Definisi Taqwa
Pada umumnya, taqwa di gunakan untuk perkara-perkara yang manfi‘(negatif, buruk), artinya menjauhi dan menghindari dari kemaksiatan, menurut pengakuan mereka (awam), bahwa memelihara taqwa dengan tidak meninggalkan kehidupan bermasyarakat adalah hal yang sangat sulit, bahkan hal yang mustahil, sebab jiwa manusia cenderung berbuat dosa.
Buktinya, apabila ia menerima jabatan atau tugas di dalam masyarakat, biasanya ia tergoda oleh perbuatan dosa, oleh karena itu (muncul dilema), apakah harus bertaqwa seraya meninggalkan urusan-urusan sosial ataukah harus menerima tugas-tugas sosial seraya menyisihkan taqwa.
Pasalnya, menggabungkan dua pilihan itu tidaklah mungkin, konsekuensi dan bentuk pikiran ini ialah semakin banyak orang menyepi dan menyingkir dari kehidupan sosial, maka semakin bertaqwa ia, namun taqwa menurut ayat-ayat Al-Qur'an, hadist hadist dan nahj al-balaghah merupakan perkara dan nilai yang mutsbat (positif), bukan manfi.
Makna taqwa bukanlah meninggalkan dosa, pada dasarnya, taqwa adalah suatu kekuatan batin dan daya spiritual yang kokoh, yang terbit pada jiwa manusia dari pengamalan-pengamalan dan latihan yang berkesinambungan, dengan itu, jiwa menjadi berkekuatan, patuh pada perintah-perintah Allah, ia menjadi kuat, kokoh dan tegar dalam menghadapi hasrat-hasrat dan keinginan yang tidak di benarkan oleh dirinya.
Taqwa menurut bahasa pun maknanya demikian, taqwa berasal dari kata wiqayah yang berarti menjaga, yakni menjaga dan mengontrol diri, taqwa adalah sifat yang positif yang memberikan penjagaan, bukan perkara dan sifat yang negatif (salbi).
Taqwa adalah tekad dan janji manusia untuk taat pada undang-undang syari'at, orang yang meninggalkan dosa tidak di katakan taqwa yang sesungguhnya, taqwa adalah kekuatan untuk mengontrol dan mengatur diri, taqwa adalah sebaik-baik bekal di akhirat kelak dan bekal merupakan perkara yang positif bukan negatif.
Sebagai misal, perhatikanlah pesan-pesan Amirul Mukminin Ali Ra berikut ini, yaitu : “Saya nasihati anda, wahai para hamba Allah, untuk bertaqwa kepada Allah, karena taqwa adalah kendali dan tiang agama, berpegang teguhlah pada pokok-pokoknya yang menonjol, peganglah terus hakikat-hakikatnya, karena hal itu akan membawa anda ke tempat kediaman yang lapang, tempat-tempat kesenangan, benteng-benteng keamanan dan rumah-rumah kemuliaan pada hari itu (akhirat).”
“Sungguh, bagi hari ini taqwa kepada Allah adalah suatu perlindungan dam suatu perisai dan bagi hari esok (akhirat) takwa itu adalah jalan ke syurga, jalannya terang dan orang yang menempuhnya adalah orang yang beruntung.”
“Wahai hamba Allah, ketahuilah, bahwa taqwa itu adalah rumah perlindungan yang kuat, sementara kemaksiatan adalah rumah yang lemah yang tidak melindungi orangnya dan tidak memberikan keamanan kepada yang mencari perlindungan di dalamnya, ketahuilah, bahwa sengat dosa itu terputus oleh taqwa.”
“Sesungguhnya taqwa kepada Allah telah menyelamatkan para pecinta Allah dari hal-hal yang haram dan memberikan pada hati mereka ketakutan kepada-Nya hingga malam-malam mereka di lewatkan dalam jaga (dengan shalat dan siang mereka dalam haus (berpuasa).”
Imam Ali Ra berkata, “Sesungguhnya taqwa adalah ‘ishmah (penjagaan) bagimu dalam hidupmu dan kebahagiaan bagimu setelah kematianmu.”
Sebagaimana yang anda perhatikan, taqwa dalam hadist-hadist tersebut merupakan nilai atau perkara yang mutsbat dan sebuah kekuatan nyata yang memberikan penjagaan,ia pun faktor yang kokoh bagi penjagaan.
Taqwa ibarat tali kendali yang dengannya tunggangan, dorongan nafsu dan keinginan serta kecenderungannya dapat di kendalikan dan di arahkan, taqwa bak benteng yang kokoh yang melindungi dari serangan musuh dalam, yaitu nafsu hewani dan setani.
Taqwa ibarat perisai yang menghalau lesatan panah-panah yang mematikan dan penakluk syetan, taqwa memberi kebebasan kepada manusia, membebaskan dari tawanan hawa nafsu dan mencabut akar kerakusan, ketamakan, kedengkian dan syahwat serta kemarahan.
Taqwa bukan keterbatasan, tetapi penguasaan dan pengontrolan jiwa, taqwa memberikan kemuliaan, kesucian, kekuasaan dan kepribadian sertta jiwa yang kokoh, ia akan menjaga hati dari serangan-serangan pemikiran setani, menampung para malaikat yang hendak singgah dan cahaya-cahaya suci dan memberikan kelonggaran dan ketenangan bagi syaraf.
Taqwa bagi manusia bagai rumah dan atap yang melindungi dirinya dari kedinginan, kepanasan dan kejadian-kejadian yang tidak di inginkan, dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, “Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A‘raf : 26). Oleh karena itu, taqwa adalah sebuah nilai nyata dan bekal akhirat, bukan satu sifat negatif, alhasil, taqwa dalam Al-Qur'an dan hadist juga di gunakan pada makna takut dan meninggalkan dosa, tapi sebenarnya itu termasuk sarana-sarana taqwa dan bukan taqwa itu sendiri.
Buktinya, apabila ia menerima jabatan atau tugas di dalam masyarakat, biasanya ia tergoda oleh perbuatan dosa, oleh karena itu (muncul dilema), apakah harus bertaqwa seraya meninggalkan urusan-urusan sosial ataukah harus menerima tugas-tugas sosial seraya menyisihkan taqwa.
Pasalnya, menggabungkan dua pilihan itu tidaklah mungkin, konsekuensi dan bentuk pikiran ini ialah semakin banyak orang menyepi dan menyingkir dari kehidupan sosial, maka semakin bertaqwa ia, namun taqwa menurut ayat-ayat Al-Qur'an, hadist hadist dan nahj al-balaghah merupakan perkara dan nilai yang mutsbat (positif), bukan manfi.
Makna taqwa bukanlah meninggalkan dosa, pada dasarnya, taqwa adalah suatu kekuatan batin dan daya spiritual yang kokoh, yang terbit pada jiwa manusia dari pengamalan-pengamalan dan latihan yang berkesinambungan, dengan itu, jiwa menjadi berkekuatan, patuh pada perintah-perintah Allah, ia menjadi kuat, kokoh dan tegar dalam menghadapi hasrat-hasrat dan keinginan yang tidak di benarkan oleh dirinya.
Taqwa menurut bahasa pun maknanya demikian, taqwa berasal dari kata wiqayah yang berarti menjaga, yakni menjaga dan mengontrol diri, taqwa adalah sifat yang positif yang memberikan penjagaan, bukan perkara dan sifat yang negatif (salbi).
Taqwa adalah tekad dan janji manusia untuk taat pada undang-undang syari'at, orang yang meninggalkan dosa tidak di katakan taqwa yang sesungguhnya, taqwa adalah kekuatan untuk mengontrol dan mengatur diri, taqwa adalah sebaik-baik bekal di akhirat kelak dan bekal merupakan perkara yang positif bukan negatif.
Sebagai misal, perhatikanlah pesan-pesan Amirul Mukminin Ali Ra berikut ini, yaitu : “Saya nasihati anda, wahai para hamba Allah, untuk bertaqwa kepada Allah, karena taqwa adalah kendali dan tiang agama, berpegang teguhlah pada pokok-pokoknya yang menonjol, peganglah terus hakikat-hakikatnya, karena hal itu akan membawa anda ke tempat kediaman yang lapang, tempat-tempat kesenangan, benteng-benteng keamanan dan rumah-rumah kemuliaan pada hari itu (akhirat).”
“Sungguh, bagi hari ini taqwa kepada Allah adalah suatu perlindungan dam suatu perisai dan bagi hari esok (akhirat) takwa itu adalah jalan ke syurga, jalannya terang dan orang yang menempuhnya adalah orang yang beruntung.”
“Wahai hamba Allah, ketahuilah, bahwa taqwa itu adalah rumah perlindungan yang kuat, sementara kemaksiatan adalah rumah yang lemah yang tidak melindungi orangnya dan tidak memberikan keamanan kepada yang mencari perlindungan di dalamnya, ketahuilah, bahwa sengat dosa itu terputus oleh taqwa.”
“Sesungguhnya taqwa kepada Allah telah menyelamatkan para pecinta Allah dari hal-hal yang haram dan memberikan pada hati mereka ketakutan kepada-Nya hingga malam-malam mereka di lewatkan dalam jaga (dengan shalat dan siang mereka dalam haus (berpuasa).”
Imam Ali Ra berkata, “Sesungguhnya taqwa adalah ‘ishmah (penjagaan) bagimu dalam hidupmu dan kebahagiaan bagimu setelah kematianmu.”
Sebagaimana yang anda perhatikan, taqwa dalam hadist-hadist tersebut merupakan nilai atau perkara yang mutsbat dan sebuah kekuatan nyata yang memberikan penjagaan,ia pun faktor yang kokoh bagi penjagaan.
Taqwa ibarat tali kendali yang dengannya tunggangan, dorongan nafsu dan keinginan serta kecenderungannya dapat di kendalikan dan di arahkan, taqwa bak benteng yang kokoh yang melindungi dari serangan musuh dalam, yaitu nafsu hewani dan setani.
Taqwa ibarat perisai yang menghalau lesatan panah-panah yang mematikan dan penakluk syetan, taqwa memberi kebebasan kepada manusia, membebaskan dari tawanan hawa nafsu dan mencabut akar kerakusan, ketamakan, kedengkian dan syahwat serta kemarahan.
Taqwa bukan keterbatasan, tetapi penguasaan dan pengontrolan jiwa, taqwa memberikan kemuliaan, kesucian, kekuasaan dan kepribadian sertta jiwa yang kokoh, ia akan menjaga hati dari serangan-serangan pemikiran setani, menampung para malaikat yang hendak singgah dan cahaya-cahaya suci dan memberikan kelonggaran dan ketenangan bagi syaraf.
Taqwa bagi manusia bagai rumah dan atap yang melindungi dirinya dari kedinginan, kepanasan dan kejadian-kejadian yang tidak di inginkan, dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, “Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A‘raf : 26). Oleh karena itu, taqwa adalah sebuah nilai nyata dan bekal akhirat, bukan satu sifat negatif, alhasil, taqwa dalam Al-Qur'an dan hadist juga di gunakan pada makna takut dan meninggalkan dosa, tapi sebenarnya itu termasuk sarana-sarana taqwa dan bukan taqwa itu sendiri.
Posting Komentar untuk "Definisi Taqwa"
Terimakasih atas kunjungan anda...