Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Makna Lahir dan Makna Batin

Dalam memahami makna ayat-ayat suci Al-Qur‘an Al-Karim seperti ayat tersebut di atas (Q.S. Al-An‘am (6) : 122)12, di samping orang beriman harus mampu memahami maknanya yang lahir, semestinya juga harus mampu menggali maknanya yang batin.

Hal itu di sebabkan, karena setiap ayat seperti tersebut di atas, di samping mengandung arti yang lahir, juga menyampaikan maksud yang batin, untuk keperluan itu, maka Allah melengkapi manusia dengan dua indera pula, indera yang lahir di sebut bashara (rasional), yang batin disebut basyirah (spiritual).


Namun demikian, cara menggali makna yang batin itu tentunya tidak sama dengan cara menggali makna yang lahir, untuk menggali makna yang batin itu, manusia tidak hanya cukup dengan membaca dan belajar saja, seperti cara menggali maknanya yang “Dan bukankah orang yang mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am (6) : 122).

Lahir, tapi yang terpenting, di samping dengan membaca dan belajar itu, manusia juga harus tekun melaksanakan zikir dan fikir kepada Allah, sebabnya dengan zikir dan fikir itu, hati seorang hamba akan di sinari hidayah Allah, itulah yang di maksud dengan mujahadah.

Seperti contoh ayat di bawah ini : “Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya), maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni`mat).” (Q.S. Al-Furqan (25) : 48-50).

Yang di maksud dengan angin : “Angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan).” (Q.S : 25/48), di dalam ayat di atas, boleh jadi itu adalah udara bergerak yang membawa butiran air hujan dan secara tamtsilat juga boleh jadi itu adalah ulama yang di datangkan di suatu tempat dengan membawa petunjuk dan hidayah suci, seperti itulah contoh yang terjadi di dalam realita.

Sebabnya, dengan ilmu dan amal yang di ajarkan para ulama tersebut, ilmu tersebut bagaikan air yang di minumkan kepada ruhani orang yang di asuhnya, karena hanya dengan cara itu Allah membangkitkan hati hamba-hamba-Nya yang asalnya mati menjadi hidup dan bergairah.

Demikianlah peran para ulama sejati itu, mereka tidak hanya di tuntut untuk mengajarkan ilmu saja, tapi juga menempa murid-muridnya dengan pelaksanaan mujahadah dan riyadhah yang berkesinambungan (istiqqmah), sehingga ilmu yang di kuasai secara rasional itu mampu menghilangkan keraguan dan menancapkan keyakinan (spiritual) di dalam hati para murid yang di asuhnya.

Maka, “nur amal” atau rahasia buah ibadah yang di ajarkan oleh para ulama sejati itulah yang membidani kelahiran kedua dari murid-murid yang di asuhnya, mereka itu adalah para guru mursyid thariqat yang suci lagi mulia, di samping mengajarkan ilmu pengetahuan yang sudah di miliki, mereka juga tidak henti-hentinya menempa murid-murid itu dengan pelaksanaan thariqat yang di yakininya, sehingga dengan itu, kehidupan ruhani murid-muridnya itu menjadi cemerlang.

Kelahiran yang kedua itu adalah kelahiran yang hakiki dari kematian yang hakiki untuk menuju kehidupan yang hakiki, selanjutnya yang di katakan mati di dalam kehidupan dunia bagi seorang hamba yang telah mencapai kelahiran kedua tersebut, sejatinya bukan mati tapi pindah alam menuju dimensi lain untuk menerima balasan amal shaleh yang sudah di lakukannya selama hidup di dunia dengan mendapatkan ridha Allah di syurga dalam kebahagiaan yang abadi.

Dengan firman-firman tersebut, Allah membuat perumpamaan (tamtsil) dengan yang lahir terhadap sesuatu yang batin, dengan itu supaya seorang hamba mampu beri‘tibar, namun demikian hanya seorang Ulul Albab yang akan mampu mengambil pelajaran darinya.

Allah berfirman : “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (Q.S. Al-Hasyr (59) : 2). “Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali-Imran (3) : 7).

Di dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia akan menempuh tiga tahapan, yaitu :
Pertama alam rahim.
Kedua alam kehidupan dunia.
Ketiga alam kubur atau alam barzah.

Alam barzah di kelompokkan di dalam alam dunia, karena keberadaan alam kubur itu sejatinya memang masih sezaman (di dalam zaman yang sama) dengan alam dunia namun berada di dalam dimensi lain, alam barzah itu tidak ubahnya seperti alam jin.

Alam-alam tersebut meski berbeda dimensi tetapi masih berada di dalam zaman yang sama, yakni terjadi sebelum hari kiamat, dengan alam barzah ini manusia bahkan di mudahkan untuk keluar masuk, hanya saja oleh karena pintunya melalui tidur, di saat orang bermimpi, banyak orang tidak sadar bahwa saat itu sebenarnya jati dirinya sedang berada di alam barzah.

Hal itu terbukti, seandainya orang sedang mimpi tersebut enggan kembali ke alam dunia, maka bisa di bayangkan apa yang di perbuat oleh orang lain terhadap jasad yang di tinggalkan kehidupan itu, tentunya jasad mati itu pasti segera di kubur.

Hal tersebut membuktikan bahwa orang mimpi itu ruh kehidupannya sedang berjalan-jalan di alam barzah, Allah memberikan sinyalemen dengan firman-Nya : "Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul, orang-orang hidup dan orang-orang mati? (Q.S. Al-Mursalaat : 25-26).

Posting Komentar untuk "Makna Lahir dan Makna Batin"