Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Tentang Ruh Yang Terbaik

Hakikat Alam Ruh

Allah adalah Pencipta dan Pemelihara alam semesta, oleh karena Allah yang menciptakan, maka tentunya hanya Allah pula yang mampu Mengatur segala urusannya, tidak ada yang selain-Nya mampu mengaturnya kecuali mendapat izin-Nya : “(Dia) Yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian kembali lagi naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadar lamanya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Q.S. (32) : 5).

Allah yang menciptakan hukum-hukum alam itu dengan seimbang, serasi, bijaksana dan adil, sungguh Maha Besar Allah dengan segala penciptaan-Nya, tidak ada satupun makhluk yang mampu mengagungkan-Nya dengan pujian sebagaimana Dia mengagungkan Diri-Nya sendiri, Maha Suci Allah dari segala perkiraan dan angan-angan yang ada.

Allah yang memiliki kerajaan dan yang memberikan kerajaan kepada yang dikehendaki dan mencabutnya kembali kepada yang dikehendaki pula, memuliakan kepada yang dikehendaki dan menghinakan kepada yang dikehendaki pula.

Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan segala sesuatu adalah liputan ilmu-Nya, ilmu-Nya itu tidak diberikan kepada siapapun kecuali hanya kepada yang sedikit, hanya kepada seorang Ulul Albab, yakni orang yang dzikir dan pikirnya telah mampu melewati kulminasi ibrah (kesimpulan) bahwa segala yang ada di alam ini tidak tercipta dengan sia-sia.

Mereka itu adalah orang yang ilmunya telah mendarah daging di dalam jiwa raganya, kejernihan nuraninya telah membukakan potensi untuk menerima dan memancarkan nur-Nya yang Maha Agung, maka dadanya bagaikan samudera yang tiada terbatas, didalamnya ada tambang inspirasi yang tiada henti, memancarkan air kehidupan yang hakiki, tidak pernah keruh walau diaduk ombak dan badai.

Itulah Nur diatas Nur, yang memancar dari tambangnya yang agung, dari rahasia isi dada manusia pilihan sepanjang zaman, manusia utama yang tidak pernah ada duanya lagi di dunia, ikutan dan suri tauladan umat sepanjang masa, Junjungan Kita Nabi Besar Muhammad Saw yang sebelum hidupnya, di bumi ini Beliau bahkan telah menjadi tambang inspirasi bagi segenap ummat manusia.

Dari sebagian para Ulul Albab itu, yang dengan Nur Allah nur bashirahnya kadang-kadang mampu menembus lapisan tirai dan hijab, bermi‘raj menyeruak memasuki kegaiban alam malakut, membaca situs-situs langit, maka kita sekarang mencoba mengintip celah-celah munajat mereka, mencari bocoran mutiara rahasia yang tertumpah dan mencoba menela‘ahnya, semoga kita selalu terjaga dari kesalahan yang fatal.

Al-Imam Al-Alamah Al-Qutb Asy-Syaikh Al-Habib, Ali Bin Muhammad Bin Husein Al-Habsyi, semoga kemuliaannya memberkahi hidup dan kehidupan kita semua, di dalam karya besarnya, yaitu Kitab Maulidurrasul yang termasyhur “Simthud Durar”, beliau berkata : "Telah sampai kepada kita hadits-hadits masyhur, bahwa sesungguhnya makhluk pertama kali yang diciptakan Allah adalah Cahaya Yang Tersimpan dalam Karakter Ini (Rasulullah Saw) dan Nur kekasih ini adalah makhluk pertama kali yang muncul dalam alam semesta.

Darinya kemudian berevolusi segala yang maujud dialam semesta, dari penciptaan kepada penciptaan yang lain, baik yang qodim maupun yang hadits dan sungguh telah diriwayatkan dari Abdur Razzak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah Al-Anshari, mudah-mudahan Allah meridhai keduanya, berkata : "Aku bertanya wahai Rasulullah, demi bapakku dan ibuku, sampaikanlah kabar kepada kami tentang makhluk yang pertama kali diciptakan Allah sebelum Dia menciptakan segala sesuatu, Rasulullah Saw bersabda :

ؼَومجَوبُّٔمأنٖمآَمخَؾَقَمضَؾِلَماَّْذِقَكءٔمغُوِرَمغَؾٔقٔٓكَمعُقَؿّٖٕمصَؾّىمآُمسَؾَقِهٔموَدَؾّمَمعٔنِم
غُوِرِهٔ.م

“Wahai Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk yang pertama kali sebelum menciptakan segala sesuatu ialah Nur nabimu Muhammad Saw dari Nur-Nya.”

Juga telah sampai riwayat dari Abi Hurairah Ra, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda :

طُـًُِمأَوَٓلَماظـٖؾٔقٚنَمصٔىماظْكَؾْقِموَآخَّٔػُمِمصٔىماظْؾَعٌِٔ م

“Aku adalah Nabi pertama dalam penciptaan dan Nabi terakhir dalam utusan." Kemudian Al-Habib meneruskan : "Telah berulang-ulang diriwayatkan bahwa sesungguh-nya Beliau Saw adalah makhluk yang paling pertama dalam penciptaan dan makhluk yang paling mulia di dalam keberadaan Simthud Durar.

Makhluk pertama kali diciptakan Allah itu adalah Nur Muhammad Saw yang bentuk wujudnya adalah “Karakter” yang tersimpan di dalam pribadi Rasulullah Saw, yang keberadaannya mampu menjadi penerang bagi alam semesta.

Hal itu disebabkan, karena memang Nur itu diciptakan sebagai “rahmatan lil alamin”, dari makhluk yang utama itulah, salah satu bagiannya, ada yang dibagi menjadi dua, yang satu menjadi “nismatul 'adamiyah” dan yang satunya menjadi “nismatul 'ubudiyah” atau yang disebut “sirr ibadah” atau nur yang menerangi hati orang beriman buah ibadah yang mereka jalani.

Apabila “nismatul 'adamiyah” adalah hakikat manusia, maka “nismatul 'ubudiyah” adalah hakikat iman, tanpa nismatul 'ubudiyah betapapun pandainya seseorang dalam ilmu agama, ilmu agama itu tidak akan membawa manfaat baginya, hal itu disebabkan, karena di dalam hati orang tersebut tidak disinari dengan nur iman.

Itulah gambaran hati orang orientalis, meskipun ilmu agama mereka kadang-kadang lebih luas dari ilmunya orang islam, tetapi hati mereka tidak juga mau beriman kepada Allah.

Meskipun demikian, “nismatul 'ubudiyah” itu bisa jadi menjadi tumpul dan bahkan mati, yakni ketika kehidupan iman itu tidak disuburkan dengan ilmu dan amal, oleh karena itu, orang yang beriman harus berilmu dan beramal sholeh supaya mereka menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).

Ketika “nismatul 'ubudiyah” itu telah mampu menerangi “nismatul adamiyah” dengan sempurna, maka keberadaan manusia di dunia menjadi manusia yang sempurna, yaitu manusia yang bukan manusia, menjadi nur di atas nur.

Itulah gambaran Rasulullah Saw, maka sejak Beliau dilahirkan oleh ibunya, keberadaannya di dunia bagaikan bulan purnama yang dapat menghidupkan bintang-bintang kecil, menjadi seperti lampu penerang jalan yang selalu mampu menunjukkan jalan kepada musafir kelana yang kemalaman di malam kelam.

Juga bagaikan matahari yang sinarnya memancarkan kehangatan di muka bumi, menghidupkan tanah tandus setelah turun hujan, menjadi manusia yang mampu membawa perubahan zaman, di tangannya kebodohan menjadi kecerdasan, menggosok batu intan yang berserakan menjadi berlian yang memancarkan cahaya kehidupan, maka jadilah, mutiara-mutiara jahiliyah yang asalnya tenggelam, menjadi mutiara-mutiara Islam ketika mereka telah mengenal dan menemukan jati diri.

Sejarah telah membuktikan hal tersebut, dari hasil ulah tangan halus beliau Saw, meskipun berangkat dari tanah tandus tanpa peradaban, dalam waktu yang relatif singkat, Beliau mampu melahirkan manusia-manusia super yang mampu menjadi pemimpin manusia kaliber dunia.

Seperti Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali serta para sahabat pilihan yang lain, radhiallahu 'anhum, yang kualitas kepemimpinan dan pengabdiannya telah tidak diragukan lagi bahkan diakui baik oleh lawan maupun kawan, sehingga siapapun yang mampu meneladani kehidupan mereka, para pengikut yang baik itu akan menjadi pemimpin-pemimpin dunia juga.

Mereka itulah yang telah mampu menancapkan obor hidayah di seluruh pelosok dunia yang cahayanya mampu menerangi zaman sampai sekarang.

Posting Komentar untuk "Tentang Ruh Yang Terbaik"