Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pengertian Isti'anah

Isti'anah (memohon pertolongan) menghimpun dua dasar, yaitu : Kepercayaan terhadap Allah dan penyandaran kepada-Nya, adakalanya seorang hamba menaruh kepercayaan terhadap seseorang, tapi dia tidak menyandarkan semua urusan kepadanya, karena dia merasa tidak membutuhkan dirinya atau adakalanya seseorang menyandarkan berbagai urusan kepada seseorang, padahal sebenarnya dia tidak percaya kepadanya, karena dia merasa membutuhkannya dan tidak ada orang lain yang memenuhi kebutuhannya, karena itu dia bersandar kepadanya.

Tawakal merupakan makna yang juga cocok dengan dua dasar ini, kepercayaan dan penyandaran, yang sekaligus merupakan hakikat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Dua dasar ini, tawakal dan ibadah di sebutkan di beberapa tempat dalam Al-Qur'an, yang keduanya di sebutkan secara berurutan, di antaranya, "Dan kepunyaan Allahlah apa yang gaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah di kembalikan semua urusan, maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya." (Q.S. Hud : 123).

"Ibadah" di dahulukan daripada "Isti'anah" di dalam Al-Fatihah merupakan gambaran di dahulukannya tujuan daripada sarana, hal ini bisa di lihat dari beberapa sebab :
1. "Ibadah" merupakan tujuan penciptaan hamba, sedangkan "Isti'anah" merupakan sarana untuk dapat melaksanakan "Ibadah" itu.
2. Iyyaka na'budu berkaitan dengan Uluhiyah-Nya dan asma "Allah", sedangkan iyyaka nasta'in berkaitan dengan Rububiyah-Nya dan asma "Ar-Rabb", karena itu iyyaka na'budu di dahulukan daripada iyyaka nasta'in, sebagaimana asma Allah yang di dahulukan daripada asma Ar-Rabb di awal Al-Fatihah.
3. Iyyaka na'budu merupakan bagian Allah dan juga merupakan pujian terhadap Allah, karena memang Dia layak menerimanya, sedangkan iyyaka nasta'in merupakan bagian hamba, begitu pula ihdinash-shirath-almustaqim hingga akhir surat.
4. "Ibadah" secara total mencakup "Isti'anah" dan tidak bisa di balik, setiap orang yang beribadah kepada Allah dengan ibadah yang sempurna adalah orang yang memohon pertolongan kepada-Nya, dan tidak bisa di balik, sebab orang yang di kuasai berbagai macam tujuan pribadi dan syahwatnya, juga bisa memohon pertolongan kepada-Nya, hanya karena ingin memuaskan nafsunya, karena itu ibadah harus lebih sempurna. Berarti "Isti'anah" merupakan bagian dari "Ibadah" dan tidak bisa di balik, sebab "Isti'anah" merupakan permohonan dari-Nya, sedang "Ibadah" merupakan permohonan bagi-Nya.
5. "Ibadah" hanya di lakukan orang yang ikhlas, sedangkan "Isti'anah" bisa di lakukan orang yang ikhlas dan yang tidak ikhlas.
6. "Ibadah" merupakan hak Allah yang di wajibkan kepada hamba, sedangkan "Isti'anah" merupakan permohonan pertolongan untuk dapat melaksanakan "Ibadah".
7. "Ibadah" merupakan gambaran syukur terhadap nikmat yang di limpahkan kepadamu dan Allah suka untuk di syukuri, pemberian pertolongan merupakan taufik Allah yang di berikan kepadamu. Jika engkau komitmen dalam beribadah kepada-Nya dan ibadahmu lebih sempurna, maka pertolongan Allah yang di berikan kepadamu juga lebih besar.
8. Iyyaka na'budu merupakan hak Allah dan iyyaka nasta'in merupakan kewajiban Allah. Hak-Nya harus di dahulukan daripada kewajiban-Nya, sebab hak Allah berkaitan dengan cinta dan ridha-Nya, sedangkan kewajiban-Nya berkaitan dengan kehendak-Nya. Apa yang bergantung kepada cinta-Nya harus lebih sempurna daripada apa yang bergantung kepada kehendak-Nya, semua yang ada di alam, para malaikat maupun syetan, orang-orang Mukmin maupun orang-orang kafir, orang yang taat maupun orang yang durhaka, semuanya bergantung kepada kehendak-Nya. Apa yang bergantung kepada cinta-Nya adalah ketaatan dan iman mereka. Orang-orang kafir ada dalam kehendak-Nya dan orang-orang Mukmin ada dalam cinta-Nya. Dari beberapa rahasia ini dapat di ketahui secara jelas hikmah di dahulukannya iyyaka na'budu daripada iyyaka nasta'in.

Posting Komentar untuk "Pengertian Isti'anah"