Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

SABAR DAN IILMU PENGETAHUAN ADALAH KUNCI DASAR ILMU LADUNI

Ilmu itu mampu menjawab setiap kejadian dengan pandangan yang menyejukkan banyak orang, yang demikian itu akan menampakkan tanda-tanda, di antaranya yaitu :

1) Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu pengetahuan yang universal dan rahmatan lil alamin, artinya : "Ilmu pengetahuan yang kemanfaatannya secara umum mencakup kepentingan seluruh makhluk, baik manusia maupun jin, bukan ilmu pengetahuan yang di manfaatkan untuk kepentingan pribadi atau golongan.


Dan secara khusus akhirnya kembali untuk kepentinganhamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa kapada-Nya atau untuk mengajak manusia ke jalan Allah Ta‘ala : "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (Q.S. Al-A‘raaf/156).

Kalau pelaksanaan ilmu pengetahuan ternyata hanya membuahkan perpecahan di antara sesama manusia lebih-lebih sesama orang yang beriman atau hanya untuk kepentingan mencari sumber hidup dan sandang pangan, maka bukan ilmunya yang harus di persoalkan, tapi yang mendasarinya, barangkali di dalam hati pemiliknya masih ada yang perlu mendapatkan pembenahan, Hal itu di sebabkan, karena dalam hati manusia itu boleh jadi sebagai tempat hidayah Allah dan juga boleh jadi sebagai tempat sarang syetan menebarkan fitnah di dalam kehidupan.

2) Ilmu pengetahuan yang menjadikan hati seorang hamba mudah memaafkan kesalahan orang lain. "Maka di sebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (Q.S. Ali Imran/159).

3) Ilmu pengetahuan yang mampu membangun semangat persaudaraan sehingga menciptakan komunitas manusia yang mampu mengabdi kepada Tuhannya : "Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (Q.S. Ali Imran/159).

Oleh karena yang mendasari ilmu itu adalah rahmat Allah, maka di mana-mana ilmu itu akan menciptakan kedamaian dan persaudaraan, bukan ilmu yang menciptakan perselisihan dan perpecahan, Ilmu yang mengantarkan pemiliknya di cintai Allah Ta‘ala dan di cintai seluruh makhluk-Nya, bukan ilmu yang menjadikan pemiliknya di benci Allah Ta‘ala.

Kalau orang di benci manusia karena suatu hal, tetapi dia juga di cintai manusia karena hal yang lain, lebih-lebih bila pihak yang mencintai lebih besar daripada pihak yang membenci di dalam kehidupan di dunia yang demikian itu wajar terjadi, sebab tidak mungkin orang di cintai orang lain kecuali terlebih dahulu terbit dari di benci, demikian juga sebaliknya tidak mungkin orang di benci orang lain kecuali terbit dari di cintai.

Allah memberikan sinyalemen dengan firman-Nya : "Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (Q.S. Ali Imran/27).

Demikian itu adalah sunnatullah yang tidak akan mengalami perubahan lagi untuk selama-lamanya, sehingga dengan Ilmu Laduni yang sudah di miliki seorang hamba menjadi kenal kepada segala sunnah yang ada tersebut, maka orang tersebut tidak menjadi benci sebab kebencian makhluk dan tidak menjadi cinta sebab kecintaan makhluk, dia semata-mata hanya mencintai seluruh makhluk karena dia telah mencintai Penciptanya, sehingga sosok Khidhir itu di gambarkan oleh hadits di atas sebagai berikut :

Di namakan Khidhir karena, sesungguhnya ketika dia duduk di daratan bumi yang putih, ketika ia bergerak maka bumi atasnya tampak hijau, walhasil, dengan Ilmu Laduni, seorang hamba akan mendapatkan penerimaan yang baik, baik oleh seluruh makhluk, di muka bumi, karena kecintaannya telah membuahkan cinta pula, maupun oleh Allah Ta‘ala di dunia dan di akhirat, karena pengabdiannya telah mendapatkan penerimaan yang baik di sisi-Nya.

Dengan itu akhirnya orang tersebut akan mendapatkan pungkasan hidup yang baik (husnul khatimah) yang akhirnya akan mengantarkan dirinya mendapatkan ridha Allah Ta‘ala dan bahagia untuk selama-lamanya di Syurga. Insya Allah.

Meneruskan ayat : "Musa berkata kepada Khidhir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah di ajarkan kepadamu?. *Dia menjawab : "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku * Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?". * Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". *Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." (Q.S.18/65-70.

Posting Komentar untuk "SABAR DAN IILMU PENGETAHUAN ADALAH KUNCI DASAR ILMU LADUNI"