akupun keluar dari diriku seperti ular keluar dari sarangnya". Karenanya, semua kebaikan itu terletak pada jihad melawan diri sendiri serta semua perkara dan keadaan hidup ini, sekiranya kita dalam keadaan salah, lawanlah diri hingga kita terhindar dari hal yang haram, dari manusia, dari prasangka serta dari pertolongan mereka, ketergantungan kepada mereka, takut kepada mereka dan dari menghendaki apa yang mereka dapati dari dunia fana ini.

Janganlah kita mengharapkan hadiah, shadaqah atau pemberian mereka, hendaklah kita membebaskan diri dari apa saja yang bersangkuran dengan keduniaan dan sekiranya kita mempunyai saudara yang hartawan, maka janganlah kita mengharapkan dia, jangan dengan niat, kita ingin mendapatkan hartanya itu, hendaklah kita keluar dari pengaruh mahkluk dan anggaplah mereka itu seperti pintu pagar yang bisa terbuka dan bisa tertutup atau seperti bunglon yang kadang-kadang berubah dan kadang-kadang tidak.

Segala yang berlaku dan terjadi adalah dengan kehendak Allah dan Dia-lah yang membuat dan merencanakan segalanya itu, jadilah kita yang berjiwa tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah Tuhan Semesta Alam, jangan pula kita mengikuti faham golongan Jabariyyah atau Qodariyyah, lebih baik kita mengatakan, bahwa perbuatan itu adalah kepunyaan Allah, sedangkan manusia adalah berusaha. Jalankanlah perintah Allah yang berhubungan dengan manusia, pisahkanlah bagian kita dengan perintah-Nya dan janganlah kita melampaui batas, karena perintah Allah itu pasti berlaku dan Allah akan menjatuhkan hukuman kepada kita dan mereka.

Janganlah kita ingin menjadi hakim sendiri, keberadaan kita bersama manusia adalah karena takdir Allah dan takdir ini terdapat di dalam kegelapan, oleh karena itu, masuklah ke dalam kegelapan itu dengan membawa lampu yang juga menjadi hakim, itulah dia Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Saw, janganlah kita melanggar keduanya, jika timbul di dalam pikiran kita atau menerima suatu ilham, kemukakanlah dulu kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw, sekiranya suatu pikiran atau ilham bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadits, maka janganlah kita ikuti dan di jalankan, karena hal itu mungkin datang dari lblis, jika Al-Qur'an mewajibkan seperti makan, minum dan lain-lainnya dan ilhampun sejalan dengan yang di wajibkan itu, maka janganlah di terima dan ketahuilah, bahwa itu adalah ajakan atau godaan untuk memuaskan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatanganmu, oleh karena itu, lawanlah dan janganlah di turuti.

Melalui hal inilah seseorang dapat menjadi orang yang benar-benar telah mencapai hakikat, sekiranya perintah batin ini tidak ada dan yang ada hanyalah perbuatan Allah, maka ini memerlukan suatu penyerahan, jika kita telah mencapai hakikat yang sebenarnya, yang juga di sebut “keadaan tenggelam (Mahwu) atau fana", maka kita telah mencapai peringkat Abdal (mereka yang luluh hatinya karena Allah), sesuatu keadaan atau peringkat yang di miliki oleh orang-orang yang betul-betul berjiwa tauhid, suatu keadaan yang di miliki oleh orang-orang yang di karuniai cahaya kerohanian, yaitu orang-orang yang berilmu dengan kebijaksanaannya yang tinggi, orang-orang yang menjadi ketua dari seluruh ketua, pelindung dan penjaga khalayak ramai, khalifah Allah dan wali-Nya serta orangorang yang di percayai-Nya.

Mematuhi perintah di dalam hal-hal yang demikian itu adalah melawan hawa nafsu kita sendiri, memisahkah diri dari ketergantungan kepada daya dan upaya apa saja serta kosong dari segala kehendak dan tujuan apa saja yang berkenaan dengan dunia dan akhirat, oleh karena itu, jadilah kita hamba raja itu dan bukan hamba kerajaan serta hamba perintah Allah dan bukan nafsu badaniah dan jadilah kita seperti bayi yang berada dalam pelukan ibunya, atau seperti mayat yang sedang di mandikan oleh orang-orang dan atau seperti orang sakit yang tidak sadarkan diri di hadapan dokter, di dalam hal yang berada di luar, baik berupa suruhan maupun larangan.

Jika nafsu telah muncul di dalam pikiran, tetapi kita miskin papa lalu kita bersabar dengan harapan menunggu pertolongan Allah yang menjadikan kita dan nafsu kita itu, maka Allah pasti menolong kita, baik dengan menghilangkan nafsu itu dari kita maupun dengan memberi rizqi ataupun dengan mencukupkan kita dengan berbagai cara, dengan meringankan beban dan meningkatkan derajat kita di akhirat kelak.

Allah pasti menolong kita karena kesabaran dan keridhaan kita itu, Allah pasti menambah kesucian dan kekuatan kita, jika Allah mencukupi kita di dalam masalah rizqi, maka kesabaran kita itu akan bertukar dehgan syukur. Allah menjanjikan akan menambahkan karunia-Nya kepada mereka yang bersyukur. Firman Allah : "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (ni'mat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih." (Q.S. lbrahim : 7).

Jika sesuatu itu telah di takdirkah bukan untuk kita, maka janganlah kita merasa kesal, singkirkanlah perasaan itu jauh-jauh dari hati, bersabarlah dan lawanlah kehendak nafsumu itu serta bertawakallah dan berpegang teguhlah kepada perintah-perintah Allah dan rasul-Nya, ridhalah dengan takdir Tuhan dan dalam keadaan ini, berharaplah akan mendapat keridhaan dan karunia-Nya. Allah berfirman, ”Hanya orang sabar itu sajalah akan di beri ganjaran sepenuhnya tanpa batas." (Q.S. Az-Zumar : 10).

Posting Komentar untuk "PENYAKSIAN AF'AL ALLAH ATAS HIKMAH PENGENDALIAN NAFSU"