Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Tentang Mimpi Dalam Islam

Mimpi yang benar, yang merupakan satu bagian dari nubuwah, seperti yang di kabarkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Mimpi yang benar itu merupakan satu bagian dari empat puluh enam bagian dari nubuwah."

Tapi dalam riwayat lain yang shahih di sebutkan merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian dari nubuwah, yang pasti, mimpi merupakan permulaan wahyu, kebenarannya tergantung kepada orang yang bermimpi dan mimpi yang paling benar adalah mimpinya orang yang perkataannya paling benar dan jujur.

Jika kiamat sudah dekat, maka hampir tidak ada mimpi yang meleset, karena jaraknya yang jauh dari masa nubuwah, sementara pada masa nubuwah tidak membutuhkan mimpi-mimpi yang benar ini, karena sudah ada kekuatan cahaya nubuwah.

Kebalikan dari mimpi yang benar ini adalah karamah yang muncul setelah masa shahabat, namun tidak muncul pada masa dekatnya hari kiamat, hal ini di sebabkan kuat dan lemahnya iman, begitulah yang di tegaskan Al-Imam Ahmad.


Ubadah bin Ash-Shamit berkata, "Mimpi orang Mukmin merupakan perkataan yang disampaikan Allah kepada hamba-Nya ketika dia tidur." Mimpi itu layaknya suatu pengungkapan, di antaranya ada yang berasal dari Allah, ada yang berasal dari kejiwaan dan ada yang berasal dari syetan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam, "Mimpi itu ada tiga macam : Mimpi dari Allah, mimpi sedih dari syetan dan mimpi yang terbawa bisikan seseorang ke dalam hatinya saat terjaga, lalu dia memimpikannya saat tidur."
Mimpi yang menjadi sebab hidayah adalah mimpi yang secara khusus datangnya dari Allah, sementara mimpi para nabi sama dengan wahyu, karena mimpi mereka terlindung dari syetan.

Begitulah kesepakatan umat, karena itu Al-Khalil Ibrahim hendak menyembelih putranya, sekalipun itu bermula dari perintah dalam mimpi yang beliau alami, sedangkan mimpi selain para nabi, bisa di laksanakan seperti halnya wahyu yang jelas, jika memang tepat.

Jika tidak, maka tidak perlu di amalkan, lalu apa komentar kalian tentang mimpi yang benar? Jika mimpi itu mimpi yang benar, maka ia tidak akan bertentangan dengan wahyu. Siapa yang ingin agar mimpinya benar, maka hendaklah dia terus-menerus menjaga kejujurannya, memakan yang halal, menjaga perintah dan larangan, tidur dalam keadaan suci, menghadap ke arah kiblat, menyebut asma Allah hingga matanya terlelap. Jika dia berbuat seperti ini, hampir pasti mimpinya bukan mimpi yang dusta.

Mimpi yang paling benar adalah mimpi pada waktu sahur, karena itulah waktu turunnya wahyu, rahmat, ampunan dan saat syetan menyingkir jauh. Sebaliknya, mimpi pada permulaan malam adalah mimpi yang banyak di tebari syetan dan ruh-ruh syetan.

Posting Komentar untuk "Tentang Mimpi Dalam Islam"