Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

MENGKOREKSI CELA DIRI SENDIRI

“Usahamu untuk mengetahui apa yang tersimpan dalam dirimu dari berbagai macam cela itu adalah lebih baik, daripada usahamu kepada apa yang terhalang dari kamu dari berbagai macam perkara yang gaib.”

Sifat tercela yang biasa terdapat pada manusia itu kalua kita hitung banyak sekali, misalnya sombong, ‘ujub, riya’,gila pangkat, prasangka buruk dan lain-lain. Di dalam Al-Qur’an manusia yang beriman di larang mencela aib orang lain, seperti yang terlihat pada Surah Al-Hujurat Ayat 12, yaitu : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyak dari berprasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-caari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hujurat Ayat 12).

Rasulullah bersabda : “Dari Abu Hurairah Ra, bahawasanya Rasulullah bersabda : “Tahukah kalian apa ghibah itu? Para sahabat berkata : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau berkata : “Ghibah itu adalah menyebut-nyebut saudaramu dengan perkara yang ia sendiri tidak tahu.” Seseorang berkata : “Bagaimana kalua pada saudaraku itu ada pada apa yang kukatakan? Beliau menjawab : “Kalau padanya ada sebagaimana yang engkau katakana, sungguh engkau telah mengumpat dia dan kalua padanya tidak ada seperti yang engkau katakana, sungguh engkau telah berdusta.” (H.R. Imam Muslim). 


Pada hadist yang kedua di sebutkan “Dari Anas Ra, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah : “Berbahagialah orang yang selalu di ingatkan oleh aibnya sendiri daripada aibnya orang lain.” (H.R. Al-Bazzar). Dari itu, untuk membersihkan jiwa, hendaklah selalu mengoraksi cela yang ada di dalam dirinya sendiri, yang seharusnya cela-cela itu terbuang jauh-jauh dari diri manusia yang ingin mendekatkan diri kepada Allah.

Ketahuilah, bahwa cela yang terdapat pada diri manusia itu bermula dari hawa nafsu, oleh sebab itu tekanlah hawa nafsu jangan sampai di kuasai olehnya, apalagi untuk kepada melakukan hal-hal sifat yang buruk,sifat jelek dan sifat tercela dan kemaksiatan lainnya. Allah berfirman : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.” (Q.S. An-Naazi’at Auat 40-41).

Dan ketahuilah pula, bahwa hawa nafsu itu berasal dari empat perkara, yaitu :

  1. Gemar melanggar perintah Allah,
  2. Gemar menjalankan amal baik yang di sertai dengan sifat riya’,
  3. Gemar santai-santai sehingga tidak memperhatikan betapa pentingnya waktu, padahal waktu ini sangat penting untuk kebaikan sebagaimana di katakana Allah dalam Surah Al-Asry, dan
  4. Tiadanya semangat (malas) dalam menunaikan kewajiban-kewajiban terhadap Allah.
Untuk menghilangkan empat perkara itu, hendaklah jiwanya di isi dengan makrifat (mengenal) Allah beserta tata tertib ibadah kepada-Nya dengan tekun dalam menjalankan perintah Allah serta tekun dalam mengikuti perintah-perintah dan ajaran Rasulullah dalam rangka memenuhi kewajiban terhadap Allah. Tentang perkara-perkara ghaib, di antaranya mengenai takdir, mengenai karomah dan lain sebagainya, hal ini janganlah di kejar untuk ingin mengetahuinya sebelum menghilangkan aib atau cela yang terdapat pada diri sendiri dan janganlah bermaksud bahwa dengan amal-amalnya itu ia ingin mnegetahui perkara gaib, sehingga nantinya di dalam melaksanakan ibadah hatinya di sibukkan oleh empat perkara tersebut, sehingga ini tetap mengikuti hawa nafsu namanya. Jadilah orang selalu istiqamah dalam kelurusan dan janganlah menjadi orang yang mencari sesuatu kelebihan (karomah), karena ini membuat jiwa menjadi bergejolak dengan tujuan mencari karomah, akan tetapi Tuhan memerintahkan orang yang beriman hanya mencari kelurusan dalam menempuh kehidupan dan kala dalam beribadah, karena memang hak Tuhan terhadap diri seseorang adalah yang sangat lebih utama.

Posting Komentar untuk "MENGKOREKSI CELA DIRI SENDIRI"